Gedung Museum Sumpah Pemuda Jakarta berada di Jl. Kramat Raya 106, Jakarta Pusat. Sebuah jalan yang telah ratusan kali telah saya lewati selama tinggal lebih dari 20 tahun di Jakarta, namun baru beberapa bulan lalu saya mengetahui letak Museum Sumpah Pemuda ini.
Menurut catatan sejarah Gedung Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal Sie Kong Liang yang dibangun pada permulaan abad ke-20. Sejak 1908 gedung ini disewa oleh pelajar Stovia dan RS (Rechts School) sebagai tempat tinggal dan belajar, dan dikenal dengan nama Commensalen Huis. Diantara tokoh pemuda yang pernah tinggal di gedung ini adalah Abu Hanifah, AK Gani, Amir Syarifudin, Assaat, Mangaraja Pintor, Muhammad Yamin, Setiawan, dan Suyadi.
Gedung itu juga digunakan sebagai tempat latihan kesenian "Langen Siswo" dan ajang diskusi politik. Ketika Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) berdiri pada September 1926, gedung ini dijadikan sebagai kantor PPPI sekaligus kantor redaksi majalah PPPI yang bernama Indonesia Raya.
Teras Museum Sumpah Pemuda
Sejak tahun 1927, Gedung Kramat 106 dimana Museum Sumpah Pemuda sekarang berada, digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk kongres, sehingga pada tahun 1928 namanya berubah menjadi Indonesische Clubhuis atau Indonesische Clubgebouw (Gedung Pertemuan Indonesia).
Pada tahun 1928, di Gedung Kramat 106 ini dijadikan sebagai salah satu tempat Kongres Pemuda Kedua, yaitu pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dan lahirlah keputusan yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Setelah Sumpah Pemuda, banyak pelajar meninggalkan gedung karena telah lulus belajar, sehingga pada tahun 1934 gedung ini disewakan kepada Pang Cem Yam sebagai rumah tinggal, sampai tahun 1937.
Foto dokumentasi para peserta Kongres Pemuda Indonesia IITulisan Soekarno di "Suluh Indonesia Moeda"Monumen Persatuan Pemuda 1928
Pang Cem Yam kemudian merubah dan meninggikan gedungnya, tentunya dengan seijin Sie Kong Liong. Sejak tahun 1937 hingga 1948, gedung Museum Sumpah Pemuda digunakan sebagai toko bunga dan kemudian beralih menjadi hotel hingga tahun 1951. Semasa pergolakan revolusi fisik, Gedung Kramat 106 dipakai sebagai markas pemuda pejuang. Kemudian sejak 1951 hingga 1970 disewa oleh Jawatan Bea dan Cukai untuk dijadikan kantor dan tempat penampungan karyawan.
Setelah berganti fungsi beberapa kali, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta pada 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda, diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974, dan dijadikan Benda Cagar Budaya Nasional.
Pada 16 Agustus 1979 pengelolaan Gedung Kramat 106 diserahkan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian berdasarkan SK Mendikbud No 29/O/1983 tanggal 7 Februari 1983, Gedung Sumpah Pemuda menjadi UPT di lingkungan Dirjen Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda. Pada tahun 2000, Museum Sumpah Pemuda dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Meja marmar dan kursi antik di ruang depan Museum Sumpah PemudaPatung dada Muhammad Jamin yang menjadi Sekretaris Kongres Pemudua II 1928Peninggalan benda bersejarah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI)
Upaya untuk merajut persatuan diantara organisasi kepemudaan itu dilakukan lewat pertandingan olah raga, ikut hadir sebagai pengamat dalam kongres pemuda lain, serta ada upaya untuk membentuk federasi organisasi kepemudaan yang mulai menggelinding pada tahun 1921.
