Sudah lewat jam empat sore ketika kami tiba di halaman Kelenteng Po An Thian Pekalongan. Lokasinya tepat di sudut Jalan Belimbing. Sepeda ontel dan sepeda motor terlihat diparkir di halaman kelenteng yang meski tak luas, namun teduh di sore hari berkat gedung lumayan tinggi yang berada di sisi sebelah kirinya.
Jika orang berjalan kaki dari Museum Batik Pekalongan maka jaraknya 350 meter, melewati Jembatan Loji dan Gereja Katolik St Petrus langsung belok kanan. Namun jika naik kendaraan maka harus memutar, karena di depan Kelenteng Po An Thian Pekalongan merupakan jalan searah.
Bangunan Kelenteng Po An Thian dibuat menghadap ke arah Barat Daya, memunggungi Sungai Kupang dan Laut Jawa. Po An Thian adalah nama dalam dialek Hokkian yang berarti 'Istana Mustika Keselamatan' atau tempat ibadah yang memberi keselamatan tak ternilai bagi umatnya.
Penampakan bagian atas Kelenteng Po An Thian Pekalongan yang menggunakan atap pelana di belakang yang lebih tinggi dengan dua pasang arca naga dan matahari di tengahnya. Pada atap depan yang datar ada lagi arca sepasang Naga besar berebut mustika yang diletakkan di kepala arca. Tepat di bawahnya ada lagi sepasang Naga kecil, Burung Hong, dan seekor Kilin.
Sepasang singa (Ciok Say) dengan kulit bersisik berjaga di depan pintu masuk. Yang satu memegang bola dan mengasuh anaknya, sedangkan yang satu lagi memegang dua keping uang logam. Empat lubang hawa besar-kecil berbentuk sarang laba-laba terlihat pada dinding depan bangunan, lalu ada empat aksara Tionghoa, dan tengara "Tempat Ibadah Tri Dharma".
Menurut catatan sejarah, Kelenteng Kelenteng Po An Thian Pekalongan berdiri pada tahun 1882 dengan See Jit atau ulang tahun jatuh pada tanggal 15 bulan 5 Imlek. Sejak jaman reformasi, pada saat ulang tahun biasanya ada upacara kirab yang meriah di banyak kelenteng besar.
Salah satu altar yang juga merupakan Dewa Tuan Rumah Kelenteng Po An Thian Pekalongan dipersembahkan bagi Sin Long Tay Tee. Ia adalah kaisar kedua pada masa San Huang (2852 SM – 2737 SM). Nama kecilnya Yan Di. Beliaulah orang pertama yang menemukan cangkul, garu dan bajak, juga senang mengajarkan cara mengolah tanah dan membajak sawah, serta cara mendapatkan garam dengan menguapkan air laut.
Oleh karena itu ia terkenal sebagai Sin Long (Petani Dewa) dan Bapak Pertanian. Ia penemu tanaman obat dan menjadi Dewa Pengobatan meskipun tewas dalam usahanya memajukan ilmu pengobatan. Sin Long Tay Te juga dianggap pencetus konsep jual-beli serta penemu tanaman teh. See Jit (ulang tahun) Sin Long Tay Te jatuh tanggal 28 bulan 4 Imlek.
Ini mengingatkan saya pada Sunan Kalijaga yang oleh orang Jawa dianggap sebagai penemu luku dan cangkul. Jika melihat tahun kehidupannya, lebih tepat jika Sunan Kalijaga adalah yang memperkenalkan kegunaan pacul dan luku dalam mengolah tanah di Jawa. Lebih dalam lagi, sang Sunan juga memberi wejangan melalui metafora cangkul dan bagian-bagian luku.
Selanjutnya adalah altar Kwan Seng Tee Koen (Kwan Kong), Khay Lam Tay Ong, dan Kong Tik Tjoen Ong. Kwan Kong dipuja penganut Tao karena kesetiaan, kegagahan dan kejujurannya. Umat Konghucu memujanya sebagai dewa kesusasteraan, dan umat Buddha Mahayana memujanya sebagai Ka Lam Po Sat. Kwan Kong digambarkan berpakaian perang lengkap, berwajah merah dan berjenggot.
