Sudah agak lama saya mampir ke Masjid Agung Purbalingga, namun baru sempat menulis catatannya. Masjid terbesar di Kabupaten Purbalingga ini memiliki nama resmi "Darussalam". Lokasi masjid berada di sebelah barat Alun-alun Purbalingga, menghadap arah ke timur, sedikit serong ke sebelah kanan.
Seingat saya masjid yang terlihat megah ini tidak punya tempat parkir, khususnya untuk kendaraan roda empat. Hanya kendaraan roda dua yang bisa masuk ke halaman depan masjid. Saya masuk sendirian ke dalam ruangan masjid sementara kendaraan menunggu di pinggir jalan.
Bangunan Masjid Agung Purbalingga yang saya lihat waktu itu adalah hasil renovasi yang dilakukan pada 2002-2004. Renovasi terhadap masjid ini sebelumnya dilakukan pada 1918, 1960, 1970, dan 1980-1985.
Tampak muka Masjid Agung Purbalingga, dengah menara kembar yang bentuknya meniru menara Masjid Nabawi. Kubah rendah ada di kiri kanan halaman depan, dan tengara nama masjid ada di bagian kanan depan, di samping salah satu kubah rendah itu. Atap bagian depan berbentuk kubah besar berwarna putih, dan ada beberapa kubah lagi berukuran lebih kecil dengan ornamen melingkar di tengahnya. Di ujung kiri kanan depan atas ada menara pendek dengan kubah setengah lonjong dicat warna hijau.
Sedangkan atap utama masjid berbentuk limasan tumpang tiga, satu-satunya ciri lokal Masjid Agung Purbalingga jika dilihat dari luar. Usaha untuk tetap mempertahankan ciri khas Jawa di Masjid Agung Purbalingga ini patut dihargai, karena sudah terlalu banyak masjid yang menghilangkan atap limasan tumpang dan menggantinya dengan kubah. Berharap suatu ketika ada gubernur Purbalingga yang membangun gorong-gorong raksasa multifungsi di bawah kota, dan meletakkan semua kabel yang merusak pemandangan itu di dalamnya.
Renovasi masjid berikutnya baiknya lebih banyak mengadopsi arsitektur lokal yang dikembangkan dan diperbarui, ketimbang terus meniru bentuk bangunan yang ada di negara lain. Sebuah kota atau negara akan lebih dihargai dan dikenang karena orisinalitas karya seni budayanya.
Ruang utama Masjid Agung Purbalingga yang diambil dari atas, memperlihatkan bentuk kotak ruangan di bawah atap tumpang serta pilar-pilar penyangganya. Sebuah lampu gantung dengan bola-bola lampu melingkar berada di tengah ruangan. Di ujung sana terdapat mihrab dengan hiasan kaligrafi berwarna keemasan dengan dasar hijau.
Ruang masjid di bagian depan yang ada di bawah kubah memiliki pilar-pilar yang mengelilingi dan menyangga bawah kubah. Refleksi pintu-pintu masuk ke ruangan utama, serta refleksi bagian dalam kubah bisa terlihat dengan sangat jelas.
Selasar samping Masjid Agung Purbalingga memiliki pintu-pintu lengkung berornamen garis belang, serta tanda-tanda shaf pada lantainya. Cukup senang saya ketika melihat ada sebuah bedug lumayan besar di ruangan samping masjid, penanda bagi penghormatan dan pelestarian pada budaya lokal di masjid yang bisa menampung 2500 orang jamaah ini.
Bangunan asli Masjid Agung Purbalingga berdiri pada 1853 M/1269 H, diprakarsai oleh KH Abdullah Ibrahim, di tanah seluas 5.500 meter persegi. Selain sebagai tempat sholat berjamaah, diselenggarakan pula pengajian rutin, bazaar, dan ruangannya juga sering dipakai sebagai tempat pelaksanaan akad nikah.
Masjid ini tidak menggunakan karpet sajadah, kecuali shaf terdepan dan di bagian imam. Lantai keramiknya dibiarkan telanjang dengan garis-garis mendatar yang menandai shaf-shaf. Sepasang AC lemari di kiri kanan mihrab dan beberapa buah kipas angin tampaknya menjadi alat penyejuk utama di ruangan dengan dinding yang sangat tinggi ini.
