Foto Museum Sumpah Pemuda



Foto kiri: Teras depan Museum Sumpah Pemuda, Jakarta. Sejak tahun 1927 Gedung Kramat 106, dimana Museum Sumpah Pemuda sekarang berada, digunakan oleh berbagai organisasi pergerakan pemuda, sehingga namanya berubah dari Langen Siswo menjadi Indonesische Clubhuis atau Clubgebouw (gedung pertemuan).

Ada banyak sekali poster dan foto dokumentasi, salah satunya berisi informasi Panitia Kongres Pemuda Indonesia II. Tugas panitia adalah mengadakan rapat umum dengan pidato yang memperkuat persatuan, serta merumuskan resolusi yang menganjurkan persatuan dan pemakaian Bahasa Indonesia di kalangan pemuda.

Foto kanan: Di Museum Sumpah Pemuda Jakarta Pusat ada foto dokumentasi para peserta Kongres Pemuda Indonesia II yang merupakan rapat umum terbuka yang dihadiri sekitar 750 orang. Di ruangan ini ada patung dada Soegondo Djojopoespito dan patung Mochammad Jamin.

Soegondo adalah ketua Kongres Pemuda Indonesia II yang melahirkan Sumpah Pemuda serta orang yang mempersilahkan WR Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya. Sedangkan Mochammad Jamin adalah Sekretaris Kongres Pemuda II 1928, dan merupakan salah satu pemuda yang tinggal di gedung ini ketika itu.



Foto kiri: Poster di Museum Sumpah Pemuda berisi tulisan Soekarno di "Suluh Indonesia Moeda" yang diantaranya berisi kalimat "Sebab kita yakin, bahwa persatuanlah yang kelak kemudian hari membawa kita ke arah terbentuknya impian kita: Indonesia Merdeka!"

Ada patung Wage Rudolf Soepratman memainkan biola, partitur serta syair lagu Indonesia Raya yang dibuat dalam ukuran besar dan ditempelkan pada dinding. WR Soepratman lahir di Purworejo, Jawa Tengah, tanggal 19 Maret 1903, dan meninggal di Surabaya pada tanggal 19 Agustus 1938.

Foto kanan: Monumen Persatuan Pemuda 1928, berupa tangan mengepal yang melambangkan kekuatan tekad bersatu, dengan teks Sumpah Pemuda di bagian bawah depan, dan daftar organisasi pemuda pendukung Sumpah Pemuda pada bagian samping kanan. Monumen ini berada di halaman tengah Museum Sumpah Pemuda.



Foto kiri: Seperangkat meja marmar dan kursi di ruang depan Museum Sumpah Pemuda, serta patung dada Muhammad Jamin di pojok ruangan. Muhammad Jamin menjadi Sekretaris Kongres Pemuda II 1928.

Foto kanan: Patung dada Muhammad Jamin yang menjadi Sekretaris Kongres Pemudua II 1928. Ia adalah tokoh Jong Sumatranen Bond 1926-1928, dan Anggota Vloksraad 1938 - 1942. Yamin lahir di Sawah Lunto pada 23 Agustus 1903 dan wafat di Jakarta pada 17 Oktober 1962 di Jakarta. Makam Mohammad Yamin di Sawah Lunto pernah saya kunjungi beberapa waktu lalu.



Foto kiri: Peta yang memperlihatkan lokasi Sidang Kongres Pemuda Indonesia II, foto panitia, nama-nama panitia Kongres Pemuda Indonesia II, serta poster yang berisi riwayat Sumpah Pemuda, semuanya masih berada di ruang depan Museum Sumpah Pemuda.

Foto kanan: Panitia Kongres Pemuda Indonesia II diketuai oleh Soegondo Djojopoespito yang mewakili Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, Djoko Marsaid sebagai Wakil Ketua (wakil Jong Sumatra Bond), Amir Sjarifuddin sebagai Bendahara (wakil Jong Batak), dan sebagai Pembantu adalah Djohan Mohammad Tjai (wakil Jong Islamieten Bond), Katjasoengkana (wakil Pemuda Indonesia), RCL Senduk (wakil Jong Celebes), Johannes Leimena (wakil Jong Ambon), dan Mohammad Rochjani Su’ud (wakil Pemuda Kaum Betawi).