Poster riwayat Pemoeda Kaoem Betawi yang berdiri pada awal 1927Poster yang menceritakan sejarah Perhimpunan Indonesia di BelandaFoto dokumentasi kegiatan Perhimpunan Indonesia di Belanda dan di negara lain
Kemudian pada tahun 1925 dilakukan pertemuan di Hotel Lux Orientis yang dipimpin Mohammad Tabrani, pada saat mana tercapai kesepakatan penyelenggaraan Kongres Pemuda Pertama pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926, membahas gagasan persatuan Indonesia, dan kemungkinan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Peta lokasi, foto dan nama nama-nama panitia Kongres Pemuda Indonesia IIPanitia Kongres Pemuda Indonesia II diketuai oleh Soegondo DjojopoespitoPatung dada Soegondo Djojopoespito dan patung Muhammad Jamin.
Di museum ada banyak sekali poster dan foto dokumentasi, salah satunya berisi informasi tentang Panitia Kongres Pemuda Indonesia II. Tugas panitia adalah mengadakan rapat umum dengan pidato yang memperkuat persatuan, serta merumuskan resolusi yang menganjurkan persatuan dan pemakaian Bahasa Indonesia di kalangan pemuda.
Panitia Kongres Pemuda Indonesia II diketuai Soegondo Djojopoespito (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Djoko Marsaid (Jong Sumatra Bond) sebagai Wakil Ketua, Amir Sjarifuddin (Jong Batak) sebagai Bendahara, dan sebagai Pembantu adalah Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond), Katjasoengkana (Pemuda Indonesia), RCL Senduk (Jong Celebes), Johannes Leimena (Jong Ambon), dan Mohammad Rochjani Su'ud (Pemuda Kaum Betawi).
Foto tulisan terbentuknya Pemoeda Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond dll Susunan Acara dan Panitia Kongres Pemuda Pertama Poster berisi riwayat Jong Sumatranen Bond (JSB)
Di Museum Sumpah Pemuda ada foto dokumentasi para peserta Kongres Pemuda Indonesia II yang merupakan rapat umum terbuka yang dihadiri sekitar 750 orang. Sebagai pembicara dalam Kongres Pemuda Kedua adalah Muhammad Yamin, Purnamawulan, Sarmidi Mangunsarkoro, Ramlan, Theo Pangemanan, dan Mr. Soenario.
Patung dada Soegondo Djojopoespito dan patung Mochammad Jamin bisa dijumpai di museum. Soegondo adalah ketua Kongres Pemuda Indonesia II yang melahirkan Sumpah Pemuda serta orang yang mempersilahkan WR Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya. Sedangkan Mochammad Jamin adalah Sekretaris Kongres Pemuda II 1928, dan merupakan salah satu pemuda yang tinggal di gedung ini ketika itu.
Di sebuah pojok ruangan ada tulisan tentang Pemoeda Kaoem Betawi, Perhimpunan Indonesia, dan organisasi kepemudaan sebelum Sumpah Pemuda. Ada pula dokumentasi foto saat Hatta, sebagai wakil Perhimpoenan Indonesia, mengetuai sidang Presidium Kongres Liga Menentang Imperialisme yang dihadiri tokoh pergerakan berbagai negara, seperti Nehru, Chen Kuen dan Liau Han Sin dari Cina, Willi Munzenberg dan George Ledebour dari Jerman, serta anggota Presidium dari Amerika Latin, Perancis, dan Inggris.
Riwayat Jong Java yang bermula dari Tri Koro Dharmo Riwayat Pemoeda Indonesia yang semula bernama Jong Indonesia Dokumentasi dan riwayat Kepanduan dan Jong Islamieten Bond Riwayat Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dll
Di pojok lain ada tulisan tentang Pemoeda Indonesia, Jong Java dan Jong Sumatranen Bond. Ada foto ketika Mohamad Saleh memegang poster bertuliskan "Lang Leve Indonesia" (Hidup Indonesia!) saat berlangsungnya Kongres XII Jong Java pada 23-27 Desember 1929 di Semarang. Dalam kongres ini diputuskan pembubaran Jong Java dan peleburannya ke dalam Indonesia Muda.
