Masjid Cheng Hoo Purbalingga merupakan bangunan masjid berarsitektur khas Cina kedua di Indonesia yang pernah saya kunjungi. Masjid pertama adalah Masjid Cheng Hoo Surabaya yang berada di Jl. Gading, Surabaya. Bentuk luar keduanya nyaris sama dengan atap tumpang tiga, hanya berbeda pada pilar dan ornamen lubang hawa pada dindingnya.
Perbedaan lainnya adalah warna Masjid Cheng Hoo Purbalingga lebih berani, sedangkan yang Surabaya kalem dan matang. Kaligrafi yang di Purbalingga tak sebanyak di Surabaya, demikian pula simbol bermakna filosofis lebih banyak di masjid yang ada di Surabaya.
Masjid yang memiliki nama resmi Masjid Jami' PITI Muhammad Cheng Hoo Purbalingga ini berada di tepi Jalan Raya Purbalingga - Bobotsari di Desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, berjarak 8,7 km dari Masjid Agung Purbalingga arah ke Utara.
Tampak samping Masjid Cheng Hoo Purbalingga dengan warna berani khas kelenteng yang waktu itu terlihat masih relatif baru. Jika saja ada ornamen naga melilit pilar-pilar depan, sepasang Ciok-say (singa penjaga), dan lampion, masjid ini akan terlihat lebih menarik. Lampion sebenarnya ada, namun tersamar karena bentuknya kotak dan letaknya tinggi.
Mungkin karena terbiasa masuk kelenteng yang lazimnya sangat kaya ornamen, ada kesan sepi ketika melihat pertama kali Masjid Cheng Hoo Purbalingga ini, baik di halamannya, pada bangunan yang terlihat dari luar, maupun di dalam bangunan utamanya sendiri.
Adalah seorang mualaf bernama Thio Hwa Kong atau Heri Susatyo bersama warga dan Persatauan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang memprakarsai pembangunan Masjid Cheng Hoo Purbalingga ini. Meskipun pembangunannya telah dimulai pada 2005, namun setahun kemudian sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali pada 2010.
Tengara Masjid Cheng Hoo Purbalingga memberi informasi nama resmi masjid serta tanggal peresmian, yaitu pada 5 Juli 2011. Belum terlalu lama. Mudah-mudahan saja semakin lama masjid ini menjadi semakin cantik dan lebih kaya ornamen.
Ornamen kaca patri di Masjid Cheng Ho Purbalingga terlihat elok. Bentuk-bentuk pat kwa atau segi delapan terlihat mencolok pada arsitektur bangunan, baik pada atap maupun pada kaca patri lubang-lubang hawa dan sumber-sumber cahaya masjid yang dihiasi bentuk-bentuk geometris warna-warni.
Sebuah bedug berukuran sedang ditempatkan di sisi masjid, digantung pada dudukan besi bulat. Masjid Cheng Hoo Purbalingga menyediakan air minum gratis dengan botol galon dan gelas-gelas plastik. Langkah simpatik, mengingat akan banyak musafir yang mampir ke masjid ini karena letaknya di pinggir jalan besar.
Langit-langit ruang utama Masjid Cheng Hoo Purbalingga terlihat elok dengan sebuah lampu gantung susun di tengahnya. Pada setiap bidang segi delapan langit-langit terdapat tulisan Arab berbunyi "Allah". Tulisan-tulisan itu dibuat dengan tarikan garis-garis lurus sehingga nyaris tak menyerupai huruf Arab.
Tak ada yang istimewa pada bagian mihrab masjid. Hanya ada ornamen berbentuk bintang sudut delapan di langit-langitnya mengelilingi ornamen kotak-kotak segi empat, serta sebaris tulisan Arab berisikan ayat-ayat suci Al-Quran di depannya.
Cheng Ho atau Zheng He (1371 - 1433) adalah pelaut dan penjelajah Tiongkok muslim yang melakukan tujuh ekspedisi antara tahun 1405 - 1433. Nama muslimnya Haji Mahmud Shams. Cheng Hoo menjadi salah satu orang kepercayaan Kaisar Yongle, kaisar ketiga Dinasti Ming yang memerintah pada 1403-1424.
Perjalanan armada Cheng Ho menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang memberi sumbangan besar pada peta navigasi dunia sampai abad ke-15, dengan 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan yang disinggahinya.