Patung dada Soegondo Djojopoespito dan patung Muhammad Jamin. Soegondo adalah ketua Kongres Pemuda Indonesia II yang melahirkan Sumpah Pemuda serta orang yang mempersilahkan WR Supratman memainkan lagu Indonesia Raya dengan biolanya. Ia adalah anggota Jong Java, PPPI, mengajar di Perguruan Rakyat dan Taman Siswa. Soegondo lahir di Tuban 22 Februari 1905 dan wafat di Jogja pada 23 April 1978.



Peninggalan benda bersejarah Kepanduan Bangsa Indonesia (KBI) berupa dasi warna hijau, dasi merah putih dengan tulisan tangan 8 April 1939 Sabtu Pon di Semarang dan tanda tangan anggota, pisau belati, celana pandu, dan kotak PPPK. Ada pula tanda tingkatan KBI, tanda pengenal kepanduan Muhammadiyah, pisau lipat, peluit, dan sabuk Hizbul Wathan.



Poster riwayat Pemoeda Kaoem Betawi yang berdiri pada awal 1927 dengan harapan dapat memajukan para pemuda Betawi. Ketua Pemoeda Kaoem Betawi yang pertama adalah Mohamad Tabrani, namun yang diutus sebagai wakil Pemoeda Kaoem Betawi dalam Kongres Pemuda Kedua adalah Mohammad Rochjani Soe'oed, ketua organisasi pada 1928.



Poster yang menceritakan sejarah Perhimpunan Indonesia di Belanda yang semula bernama Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Perubahan nama menjad Perhimpunan Indonesia terjadi pada 8 Februari 1925, pada masa kepengurusan Sukiman Wiriosandjojo. Nama majalah yang semula Hindia Poetra berubah menjadi Indonesia Merdeka.



Foto dokumentasi terkait kegiatan Perhimpunan Indonesia yang seluruhnya ada 14 buah. Foto 1 di kiri atas Abdul Madjid Djojodiningrat, Ali Sastroamidjojo, dan Nasir Pamuncak bersama dua pengacara dan Ny. Ali Sastroamidjojo, berfoto di depan penjara setelah lima bulan ketiganya mendekam di penjara Den Haag dan dibebaskan. Foto 4 adalah para pendiri Perhimpunan Indonesia berfoto bersama di Belanda, yaitu Darmawan Mangoenkoesoema, Mohammad Hatta, Iwa Koesoemasoemantri, R. Sastromoeljono, dan R.M. Sartono. Foto 10, Hatta sebagai wakil Perhimpoenan Indonesia mengetuai sidang presidium kongres Liga Menentang Imperialisme yang dihadiri tokoh pergerakan dari berbagai negara, diantaranya Jawaharlal Nehru (India), Chen Kuen dan Liau Han Sin (Cina), Willi Munzenverg dan George Ledebour (Jerman), dan anggota presidium dari Amerika Latin, Prancis, dan Inggris.



Di pojok lain ada sekelompok dokumentasi foto tentang kegiatan para tokoh pergerakan lainnya, serta tulisan yang menceritakan tentang Pemoeda Indonesia yang dibentuk di Bandung pada 20 Februari 1927, Jong Java yang awalnya dibentuk dengan nama Tri Koro Dharmo pada 7 Maret 1915, dan Jong Sumatranen Bond yang dibentuk pada 9 Desember 1917. Ada foto ketika Mohamad Saleh memegang poster bertuliskan “Lang Leve Indonesia” (Hidup Indonesia!) saat berlangsungnya Kongres XII Jong Java pada 23-27 Desember 1929 di Semarang. Dalam kongres ini diputuskan pembubaran Jong Java dan peleburannya ke dalam Indonesia Muda.



Sebuah poster di Museum Sumpah Pemuda yang berisi susunan Panitia Kongres Pemuda Pertama serta agenda rapat mulai dari Rapat Pertama yang berlangsung pada 30 April 1926, Rapat Kedua pada 1 Mei 1926, sampai Rapat Ketiga pada 2 Mei 1926.



Poster berisi riwayat Jong Sumatranen Bond (JSB) di Museum Sumpah Pemuda. JSB melahirkan sejumlah tokoh pergerakan seperti Mohammad Hatta, Muhammad Yamin, Bahder Djohan, Aboe Hanifah, dan Mohamad Amir. Pada Kongres Pemuda Kedua, Jong Sumatraben Bond mengutus Muhammad Yamin.



