Jawa Tengah, Kudus, Museum

Museum Purbakala Patiayam Kudus

Sungguh tak terpikirkan bahwa ada Museum Purbakala Patiayam Kudus di daerah Wali dan rokok kretek ini. Dalam perjalanan sempat ada perasaan kurang yakin tentang apa yang akan kami lihat, karena tak pernah terekam dalam ingatan adanya situs purbakala besar di wilayah Kudus. Bicara purbakala, tak bisa tidak ingatan orang pasti akan meluruk ke Museum Purbakala Sangiran Sragen, bukan ke Kudus. Namun Kudus ternyata punya museum purbakala yang sangat mengesankan.

Lokasi Museum Purbakala Patiayam Kudus berada agak jauh di luar pinggir kota, berjarak sekitar 13 Km dari Masjid Menara atau 15 Km dari Museum Kretek. Google Maps menandai jalan antar provinsi ke arah luar kota Kudus itu sebagai Jl Raya Pati-Kudus, namun ada ruas yang ditulis sebagai Jalan Tuban - Semarang. Sedangkan Wikimapia menandainya sebagai Jl Raya Jekulo.

Entah mana yang benar. Kami menyimpang ke kiri dari jalan besar dan masuk ke jalan kecil di GPS -6.8024065, 110.9378064, yaitu sekitar 1,3 km setelah melewati Kantor Kecamatan Jekulo yang bersebelahan dengan SMA 1 Jekulo. Dari belokan kami masih berkendara 950 meter lagi sebelum sampai di area museum yang sekelilingnya waktu itu masih banyak tanah kosong, dengan pepohonan yang belum begitu rimbun.

museum purbakala patiayam kudus

Tengara nama Museum Purbakala Patiayam Kudus yang dibuat dari logam anti karat berkualitas baik. Hanya saja taman di sekitarnya belum dirawat sehingga terkesan kurang rapi dan sedikit gersang. Memang sudah lama tak turun hujan, oleh sebab saat itu masih berada di akhir musim kemarau. Gedung museum masih masuk 100 meter dari tepi jalan desa.

Penelitian terhadap Situs Patiayam rupanya sudah berlangsung sejak tahun 1857 saat Frans Wilhem Junghuhn mengumpulkan fosil-fosil di Pegunungan Patiayam, Kendeng. Lalu pada 1893 de Winter melakukan ekspedisi mengumpulkan fosil di Pegunungan Patiayam, dan pada 1931 peneliti asal Belanda Van Es menemukan sembilan jenis fosil hewan vertebrata di sana.

Penelitian terhadap situs ini berlanjut pada tahun 1978, 1983, dan 2005 hingga sampai sekarang. Daerah Patiayam memiliki enam lapisan batuan hasil kegiatan vulkanik Gunung Patiayam dan Gunung Muria. Urutan dari yang tertua adalah Formasi Jambe (5 juta tahun lalu), Formasi Kancilan (1,5 juta tahun lalu), Formasi Slumprit (700 ribu tahun lalu), Formasi Kedungmojo (500 ribu tahun lalu), Formasi Sukobubuk (200 ribu tahun lalu) dan Endapan (Alluvial) Sungai Kancilan dan Sungai Ampo.

museum purbakala patiayam kudus

Begitu masuk ke dalam ruangan Museum Purbakala Patiayam, pandang mata langsung tertumbuk pada sepasang fosil gading gajah purba (Stegodon trigonocephalus) yang berukuran sangat besar. Ini rupanya yang menjadi primadona museum. Di bawahnya ada temuan tulang bagian-bagian tubuh lainnya. Fosil ini merupakan temuan pada Formasi Slumprit (pleistonsen bawah) dengan kisaran umur 750.000 - 1,5 juta tahun.

Fosil gajah purba yang masih dalam kondisi cukup baik dan elok ini ditemukan oleh seorang penduduk bernama Karmijan pada 4 Maret 2008 ketika ia sedang menggarap ladang Perhutani di Gunung Slumprit, Patiayam. Panjang fosil mencapai 3,7 m, dengan diameter 17 cm dan garis lingkar 55 cm. Fosil ini berhasil dikonservasi oleh Museum Ranggawarsita Semarang.