Perbedaan lainnya adalah warna Masjid Cheng Hoo Purbalingga lebih berani, sedangkan yang Surabaya kalem dan matang. Kaligrafi yang di Purbalingga tak sebanyak di Surabaya, demikian pula simbol bermakna filosofis lebih banyak di masjid yang ada di Surabaya.
Masjid yang memiliki nama resmi Masjid Jami' PITI Muhammad Cheng Hoo Purbalingga ini berada di tepi Jalan Raya Purbalingga - Bobotsari di Desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Kabupaten Purbalingga, berjarak 8,7 km dari Masjid Agung Purbalingga arah ke Utara.
Tampak samping Masjid Cheng Hoo Purbalingga dengan warna berani khas kelenteng yang waktu itu terlihat masih relatif baru. Jika saja ada ornamen naga melilit pilar-pilar depan, sepasang Ciok-say (singa penjaga), dan lampion, masjid ini akan terlihat lebih menarik. Lampion sebenarnya ada, namun tersamar karena bentuknya kotak dan letaknya tinggi.
Mungkin karena terbiasa masuk kelenteng yang lazimnya sangat kaya ornamen, ada kesan sepi ketika melihat pertama kali Masjid Cheng Hoo Purbalingga ini, baik di halamannya, pada bangunan yang terlihat dari luar, maupun di dalam bangunan utamanya sendiri.
Adalah seorang mualaf bernama Thio Hwa Kong atau Heri Susatyo bersama warga dan Persatauan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) yang memprakarsai pembangunan Masjid Cheng Hoo Purbalingga ini. Meskipun pembangunannya telah dimulai pada 2005, namun setahun kemudian sempat terhenti dan baru dilanjutkan kembali pada 2010.
Tengara Masjid Cheng Hoo Purbalingga memberi informasi nama resmi masjid serta tanggal peresmian, yaitu pada 5 Juli 2011. Belum terlalu lama. Mudah-mudahan saja semakin lama masjid ini menjadi semakin cantik dan lebih kaya ornamen.
Ornamen kaca patri di Masjid Cheng Ho Purbalingga terlihat elok. Bentuk-bentuk pat kwa atau segi delapan terlihat mencolok pada arsitektur bangunan, baik pada atap maupun pada kaca patri lubang-lubang hawa dan sumber-sumber cahaya masjid yang dihiasi bentuk-bentuk geometris warna-warni.
Sebuah bedug berukuran sedang ditempatkan di sisi masjid, digantung pada dudukan besi bulat. Masjid Cheng Hoo Purbalingga menyediakan air minum gratis dengan botol galon dan gelas-gelas plastik. Langkah simpatik, mengingat akan banyak musafir yang mampir ke masjid ini karena letaknya di pinggir jalan besar.
Langit-langit ruang utama Masjid Cheng Hoo Purbalingga terlihat elok dengan sebuah lampu gantung susun di tengahnya. Pada setiap bidang segi delapan langit-langit terdapat tulisan Arab berbunyi "Allah". Tulisan-tulisan itu dibuat dengan tarikan garis-garis lurus sehingga nyaris tak menyerupai huruf Arab.
Tak ada yang istimewa pada bagian mihrab masjid. Hanya ada ornamen berbentuk bintang sudut delapan di langit-langitnya mengelilingi ornamen kotak-kotak segi empat, serta sebaris tulisan Arab berisikan ayat-ayat suci Al-Quran di depannya.
Cheng Ho atau Zheng He (1371 - 1433) adalah pelaut dan penjelajah Tiongkok muslim yang melakukan tujuh ekspedisi antara tahun 1405 - 1433. Nama muslimnya Haji Mahmud Shams. Cheng Hoo menjadi salah satu orang kepercayaan Kaisar Yongle, kaisar ketiga Dinasti Ming yang memerintah pada 1403-1424.
Perjalanan armada Cheng Ho menghasilkan Peta Navigasi Cheng Ho yang memberi sumbangan besar pada peta navigasi dunia sampai abad ke-15, dengan 24 peta navigasi mengenai arah pelayaran, jarak di lautan, dan berbagai pelabuhan yang disinggahinya.
Masjid Cheng Hoo Purbalingga
Alamat : Desa Selaganggeng, Kecamatan Mrebet, Purbalingga, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.31775, 109.36236, Waze. https://www.aroengbinang.com/p/foto-masjid-cheng-ho-1.htmlTempat Wisata di Purbalingga, Peta Wisata Purbalingga, Hotel di Purbalingga.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.