Poster yang berisi riwayat Jong Java, sebuah organisasi yang bermula dari Tri Koro Dharmo yang didirikan oleh Satiman Wiriosandjojo pada 7 Maret 1915. Sejak 27 Desember 1929 Jong Java membubarkan diri dan bergabung dengan Indoesia Moeda.



Poster berisi riwayat Pemoeda Indonesia yang berdiri dengan nama Jong Indonesia pada 20 Februari 1927 di Bandung dan kemudian berubah menjadi Pemoeda Indonesia pada 28 Desember 1927. Diantara pendirinya adalah R.M. Joesoepadi Danoehadiningrat, Soegiono, Mr. Soenario dan Mr. Sartono.



Sejumlah foto dokumentasi dan poster riwayat Kepanduan dan Jong Islamieten Bond (JIB). JIB didirikan di Jakarta pada 1 Januari 1925 oleh sejumlah pelajar untuk mengadakan kursus agama Islam bagi para pelajar dan untuk mengikat rasa persaudaraan antara para pemuda pelajar Islam yang berasal dari berbagai daerah. JIB juga membentuk Organisasi Pandu Indonesia (National Indonesische Padvinderij, disingkat Natipij), organisasi pandu pertama yang memakai nama Indonesia.



Sejumlah foto dokumentasi serta poster di Museum Sumpah Pemuda yang berisi riwayat tentang Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia, Partai Nasional Indonesia, serta Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politiek Kebangsaan Indonesia.



Poster yang berisi riwayat Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia yang didirikan di Jakarta pada 1926 oleh para mahasiswa Rechts Hoogeschool (Sekolah Tinggi Hukum) dan Technische Hoogeschool (Sekolah Tinggi Teknik). Diantara tokoh PPPI yang menonjol adalah Soegondo Djojopoespito, Sigit Abdul Syukur, Goelarso, Soemitro, Samijono, Hendromartono, Soebari, Rochjani, Soenarko, S. Djoened Poesponegoro, Koentjoro, Wilopo, Soerjadi, AK Gani, Amir Sjarifoedin, dan Aboe Hanifah.



Poster riwayat Partai Nasional Indonesia yang awalnya adalah Algemeene Studie Club (Kelompok Studi Umum) yang didirikan Sukarno di Bandung pada 29 November 1925. Pada 4 Juli 1927 ASC mendirikan Perserikatan Nasional Indonesia, dan pada kongres pertama di Surabaya pada 27-30 Mei 1928 namanya resmi berubah menjadi Partai Nasional Indonesia.



Poster tentang riwayat Permufakatan Perhimpunan-Perhimpunan Politiek Kebangsaan Indonesia (PPPKI) yang berdiri pada 17 Desember 1927 atas inisiatif Sukarno dari PNI dan disambut baik oleh Partai Sarekat Islam. PPPKI beranggotakan PNI, PSI, Boedi Oetomo, Pasoendan, Serikat Sumatera, Kaoem Betawi, dan Indonesische Studieclub.



Patung beberapa peserta Kongres Pemuda Indonesia di ruangan tengah Museum Sumpah Pemuda, dengan sebuah poster berisi rincian Putusan Kongres Pemuda-Pemuda Indonesia menempel pada dinding di sebelah kanan.



Patung seukuran manusia yang memperlihatkan Wage Rudolf Soepratman tengah memainkan biola membawakan lagu Indonesia Raya pada Kongres Pemuda II. Partitur serta kata-katanya dicetak dalam ukuran besar dan ditempelkan pada dinding di sebelah kirinya. WR Soepratman lahir di Purworejo, Jawa Tengah, pada 19 Maret 1903, dan wafat di Surabaya pada 19 Agustus 1938.



Syair lagu Indonesia Raya II yang tak populer lantaran tak pernah dinyanyikan di sekolah atau pun pada upacara kenegaraan dan acara-acara resmi. Makam WR Supratman ada di Surabaya dan sudah pernah saya kunjungi.



Syair lagu Indonesia Raya III yang juga tak dikenal karena tak pernah dinyanyikan selama belajar di sekolah atau pun pada upacara kenegaraan dan acara-acara resmi lainnya.