Poster lainnya di Museum Sumpah Pemuda berisi tulisan Ir. Soekarno di "Suluh Indonesia Moeda" tahun 192 yang berbunyi "Sebab kita yakin, bahwa persatuanlah yang kelak kemudian hari membawa kita ke arah terbentuknya impian kita: Indonesia Merdeka !"
Di ruangan di sebelah kirinya adalah patung seukuran manusia yang memperlihatkan Wage Rudolf Soepratman tengah memainkan biola membawakan lagu Indonesia Raya pada Kongres Pemuda II. Partitur serta kata-katanya dicetak dalam ukuran besar dan ditempelkan pada dinding di sebelah kirinya. WR Soepratman lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 19 Maret 1903, dan wafat di Surabaya pada 19 Agustus 1938.
Riwayat Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia yang didirikan di Jakarta Riwayat Partai Nasional Indonesia Riwayat Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politiek Kebangsaan Indonesia (PPPKI) Patung beberapa peserta Kongres Pemuda Indonesia WR Soepratman memainkan biola Indonesia Raya di Kongres Pemuda II.
"Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia.
Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1928 di negeri Djakarta. Sesoedahnya mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang diadakan didalam kerapatan tadi. Sesoedahnya menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini. Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan:
Pertama: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.
Kedua: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.
Ketiga: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.
Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wajib dipakai oleh segala perkoempoelan kebangsaan Indonesia. Mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatoeannja: KEMAOEAN, SEDJARAH, BAHASA, HOEKOEM ADAT, PENDIDIKAN DAN KEPANDOEAN, dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan dimoeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita"
Syair lagu Indonesia Raya Bait II Syair lagu Indonesia Raya Bait III Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia Relief sejarah pergerakan dan perjuangan pemuda Riwayat kepeloporan Pemuda 1945 Seorang pemuda laskar rakyat gugur dalam pertempuran November 1945 di Surabaya Para pemuda dalam satuan TNI yang harus masuk keluar hutan untuk berjuang Rapat raksasa di Lapangan Ikada
Ada pula Monumen Persatuan Pemuda 1928, berupa tangan mengepal yang melambangkan kekuatan tekad bersatu, dengan teks Sumpah Pemuda di bagian bawah depan, dan daftar organisasi pemuda pendukung Sumpah Pemuda pada bagian samping kanan. Monumen ini berada di halaman tengah Museum Sumpah Pemuda.
Koleksi museum lainnya adalah replika peralatan rumah tangga milik Sie Kong Liong, piringan hitam lagu Indonesia Raya, vandel, bendera, dan koleksi bende bersejarah lainnya.
Bung Karno dan para tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering datang ke Gedung Kramat 106 untuk membicarakan bentuk perjuangan dengan para penghuninya. Di gedung ini pernah diselenggarakan kongres Sekar Roekoen, kongres Pemuda Indonesia, dan PPPI.
Vespa milik Hata Saleh yang digunakan KAMI di Jakarta tahun 1966 Lambang organisasi kepemudaan peserta Kongres Pemuda Indonesia II Biola asli yang dimainkan oleh WR Supratman Kisah WR Soepratman dengan biolanya Pelajaran seputar peristiwa bersejarah di tanah air Monumen Persatuan Pemuda 1928 dengan teks Sumpah Pemuda Patung para tokoh Kongres Pemuda II
Di halaman tengah museum juga terdapat sebuah relief yang menunjukkan sejarah pergerakan dan perjuangan pemuda sebelum proklamasi, saat Proklamasi Kemerdekaan dan perjuangan selama periode revolusi kemerdekaan serta pada peristiwa sesudahnya. Patung para tokoh yang berperan dalam Kongres Pemuda II saya lihat ada di teras belakang museum, diantaranya adalah J Leimena, Mr. Sartono dan Prof. Mr. Soenarjo.