Sedangkan arca Khay Lam Tay Ong didampingi seorang Bugis dan seorang Madura sebagai pengawal setianya. Nama aslinya adalah Tan Kwie Djan. Karena ia berjasa menaklukkan 'Bahu Rekso' yang mangkir maka Sultan Agung dari Mataram mengangkat Tan Kwie Djan sebagai Bupati daerah Pekalongan dan memberinya gelar Raden Tumenggung Kwie Djan Ningrat.
Namun karena difitnah, ia lalu bergabung dengan Kwee Lak Kwa dan merampok kapal-kapal VOC. Hasilnya dibagi ke warga miskin. Pernah pula ia bergabung dengan Pangeran Puger melawan Belanda. Setelah armadanya dikalahkan VOC, ia bersembunyi di Wonopringgo sampai wafatnya. Orang lalu membuatkan patungnya dan memujanya sebagai Khay Lam Tay Ong.
Dewa lainnya yang dipuja di Kelenteng Po An Thian adalah Tek Hay Cin Jin (Kwee Lak Kwa) sahabat karib Tan Kwie Djan, Hok Tek Ceng Sin, Jay Sin Ya, Koan Shia Te Kun, Thay Siang Lo Kun, Thian Siang Sing Bo (Dewi Laut), Hian Thian Siang Te, Sam Tay Cu Lo Cia, Jie Lay Hud, Bi Lek Hud, Koan Im Po Sat, Te Cong Ong Po Sat dan Cap Pwee Lo Han.
Cap Pwee Lo Han adalah 16 bhikkhu India murid-murid langsung Buddha, ditambah dua orang tambahan versi Tiongkok yang salah satunya adalah adalah pencipta ilmu bela diri Shao Lin, Tat Mo Couw Su. Mereka semua telah mencapai tingkatan Arahat (pemusnah nafsu). Buddha Mahayana sering menyebut Arahat dengan sebutan Lo Han atau 'yang patut dihormati'.
Jika orang berjalan kaki dari Museum Batik Pekalongan maka jaraknya 350 meter, melewati Jembatan Loji dan Gereja Katolik St Petrus langsung belok kanan. Namun jika naik kendaraan maka harus memutar, karena di depan Kelenteng Po An Thian Pekalongan merupakan jalan searah.
Bangunan Kelenteng Po An Thian dibuat menghadap ke arah Barat Daya, memunggungi Sungai Kupang dan Laut Jawa. Po An Thian adalah nama dalam dialek Hokkian yang berarti 'Istana Mustika Keselamatan' atau tempat ibadah yang memberi keselamatan tak ternilai bagi umatnya.
Penampakan bagian atas Kelenteng Po An Thian Pekalongan yang menggunakan atap pelana di belakang yang lebih tinggi dengan dua pasang arca naga dan matahari di tengahnya. Pada atap depan yang datar ada lagi arca sepasang Naga besar berebut mustika yang diletakkan di kepala arca. Tepat di bawahnya ada lagi sepasang Naga kecil, Burung Hong, dan seekor Kilin.
Sepasang singa (Ciok Say) dengan kulit bersisik berjaga di depan pintu masuk. Yang satu memegang bola dan mengasuh anaknya, sedangkan yang satu lagi memegang dua keping uang logam. Empat lubang hawa besar-kecil berbentuk sarang laba-laba terlihat pada dinding depan bangunan, lalu ada empat aksara Tionghoa, dan tengara "Tempat Ibadah Tri Dharma".
Menurut catatan sejarah, Kelenteng Kelenteng Po An Thian Pekalongan berdiri pada tahun 1882 dengan See Jit atau ulang tahun jatuh pada tanggal 15 bulan 5 Imlek. Sejak jaman reformasi, pada saat ulang tahun biasanya ada upacara kirab yang meriah di banyak kelenteng besar.