Kapak batu, beliung batu persegi dan sejumlah alat terbuat dari batu lainnya juga bisa dijumpai di Museum Purbakala Patiayam Kudus, yang menjadi bukti adanya kehidupan manusia purba di sana. Keberadaan manusia purba di Patiayam juga dibuktikan dengan penemuan gigi prageraham dan fragmen atap tengkorak pada 1978 oleh Sartono. Fragmen itu seumuran dengan Homo erectus dari Sangiran yang hidup pada masa Plestosen Tengah.

Lokasi Situs Patiayam berada di daerah pegunungan di lereng selatan Gunung Muria, yang sebagian wilayahnya berada di Kabupaten Kudus dan sebagian lagi ada di Kabupaten Pati. Situs ini secara morfologis merupakan kubah dengan puncak tertinggi Bukit Patiayam pada ketinggian 350 mdpl (meter di atas permukaan laut).

Meskipun luas area tanahnya tak kalah dengan Museum Sangiran, namun luas bangunan museum di Kudus ini masih kalah jauh. Model bangunannya juga lebih sederhana bergaya minimalis dengan kaca besar di bagian depan. Sekitar 1,5 Km dari museum ke arah utara sebenarnya ada gardu pandang Situs Patiayam, namun saat pulang kami lupa mampir ke sana.

Ada baiknya kalau dibuat semacam poster promosi yang cukup mencolok di Museum Purbakala Patiayam Kudus yang memuat foto dan informasi singkat serta petunjuk jalan ke gardu pandang Situs Patiayam, yang akan memperbesar peluang bagi para pelancong untuk berkunjung ke sana. Hal yang baik adalah sejak 22 September 2005 situs Patiayam telah ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala Jawa Tengah.

Kerangka lengkap gajah purba di museum ini mengingatkan saya pada kerangka di Museum Geologi Bandung. Di latar belakang kanan adalah ibu petugas Museum Purbakala Patiayam Kudus yang tengah berjaga saat itu. Di lemari pamer dipajang fosil rahang bawah (mandibula) gajah purba, diletakkan berdekatan dengan fosil tulang paha (femur), dan tulang lengan.

Agak jauh di sebelah kirinya ada fosil tulang panggul (pelvis) dari gajah yang sama. Bergeser sedikit ada tiruan Situs Patiayam dalam skala kecil, dengan dengan serak fosilnya. Sebuah poster yang dipajang berisi kisah menarik tentang kejadian 400.000 tahun silam saat Gunung Muria bangun dari tidur dan meletus sangat hebat.

Ketika itu Pulau Muria masih terpisah dari Pulau Jawa. Letusan dahsyat itu mengubur seekor gajah jenis Elephas namadicus, yang fosilnya baru ditemukan pada tahun 2007 oleh para peneliti dari Balai Arkeologi Yogyakarta. Ada pula fosil kepala banteng (Bibos palaeosondaicus), yang terlihat sangat tua namun kondisinya masih bagus, fosil tulang tulang kaki kirinya, tulang belakang, tulang persendian dan tulang kering bagian kanan.

Di Museum Purbakala Patiayam juga dipajang fosil tempurung atas penyu, gigi Hiu sapi, gigi buaya, sisik ikan bertulang keras, sejumlah fosil kerang laut, yang digunakan oleh manusia purba, tempurung kepala dan tulang kaki harimau, tulang kering dan tengkorak rusa, tulang kaki dan gigi kuda, fosil kepala kerbau, dan banyak lagi.


Museum Purbakala Patiayam Kudus

Alamat : Desa Terban, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus. Lokasi GPS : -6.7937559, 110.9385681, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : 08.00 - 16.00. Hotel di Kudus, Hotel Murah di Kudus, Peta Wisata Kudus, Tempat Wisata di Kudus.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! November 16, 2019.