Keterangan foto lengkap ada di sini.
Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Pusat, Hotel Melati di Jakarta Pusat, Peta Wisata Jakarta Pusat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Pusat.
Menurut catatan sejarah Gedung Museum Sumpah Pemuda pada awalnya adalah rumah tinggal Sie Kong Liang yang dibangun pada permulaan abad ke-20. Sejak 1908 gedung ini disewa oleh pelajar Stovia dan RS (Rechts School) sebagai tempat tinggal dan belajar, dan dikenal dengan nama Commensalen Huis. Diantara tokoh pemuda yang pernah tinggal di gedung ini adalah Abu Hanifah, AK Gani, Amir Syarifudin, Assaat, Mangaraja Pintor, Muhammad Yamin, Setiawan, dan Suyadi.
Gedung itu juga digunakan sebagai tempat latihan kesenian "Langen Siswo" dan ajang diskusi politik. Ketika Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia (PPPI) berdiri pada September 1926, gedung ini dijadikan sebagai kantor PPPI sekaligus kantor redaksi majalah PPPI yang bernama Indonesia Raya.
Teras Museum Sumpah Pemuda
Sejak tahun 1927, Gedung Kramat 106 dimana Museum Sumpah Pemuda sekarang berada, digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda untuk kongres, sehingga pada tahun 1928 namanya berubah menjadi Indonesische Clubhuis atau Indonesische Clubgebouw (Gedung Pertemuan Indonesia).
Pada tahun 1928, di Gedung Kramat 106 ini dijadikan sebagai salah satu tempat Kongres Pemuda Kedua, yaitu pada tanggal 27-28 Oktober 1928, dan lahirlah keputusan yang kemudian dikenal sebagai Sumpah Pemuda. Setelah Sumpah Pemuda, banyak pelajar meninggalkan gedung karena telah lulus belajar, sehingga pada tahun 1934 gedung ini disewakan kepada Pang Cem Yam sebagai rumah tinggal, sampai tahun 1937.
Foto dokumentasi para peserta Kongres Pemuda Indonesia IITulisan Soekarno di "Suluh Indonesia Moeda"Monumen Persatuan Pemuda 1928
Pang Cem Yam kemudian merubah dan meninggikan gedungnya, tentunya dengan seijin Sie Kong Liong. Sejak tahun 1937 hingga 1948, gedung Museum Sumpah Pemuda digunakan sebagai toko bunga dan kemudian beralih menjadi hotel hingga tahun 1951. Semasa pergolakan revolusi fisik, Gedung Kramat 106 dipakai sebagai markas pemuda pejuang. Kemudian sejak 1951 hingga 1970 disewa oleh Jawatan Bea dan Cukai untuk dijadikan kantor dan tempat penampungan karyawan.
Setelah berganti fungsi beberapa kali, Gedung Kramat 106 dipugar Pemda DKI Jakarta pada 3 April-20 Mei 1973 dan diresmikan Gubernur DKI Jakarta, Ali Sadikin, pada 20 Mei 1973 sebagai Gedung Sumpah Pemuda, diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto pada 20 Mei 1974, dan dijadikan Benda Cagar Budaya Nasional.
Pada 16 Agustus 1979 pengelolaan Gedung Kramat 106 diserahkan ke Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kemudian berdasarkan SK Mendikbud No 29/O/1983 tanggal 7 Februari 1983, Gedung Sumpah Pemuda menjadi UPT di lingkungan Dirjen Kebudayaan dengan nama Museum Sumpah Pemuda. Pada tahun 2000, Museum Sumpah Pemuda dikelola oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata.
