Banjarnegara, Jawa Tengah, Waduk

Waduk Mrica Banjarnegara

Waduk Mrica di Banjarnegara adalah sebutan populer bagi Bendungan PLTA Panglima Besar Sudirman yang ada di Kabupaten Banjarnegara. Waduk Mrica dibuat dengan membendung Kali Serayu, mengubur 32 desa subur di 7 kecamatan, termasuk siphon cantik peninggalan Belanda yang menjadi bagian ingatan masa kecil saya.

Gunung Tampomas di Desa Masaran yang kisah legendanya juga menjadi hiburan pelupa lelah ketika mengiringi mendiang bapak berjalan kak dari stasiun kereta api terdekat ke Desa Masaran di akhir tahun 60-an juga dihancurkan, diambil batunya untuk pembangunan waduk ini. Hilangnya siphon baru saya ketahui ketika berkunjung ke Waduk Mrica beberapa waktu lalu, dari informasi penduduk setempat. Sedangkan nasib Gunung Tampomas baru saya ketahui beberapa saat sebelumnya ketika berkunjung ke Desa Masaran untuk melakukan ziarah ke Makam Eyang Hoedawikarta sambil menghidupkan kenangan tentang Kali Siluman.

Setelah sempat bertanya arah akhirnya kami sampai di pos jaga Waduk Mrica, dan lalu masuk ke area di bagian atas. Belakangan baru saya ketahui bahwa kendaraan bisa masuk ke jalanan di tepian waduk. Karena parkir di atas, untuk sampai ke tepian waduk saya berjalan kaki menuruni lereng berumput karena undakan terletak agak jauh di tengah.

Saat itu kami melihat ada sebuah perahu melintas di atas Waduk Mrica. Naik perahu adalah salah satu kegiatan wisata yang bisa dilakukan oleh pengunjung, selain menikmati panorama waduk, memancing, makan minum di warung dengan menu khas Banjarnegara seperti es dawet dan serabi, melihat pertunjukan di panggung hiburan jika ada, dan anak-anak bisa bermain di taman bermain.

Waduk Mrica tercatat memiliki panjang 6,5 Km, terpanjang di Asia Tenggara, dengan luas waduk 1.250 Ha. Selain sebagai pengatur dan pemasok air ke saluran irigasi untuk mengairi area persawahan di wilayah Banjarnegara, waduk ini memiliki pembangkit listrik tenaga air yang mampu memasok listrik sebesar 184,5 MW bagi daerah Jawa Bali.

Beberapa tahun lalu muncul sebuah tulisan di laman Tempo yang menyebutkan bahwa sedimentasi di Waduk Mrica telah mencapai 92 juta meter kubik dengan ketebalan mencapai tujuh meter. Ini bukan jumlah yang main-main. Jika laju sedimentasi ini tidak segera dikendalikan maka umur waduk diperkirakan hanya tinggal 12 tahun lagi, mungkin kurang.

Kami menapaki undakan dari jalanan di tepian waduk menuju ke dermaga perahu wisata. Di sebelah kiri undakan adalah bangunan penjualan karcis perahu serta area tunggu. Sedangkan di ujung kanan ada anak tangga untuk turun ke tepian air. Di atas undakan ini ada beberapa buah gazebo yang bisa digunakan sebagai tempat bersantai dan berteduh dari hujan dan panas.

Beberapa saat kemudian kami berdiri di atas dek pandang dan dermaga di pinggiran Waduk Mrica, yang selain dipakai untuk menaikturunkan penumpang perahu wisata di libur akhir pekan, juga dipakai sebagai tempat duduk oleh pehobi mancing di hari-hari lainnya. Di Hari Jumat itu terlihat ada dua orang pemancing duduk di undakan dermaga untuk mencoba peruntungan mereka.

Tengara di ujung dermaga memberi peringatan agar tidak terjun ke dalam waduk karena sangat berbahaya. Pada sisi sebaliknya terdapat bangunan kecil beratap limasan yang digunakan sebagai tempat penjualan loket perahu wisata. Di sebelahnya terdapat peneduh tanpa tempat duduk yang tampaknya dimaksudkan sebagai antrian untuk naik ke atas perahu.

Menjelang waktu sholat Jumat datang petugas mendekati kami dan memberitahu bahwa palang pintu depan Waduk Mrica akan ditutup sementara selama Jumatan dan makan siang. Karena di dalam kompleks waduk tidak ada masjid, mungkin hanya ada musholla saja, maka kami pun buru-buru keluar dari area waduk agar tak terjebak di dalamnya.

Kami berhenti di sebuah jembatan dalam perjalanan menuju Purbalingga setelah meninggalkan area waduk dengan melewat jalur alternatif yang mungkin baru pertama kali itu saya lewati. Jembatan ini menarik perhatian karena membentang di atas sungai yang cukup lebar, hanya saja debit airnya sangat kecil, bahkan nyaris tidak mengalir.

Hal menarik lainnya adalah karena sungai ini tampaknya merupakan buangan lebihan air dari Waduk Mrica jika ketinggian air waduk telah melewati ambang batas atas. Dari sisi sebelah kiri jembatan ini saya juga bisa melihat agak lamat tulisan pada lereng Waduk Mrica yang berbunyi "Bendungan PLTA Panglimam Besar Sudirman".

waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara waduk mrica banjarnegara

Dengan begitu banyak pengorbanan dan biaya yang telah dikeluarkan untuk membangun waduk yang diresmikan pada 1989 ini, diperlukan langkah tegas dan cepat dari pemerintah setempat dan pemerintah pusat untuk segera menormalisasi waduk dan hulu Sungai Serayu, serta mengawasi dengan ketat kegiatan di sepanjang aliran airnya.

Lokasi Waduk Mrica berada di Kecamatan Bawang, Kabupaten Banjarnegara. Lokasi GPS : -7.39079, 109.61691, Waze. Tempat Wisata di Banjarnegara, Peta Wisata Banjarnegara, Hotel di Banjarnegara.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Maret 16, 2021.