Dongeng

Dongeng Burung Elang dan Kambing Gunung

Pada suatu hari yang cerah, seekor burung Elang Emas yang sudah dewasa sedang terbang tinggi di angkasa untuk mencari mangsa diantara pegunungan dengan tebing-tebing batu terjal yang menjadi tempat tinggal bagi kawanan Kambing Gunung yang gemuk-gemuk.

Elang Emas atau Golden Eagle memiliki bulu berwarna coklat gelap dengan warna keemasan pada bagian kepala hingga lehernya. Badannya Elang Emas dewasa bisa setinggi 1 meter dengan rentang sayap mencapai 2 meter. Besar sekali.

Kambing Gunung adalah mamalia atau binatang menyusui berkuku tajam di bagian pinggirannya yang dipakainya untuk mencengkeram batu karang saat mendaki atau turun dari tebing batu yang terjal. Tanduknya berwarna hitam, pendek, dan bengkok.

Ketika melihat seekor anak Kambing Gunung gemuk terpisah dari induknya, si Elang Emas yang memiliki mata sangat tajam segera terbang meluncur turun dengan kecepatan tinggi dan cakarnya yang kuat dan tajam berhasil mencengkeram anak kambing yang malang itu, dan dengan cepat dibawanya terbang kembali ke angkasa menuju ke sarangnya.

Seekor burung Elang Emas yang masih muda, yang juga sedang terbang di angkasa pada jarak yang cukup jauh bisa melihat aksi Elang Emas dewasa yang berukuran raksasa itu.

Si Elang muda yang sedang kelaparan itu bukannya mencari anak Kambing Gunung untuk dijadikan mangsa, namun karena tamak ia ingin memangsa induknya yang jauh lebih gemuk badannya dari yang dibawa oleh Elang Emas dewasa beberapa saat sebelumnya.

Si Elang Emas muda itu pun terbang meluncur turun dari langit dengan kecepatan tinggi, dengan penuh percaya diri hendak menyambar induk Kambing Gunung yang baru saja kehilangan anaknya.

Malang baginya, setelah mencengkeram induk Kambing Gunung dengan kukunya yang kuat dan tajam, kepak sayap si Elang Emas muda yang belum tumbuh sempurna itu tak sanggup mengangkat induk Kambing Gunung yang gemuk dan berat itu ke angkasa.

Induk Kambing Gunung yang baru kehilangan anaknya itu kesakitan dan sangat marah, ia pun berlari turun dengan kencang dari lereng batu yang terjal dengan membawa Elang Emas yang kukunya masih mencengkeram erat tubuhnya. Kawanan Kambing Gunung lainnya ikut berlari turun hendak membantu si induk Kambing Gunung.

Untuk melepaskan cengkeraman si burung Elang Emas muda, sambil berlari turun induk Kambing Gunung bergulingan di lereng berbatu yang membuat badan si Elang Emas berkali-kali tertindih tubuh induk Kambing Gunung yang berat dan menghantam batu-batu gunung yang keras.

Karena merasa badannya remuk terhantam batuan karang yang keras, cengkeraman si Elang Emas muda pun mengendur, dan akhirnya lepas dari badan induk Kambing Gunung. Karena pusing bergulingan dan badannya luka-luka, si Elang Emas tidak bisa segera terbang.

Pada saat itulah kawanan Kambing Gunung menyerbu dan menginjak-injaknya. Induk Kambing Gunung selamat, namun si Elang Muda mengalami luka parah dan dengan sempoyongan berlari menjauh dari kawanan Kambing Gunung itu.

Memerlukan waktu beberapa minggu bagi si Elang Emas muda untuk sembuh dari luka-lukanya, baru bisa terbang lagi untuk mencari mangsa. Ia mendapatkan pelajaran yang sangat berharga, bahwa untuk selanjutnya ia harus bisa mengukur kekuatannya sendiri dan tidak tamak, agar terhindar dari bahaya.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Desember 21, 2019.