Meja marmar dan kursi antik di ruang depan Museum Sumpah PemudaPatung dada Muhammad Jamin yang menjadi Sekretaris Kongres Pemudua II 1928Peninggalan benda bersejarah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI)
Kongres Pemuda Indonesia I
Berdirinya Boedi Oetomo pada tanggal 20 Mei 1908 menjadi awal kebangkitan bangsa Indonesia, yang kemudian diikuti dengan berdirinya organisasi pemuda lainnya seperti Tri Koro Darmo, Sekar Roekoen, Pemoeda Kaoem Betawi, Jong Sumatrenen Bond, Jong Bataks Bond, Jong Ambon, Jong Minahasa, dan Perhimpunan Peladjar-Peladjar Indonesia (PPPI).Upaya untuk merajut persatuan diantara organisasi kepemudaan itu dilakukan lewat pertandingan olah raga, ikut hadir sebagai pengamat dalam kongres pemuda lain, serta ada upaya untuk membentuk federasi organisasi kepemudaan yang mulai menggelinding pada tahun 1921.
Poster riwayat Pemoeda Kaoem Betawi yang berdiri pada awal 1927Poster yang menceritakan sejarah Perhimpunan Indonesia di BelandaFoto dokumentasi kegiatan Perhimpunan Indonesia di Belanda dan di negara lain
Kemudian pada tahun 1925 dilakukan pertemuan di Hotel Lux Orientis yang dipimpin Mohammad Tabrani, pada saat mana tercapai kesepakatan penyelenggaraan Kongres Pemuda Pertama pada tanggal 30 April - 2 Mei 1926, membahas gagasan persatuan Indonesia, dan kemungkinan penggunaan bahasa Melayu sebagai bahasa persatuan.
Kongres Pemuda Indonesia II
Keputusan menyelenggarakan Kongres Pemuda Indonesia II pada 27-28 Oktober 1928 yang dilakukan atas inisiatif PPPI, diambil di gedung ini pada 15 Agustus 1928. Kongres dilaksanakan di tiga tempat, yaitu Gedung Katholieke Jongenlingen Bond (sekarang Gereja Katedral Jakarta), Gedung Oost Java Bioscoop (sudah tidak ada), dan terakhir di Gedung Indonesische Clubgebouw (Museum Sumpah Pemuda sekarang).Peta lokasi, foto dan nama nama-nama panitia Kongres Pemuda Indonesia IIPanitia Kongres Pemuda Indonesia II diketuai oleh Soegondo DjojopoespitoPatung dada Soegondo Djojopoespito dan patung Muhammad Jamin.
Di museum ada banyak sekali poster dan foto dokumentasi, salah satunya berisi informasi tentang Panitia Kongres Pemuda Indonesia II. Tugas panitia adalah mengadakan rapat umum dengan pidato yang memperkuat persatuan, serta merumuskan resolusi yang menganjurkan persatuan dan pemakaian Bahasa Indonesia di kalangan pemuda.
Panitia Kongres Pemuda Indonesia II diketuai Soegondo Djojopoespito (Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia), Djoko Marsaid (Jong Sumatra Bond) sebagai Wakil Ketua, Amir Sjarifuddin (Jong Batak) sebagai Bendahara, dan sebagai Pembantu adalah Djohan Mohammad Tjai (Jong Islamieten Bond), Katjasoengkana (Pemuda Indonesia), RCL Senduk (Jong Celebes), Johannes Leimena (Jong Ambon), dan Mohammad Rochjani Su'ud (Pemuda Kaum Betawi).
Foto tulisan terbentuknya Pemoeda Indonesia, Jong Java, Jong Sumatranen Bond dll Susunan Acara dan Panitia Kongres Pemuda Pertama Poster berisi riwayat Jong Sumatranen Bond (JSB)
Di Museum Sumpah Pemuda ada foto dokumentasi para peserta Kongres Pemuda Indonesia II yang merupakan rapat umum terbuka yang dihadiri sekitar 750 orang. Sebagai pembicara dalam Kongres Pemuda Kedua adalah Muhammad Yamin, Purnamawulan, Sarmidi Mangunsarkoro, Ramlan, Theo Pangemanan, dan Mr. Soenario.
