Dongeng

Dongeng Kelelawar

Pada jaman dahulu kala, ada sejumlah Burung Elang yang membuat marah Harimau, si Raja Hutan. Sebabnya adalah karena Burung-burung Elang itu telah beberapa kali mencuri makanan Harimau yang disimpannya sebagai cadangan jika ia sedang kesulitan mendapatkan santapan.

Meskipun tidak banyak Burung Elang yang mencuri makanannya, namun karena sangat murka Harimau menganggap semua burung adalah pencuri. Harimau pun mengumpulkan seluruh penghuni hutan, kecuali bangsa burung yang saat itu sedang terbang mencari makan, dan menyatakan perang kepada semua burung yang ada di hutan.

Malam harinya, burung-burung yang telah kembali ke sarangnya diserang secara mendadak oleh para penghuni hutan yang dipimpin Harimau. Monyet-monyet yang mahir memanjat pohon bergerak dengan cepat mengobrak-abrik tempat tinggal burung.

Burung-burung yang tidak menyangka akan diserang, terbang kelabakan meninggalkan sarangnya untuk menyelamatkan diri. Namun dari bawah mereka diserang oleh binatang-binatang lainnya dengan lemparan batu. Beruntung, burung-burung itu dibimbing terbang ke tempat aman oleh Burung Hantu yang bisa melihat dengan jelas di malam hari.

Melihat pertempuran yang tidak seimbang itu, Kelelawar yang merasa ketakutan diam-diam menemui Harimau untuk meminta bergabung. Kelelawar beralasan bahwa ia bukanlah bangsa burung meskipun bisa terbang. Kelelawar memang termasuk bangsa mamalia, atau binatang yang menyusui.

Harimau yang merasa puas telah berhasil mengusir seluruh kawanan burung dari hutan, bersedia menerima Kelelawar untuk menjadi anggota kelompoknya.

Sementara itu, di hutan sebelah yang menjadi tempat pengungsian kawanan burung, Elang memimpin pertemuan darurat untuk merencanakan serangan balasan pada keesokan harinya. Mereka tak mau terusir dari hutan yang melimpah dengan buah-buahan dan biji-bijian yang amat mereka sukai itu.

Menjelang fajar, ketika binatang hutan masih nyenyak tidur setelah semalam merayakan kemenangan, Elang dan ratusan burung lainnya menyerbu secara tiba-tiba dengan menjatuhkan batu-batu besar dari angkasa. Mereka meluncur turun dengan cepat untuk mematuk dengan paruhnya yang runcing, dan mencakar dengan cakarnya yang tajam, membuat semua hewan kalang kabut dan lari tunggang langgang untuk menyelamatkan diri.

Kelelawar yang ketakutan melihat kekalahan kawanan binatang hutan buru-buru menemui Elang untuk bergabung, dengan alasan ia adalah kelompok burung karena memiliki sayap dan bisa terbang. Elang yang tak tahu bahwa Kelelawar pernah membelot, memberikan batu-batu untuk menyerang binatang hutan yang masih berlarian menghindari hujan batu yang tak henti-hentinya turun dari angkasa.

Mandrill, seekor monyet besar yang bijaksana, sangat sedih melihat perseteruan para binatang hutan itu. Mandrill memiliki bulu berwarna hijau lumut dengan strip kuning-hitam dan perut putih. Mukanya tak berambut, berhidung besar agak memanjang dengan garis merah di tengah dan tonjolan berwarna putih biru di pinggirnya. Lubang hidung dan bibirnya merah, serta janggutnya kuning. Di bagian pantatnya berwarna merah, pink, biru, dan ungu.

Mandrill segera menemui Harimau dan burung Elang. Membujuk mereka agar mau berdamai, supaya kehidupan di hutan kembali normal seperti biasa. Karena lelah berseteru, keduanya akhirnya sepakat untuk tidak lagi bermusuhan.

Namun Harimau dan kawanan binatang masih menyimpan kemarahan kepada Kelelawar yang telah berhianat kepada mereka. Elang dan kawanan burung yang kemudian mengetahui kelakuan Kelelawar yang tak punya pendirian dan tak punya rasa kesetiakawanan itu, akhirnya sepakat dengan Harimau untuk menghukum Kelelawar.

Kelelawar dihukum dengan hanya boleh tinggal di gua-gua yang gelap, dan hanya bisa keluar menjelang malam hingga dinihari. Pagi mereka harus sudah kembali ke sarangnya. Kelelawar yang merasa malu karena terusir dan dihukum, akhirnya tinggal di gua dengan cara menggelantung, kaki di atas dan kepala dibawah. Sayapnya menutupi kepalanya yang mirip tikus besar.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Desember 21, 2019.