Salah satu altar yang juga merupakan Dewa Tuan Rumah Kelenteng Po An Thian Pekalongan dipersembahkan bagi Sin Long Tay Tee. Ia adalah kaisar kedua pada masa San Huang (2852 SM – 2737 SM). Nama kecilnya Yan Di. Beliaulah orang pertama yang menemukan cangkul, garu dan bajak, juga senang mengajarkan cara mengolah tanah dan membajak sawah, serta cara mendapatkan garam dengan menguapkan air laut.
Oleh karena itu ia terkenal sebagai Sin Long (Petani Dewa) dan Bapak Pertanian. Ia penemu tanaman obat dan menjadi Dewa Pengobatan meskipun tewas dalam usahanya memajukan ilmu pengobatan. Sin Long Tay Te juga dianggap pencetus konsep jual-beli serta penemu tanaman teh. See Jit (ulang tahun) Sin Long Tay Te jatuh tanggal 28 bulan 4 Imlek.
Ini mengingatkan saya pada Sunan Kalijaga yang oleh orang Jawa dianggap sebagai penemu luku dan cangkul. Jika melihat tahun kehidupannya, lebih tepat jika Sunan Kalijaga adalah yang memperkenalkan kegunaan pacul dan luku dalam mengolah tanah di Jawa. Lebih dalam lagi, sang Sunan juga memberi wejangan melalui metafora cangkul dan bagian-bagian luku.
Selanjutnya adalah altar Kwan Seng Tee Koen (Kwan Kong), Khay Lam Tay Ong, dan Kong Tik Tjoen Ong. Kwan Kong dipuja penganut Tao karena kesetiaan, kegagahan dan kejujurannya. Umat Konghucu memujanya sebagai dewa kesusasteraan, dan umat Buddha Mahayana memujanya sebagai Ka Lam Po Sat. Kwan Kong digambarkan berpakaian perang lengkap, berwajah merah dan berjenggot.
Sedangkan arca Khay Lam Tay Ong didampingi seorang Bugis dan seorang Madura sebagai pengawal setianya. Nama aslinya adalah Tan Kwie Djan. Karena ia berjasa menaklukkan 'Bahu Rekso' yang mangkir maka Sultan Agung dari Mataram mengangkat Tan Kwie Djan sebagai Bupati daerah Pekalongan dan memberinya gelar Raden Tumenggung Kwie Djan Ningrat.
Namun karena difitnah, ia lalu bergabung dengan Kwee Lak Kwa dan merampok kapal-kapal VOC. Hasilnya dibagi ke warga miskin. Pernah pula ia bergabung dengan Pangeran Puger melawan Belanda. Setelah armadanya dikalahkan VOC, ia bersembunyi di Wonopringgo sampai wafatnya. Orang lalu membuatkan patungnya dan memujanya sebagai Khay Lam Tay Ong.
Dewa lainnya yang dipuja di Kelenteng Po An Thian adalah Tek Hay Cin Jin (Kwee Lak Kwa) sahabat karib Tan Kwie Djan, Hok Tek Ceng Sin, Jay Sin Ya, Koan Shia Te Kun, Thay Siang Lo Kun, Thian Siang Sing Bo (Dewi Laut), Hian Thian Siang Te, Sam Tay Cu Lo Cia, Jie Lay Hud, Bi Lek Hud, Koan Im Po Sat, Te Cong Ong Po Sat dan Cap Pwee Lo Han.
Cap Pwee Lo Han adalah 16 bhikkhu India murid-murid langsung Buddha, ditambah dua orang tambahan versi Tiongkok yang salah satunya adalah adalah pencipta ilmu bela diri Shao Lin, Tat Mo Couw Su. Mereka semua telah mencapai tingkatan Arahat (pemusnah nafsu). Buddha Mahayana sering menyebut Arahat dengan sebutan Lo Han atau 'yang patut dihormati'.
Kelenteng Po An Thian Pekalongan
Alamat : Jl. Blimbing No. 5, Pekalongan. Lokasi GPS : -6.8799, 109.674297, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Pekalongan, Tempat Wisata di Pekalongan, Peta Wisata Pekalongan.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.