Patung dada Soegondo Djojopoespito dan patung Mochammad Jamin bisa dijumpai di museum. Soegondo adalah ketua Kongres Pemuda Indonesia II yang melahirkan Sumpah Pemuda serta orang yang mempersilahkan WR Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya. Sedangkan Mochammad Jamin adalah Sekretaris Kongres Pemuda II 1928, dan merupakan salah satu pemuda yang tinggal di gedung ini ketika itu.
Di sebuah pojok ruangan ada tulisan tentang Pemoeda Kaoem Betawi, Perhimpunan Indonesia, dan organisasi kepemudaan sebelum Sumpah Pemuda. Ada pula dokumentasi foto saat Hatta, sebagai wakil Perhimpoenan Indonesia, mengetuai sidang Presidium Kongres Liga Menentang Imperialisme yang dihadiri tokoh pergerakan berbagai negara, seperti Nehru, Chen Kuen dan Liau Han Sin dari Cina, Willi Munzenberg dan George Ledebour dari Jerman, serta anggota Presidium dari Amerika Latin, Perancis, dan Inggris.
Riwayat Jong Java yang bermula dari Tri Koro Dharmo Riwayat Pemoeda Indonesia yang semula bernama Jong Indonesia Dokumentasi dan riwayat Kepanduan dan Jong Islamieten Bond Riwayat Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dll
Di pojok lain ada tulisan tentang Pemoeda Indonesia, Jong Java dan Jong Sumatranen Bond. Ada foto ketika Mohamad Saleh memegang poster bertuliskan "Lang Leve Indonesia" (Hidup Indonesia!) saat berlangsungnya Kongres XII Jong Java pada 23-27 Desember 1929 di Semarang. Dalam kongres ini diputuskan pembubaran Jong Java dan peleburannya ke dalam Indonesia Muda.
Poster lainnya di Museum Sumpah Pemuda berisi tulisan Ir. Soekarno di "Suluh Indonesia Moeda" tahun 192 yang berbunyi "Sebab kita yakin, bahwa persatuanlah yang kelak kemudian hari membawa kita ke arah terbentuknya impian kita: Indonesia Merdeka !"
Di ruangan di sebelah kirinya adalah patung seukuran manusia yang memperlihatkan Wage Rudolf Soepratman tengah memainkan biola membawakan lagu Indonesia Raya pada Kongres Pemuda II. Partitur serta kata-katanya dicetak dalam ukuran besar dan ditempelkan pada dinding di sebelah kirinya. WR Soepratman lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 19 Maret 1903, dan wafat di Surabaya pada 19 Agustus 1938.
Riwayat Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia yang didirikan di Jakarta Riwayat Partai Nasional Indonesia Riwayat Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politiek Kebangsaan Indonesia (PPPKI) Patung beberapa peserta Kongres Pemuda Indonesia WR Soepratman memainkan biola Indonesia Raya di Kongres Pemuda II.
Poetoesan Congres Pemoeda
Walau mendapat gangguan dari Polisi Rahasia Belanda, namun kongres berhasil mengambil keputusan sangat bersejarah yaitu Sumpah Pemuda. Sebuah poster besar pada dinding museum yang merupakan salinan "Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia" berbunyi:"Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia.
Memboeka rapat pada tanggal 27 dan 28 Oktober tahoen 1928 di negeri Djakarta. Sesoedahnya mendengar pidato-pidato pembitjaraan jang diadakan didalam kerapatan tadi. Sesoedahnya menimbang segala isi-isi pidato-pidato dan pembitjaraan ini. Kerapatan laloe mengambil kepoetoesan:
Pertama: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERTOEMPAH DARAH JANG SATOE, TANAH INDONESIA.
Kedua: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA.
Ketiga: KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA MENDJOENDJOENG BAHASA PERSATOEAN, BAHASA INDONESIA.