Seingat saya masjid yang terlihat megah ini tidak punya tempat parkir, khususnya untuk kendaraan roda empat. Hanya kendaraan roda dua yang bisa masuk ke halaman depan masjid. Saya masuk sendirian ke dalam ruangan masjid sementara kendaraan menunggu di pinggir jalan.
Bangunan Masjid Agung Purbalingga yang saya lihat waktu itu adalah hasil renovasi yang dilakukan pada 2002-2004. Renovasi terhadap masjid ini sebelumnya dilakukan pada 1918, 1960, 1970, dan 1980-1985.
Tampak muka Masjid Agung Purbalingga, dengah menara kembar yang bentuknya meniru menara Masjid Nabawi. Kubah rendah ada di kiri kanan halaman depan, dan tengara nama masjid ada di bagian kanan depan, di samping salah satu kubah rendah itu. Atap bagian depan berbentuk kubah besar berwarna putih, dan ada beberapa kubah lagi berukuran lebih kecil dengan ornamen melingkar di tengahnya. Di ujung kiri kanan depan atas ada menara pendek dengan kubah setengah lonjong dicat warna hijau.
Sedangkan atap utama masjid berbentuk limasan tumpang tiga, satu-satunya ciri lokal Masjid Agung Purbalingga jika dilihat dari luar. Usaha untuk tetap mempertahankan ciri khas Jawa di Masjid Agung Purbalingga ini patut dihargai, karena sudah terlalu banyak masjid yang menghilangkan atap limasan tumpang dan menggantinya dengan kubah. Berharap suatu ketika ada gubernur Purbalingga yang membangun gorong-gorong raksasa multifungsi di bawah kota, dan meletakkan semua kabel yang merusak pemandangan itu di dalamnya.
Renovasi masjid berikutnya baiknya lebih banyak mengadopsi arsitektur lokal yang dikembangkan dan diperbarui, ketimbang terus meniru bentuk bangunan yang ada di negara lain. Sebuah kota atau negara akan lebih dihargai dan dikenang karena orisinalitas karya seni budayanya.
Ruang utama Masjid Agung Purbalingga yang diambil dari atas, memperlihatkan bentuk kotak ruangan di bawah atap tumpang serta pilar-pilar penyangganya. Sebuah lampu gantung dengan bola-bola lampu melingkar berada di tengah ruangan. Di ujung sana terdapat mihrab dengan hiasan kaligrafi berwarna keemasan dengan dasar hijau.
Ruang masjid di bagian depan yang ada di bawah kubah memiliki pilar-pilar yang mengelilingi dan menyangga bawah kubah. Refleksi pintu-pintu masuk ke ruangan utama, serta refleksi bagian dalam kubah bisa terlihat dengan sangat jelas.
Selasar samping Masjid Agung Purbalingga memiliki pintu-pintu lengkung berornamen garis belang, serta tanda-tanda shaf pada lantainya. Cukup senang saya ketika melihat ada sebuah bedug lumayan besar di ruangan samping masjid, penanda bagi penghormatan dan pelestarian pada budaya lokal di masjid yang bisa menampung 2500 orang jamaah ini.
Bangunan asli Masjid Agung Purbalingga berdiri pada 1853 M/1269 H, diprakarsai oleh KH Abdullah Ibrahim, di tanah seluas 5.500 meter persegi. Selain sebagai tempat sholat berjamaah, diselenggarakan pula pengajian rutin, bazaar, dan ruangannya juga sering dipakai sebagai tempat pelaksanaan akad nikah.
Masjid ini tidak menggunakan karpet sajadah, kecuali shaf terdepan dan di bagian imam. Lantai keramiknya dibiarkan telanjang dengan garis-garis mendatar yang menandai shaf-shaf. Sepasang AC lemari di kiri kanan mihrab dan beberapa buah kipas angin tampaknya menjadi alat penyejuk utama di ruangan dengan dinding yang sangat tinggi ini.
Masjid Agung Purbalingga
Alamat : Jalan Jambu Karang No 1, Purbalingga, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.3890723, 109.3625826, Waze. Tempat Wisata di Purbalingga, Peta Wisata Purbalingga, Hotel di Purbalingga.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.