Poetoesan Congres Pemoeda-Pemoeda Indonesia yang berbunyi: “Kerapatan pemoeda-pemoeda Indonesia diadakan oleh perkoempoelan pemoeda Indonesia jang berdasarkan kebangsaan dengan namanja Jong Java, Jong Soematra (Pemoeda Soematra), Pemoeda Indonesia, Sekar Roekoen, Jong Islamieten, Jong Bataksbond, Jong Celebes, Pemoeda Kaoem Betawi dan Perhimpoenan Peladjar2 Indonesia....", dst.



Di halaman tengah museum juga terdapat sebuah relief yang menunjukkan sejarah pergerakan dan perjuangan pemuda sebelum proklamasi, saat Proklamasi Kemerdekaan dan perjuangan selama periode revolusi kemerdekaan serta pada peristiwa sesudahnya.



Sebuah poster berisi riwayat kepeloporan Pemuda 1945 yang mulai tumbuh semasa pendudukan Jepang dengan bergabungnya para pemuda dalam Barisan Pemuda Asia Timur Raya, Angkatan Moeda Indonesia, Seinendan, Keibodan, Heiho, dan relawan Pembela Tanah Air (PETA).



Seorang pemuda anggota laskar rakyat gugur ketika berusaha menahan laju pasukan sekutu dalam pertempuran bulan November 1945 di Sirabaya.



Foto dokumentasi yang memperlihatkan para pemuda dalam satuan TNI yang harus masuk keluar hutan untuk berjuang. Mereka tampak tengah mempersiapkan logistik dalam rangkaian aksi gerilya di front Jawa Barat.



Dokumentasi foto rapat raksasa di Lapangan Ikada (Ikatan Atletik Djakarta, atau Lapangan Gambir), saat Soekarno memberikan pidato pada 19 September, 1945. Rapat dihadiri lebih dari 100.000 orang itu berakhir dengan damai setelah mendengarkan pidato singkat Bung Karno. Teks pidato Bung Karno ada di Museum Joang 45.



Koleksi Vespa milik Hata Saleh yang digunakan Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) untuk menghubungi posko-posko Mahasiswa di Jakarta pada tahun 1966. Di ruangan terpisah ini terdapat dokumentasi foto saat pergolakan tahun 66, serta foto rangkaian peristiwa kerusuhan Mei 1998 hingga saat Presiden Suharto menyatakan berhenti sebagai Presiden RI.



Sebagian dari lambang organisasi kepemudaan yang ikut dalam Kongres Pemuda Indonesia II, yaitu Jong Java, Jong Soematranen Bond, Jong Ambon, Jong Celebes, Jong Bataks Bond, Sekar Roekoen, Pemoeda Kaoem Betawi, Pemoeda Indonesia, Jong Islamieten Bond, dan Perhimpunan Peladjar-Peladjar Indonesia.



Biola asli yang dimainkan oleh WR Supratman untuk membawakan lagu Indonesia Raya pada malam penutupan Kongres Pemuda Indonesia II. Ketika WR Supratman wafat pada 17 Agustus 1938, biola itu dirawat oleh Ny. Roekijem Supratijah. Pada 1974 ketika Museum Sumpah Pemuda diresmikan, Ny. Roekijem sebagai wakil keluarga WR Supratman, melalui Kusbini menyerahkan biola ini untuk menjadi koleksi museum.



Poster berisi teks kisah WR Soepratman dengan biolanya. Riwayat singkatnya ditulis dalam poster ini, juga perannya dalam kongres Pemuda Kedua, dimana pada malam penutupan ia menggesek biolanya membawakan lagu Indonesia Raya.



Meja bundar dengan meja marmer dan kursi beralas penjalin tampak di salah satu pojok ruang Museum Sumpah Pemuda. Penjelasan tentang foto yang dipasang di sana sangat membantu pengunjung dalam mempelajari sejarah seputar peristiwa bersejarah ini.



Pandangan dekat pada Monumen Persatuan Pemuda 1928. Teks sumpah pemuda ada di bagian depan, dan bagian samping adalah daftar perkumpulan pemuda yang ikut membuat sejarah dalam mengumandangkan sumpah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia ini.



Patung para tokoh yang berperan dalam Kongres Pemuda II saya lihat ada di teras belakang museum, diantaranya adalah J Leimena, Mr. Sartono dan Prof. Mr. Soenarjo.



©2021 Ikuti