Setelah mendengar poetoesan ini, kerapatan mengeloearkan kejakinan azas ini wajib dipakai oleh segala perkoempoelan kebangsaan Indonesia. Mengeloearkan kejakinan persatoean Indonesia diperkoeat dengan memperhatikan dasar persatoeannja: KEMAOEAN, SEDJARAH, BAHASA, HOEKOEM ADAT, PENDIDIKAN DAN KEPANDOEAN, dan mengeloearkan pengharapan soepaja poetoesan ini disiarkan dalam segala soerat kabar dan dibatjakan dimoeka rapat perkoempoelan-perkoempoelan kita"
Syair lagu Indonesia Raya Bait II Syair lagu Indonesia Raya Bait III Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia Relief sejarah pergerakan dan perjuangan pemuda Riwayat kepeloporan Pemuda 1945 Seorang pemuda laskar rakyat gugur dalam pertempuran November 1945 di Surabaya Para pemuda dalam satuan TNI yang harus masuk keluar hutan untuk berjuang Rapat raksasa di Lapangan Ikada
Ada pula Monumen Persatuan Pemuda 1928, berupa tangan mengepal yang melambangkan kekuatan tekad bersatu, dengan teks Sumpah Pemuda di bagian bawah depan, dan daftar organisasi pemuda pendukung Sumpah Pemuda pada bagian samping kanan. Monumen ini berada di halaman tengah Museum Sumpah Pemuda.
Koleksi museum lainnya adalah replika peralatan rumah tangga milik Sie Kong Liong, piringan hitam lagu Indonesia Raya, vandel, bendera, dan koleksi bende bersejarah lainnya.
Bung Karno dan para tokoh Algemeene Studie Club Bandung sering datang ke Gedung Kramat 106 untuk membicarakan bentuk perjuangan dengan para penghuninya. Di gedung ini pernah diselenggarakan kongres Sekar Roekoen, kongres Pemuda Indonesia, dan PPPI.
Vespa milik Hata Saleh yang digunakan KAMI di Jakarta tahun 1966 Lambang organisasi kepemudaan peserta Kongres Pemuda Indonesia II Biola asli yang dimainkan oleh WR Supratman Kisah WR Soepratman dengan biolanya Pelajaran seputar peristiwa bersejarah di tanah air Monumen Persatuan Pemuda 1928 dengan teks Sumpah Pemuda Patung para tokoh Kongres Pemuda II
Di halaman tengah museum juga terdapat sebuah relief yang menunjukkan sejarah pergerakan dan perjuangan pemuda sebelum proklamasi, saat Proklamasi Kemerdekaan dan perjuangan selama periode revolusi kemerdekaan serta pada peristiwa sesudahnya. Patung para tokoh yang berperan dalam Kongres Pemuda II saya lihat ada di teras belakang museum, diantaranya adalah J Leimena, Mr. Sartono dan Prof. Mr. Soenarjo.
Keterangan foto lengkap ada di sini.
Museum Sumpah Pemuda
Alamat: Jl. Kramat Raya 106 Jakarta Pusat. Nomor Telp 021-3103217, 3154546. Fax. 021-3154546. Lokasi GPS : -6.18363, 106.84315, Waze. Jam buka Selasa - Jum’at 08.00 - 15.00 WIB. Sabtu - Minggu 08.00 - 14.00 WIB. Senin/hari besar tutup. Harga tiket masuk : dewasa Rp. 2.000, anak-anak Rp. 1.000, Wisatawan asing Rp 10.000. Rombongan Dewasa Rp. 1.000, Anak-anak Rp. 500.Nomor Telepon Penting, Hotel di Jakarta Pusat, Hotel Melati di Jakarta Pusat, Peta Wisata Jakarta Pusat, Peta Wisata Jakarta, Rute Lengkap Jalur Busway TransJakarta, Tempat Wisata di Jakarta, Tempat Wisata di Jakarta Pusat.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.