Jawa Tengah, Kebumen, Kereta Api, Terowongan

Terowongan Ijo Kebumen

Terowongan Ijo Kebumen secara kebetulan terlihat ketika menunggu di palang jalan perlintasan sebidang kereta api karena saat itu kereta lewat, dan kemudian melihat kereta itu meluncur masuk ke terowongan. Bambang kemudian saya minta untuk menepikan kendaraan, dan saya pun turun dari mobil untuk mengambil beberapa foto.

Jarak dari perlintasan sebidang ke mulut terowongan 527 meter, dan diantaraya ada Stasiun Ijo yang berjarak 185 meter dari perlintasan. Terowongan Ijo merupakan terowongan kereta api terpanjang ke-8 di Indonesia, dengan panjang 580 m, menerobos bukit kapur Gunung Malang. Terowongan terpanjang ke-9 dan ke-10 adalah terowongan Tebing Tinggi (424 m) di Talang Banyu Desa Tanjung Kupang, Tebing Tinggi, Sumetara Selatan, dan Terowongan Gunung Gajah (368 m) diantara Stasiun Lahat dan Stasiun Bunga Mas. Terpanjang adalah Terowongan Wilhelmina (1208 m) yang diresmikan 1 Juni 1921, menghubungkan Banjar dan Cijulang. Sedangkan terowongan terpanjang di Sumatera adalah Lubang Kalam yang berada di Sawahlunto.

Lokasi Terowongan Ijo ini bisa dikatakan cukup strategis, oleh karena berada diantara obyek wisata Gua Jatijajar dan sekitar 9,9 km dari Benteng Van der Wijck Gombong. Oleh sebab itu menjadikannya sebagai tujuan wisata heritage bukan suatu hal yang terlalu sulit untuk dilakukan.

terowongan ijo kebumen

Mulut lubang Terowongan Ijo tampak di ujung sana. Bangunan di sebelah kanan adalah Stasiun Ijo dengan sepasang lampu penanda kereta api di depannya. Sebuah corong pengeras suara tampak menempel di atas jendela stasiun. Selain sebagai stasiun persilangan, Stasiun Ijo juga bertugas mengontrol lalu lalang kereta api yang lewat terowongan.

Lokasi Terowongan Ijo berada di wilayah Desa Bumiagung, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Terowongan dengan rel tunggal ini dibangun antara 1885-1886 oleh Staatsspoorwegen (SS), perusahaan kereta api Hindia Belanda ketika itu. Kemampuan dan keahlian rekayasa dan teknologi terapan pengeboran gunung untuk membuat terowongan dari para insinyur Belanda di jaman kolonial memang patut dipuji.

Namun dengan dibuatnya jalur ganda di jalur rel selatan Jawa untuk meningkatkan frekuensi keberangkatan kereta dan lebih memastikan keteraturan jadwal kedatangan di tempat tujuan, Terowongan Ijo bakal digantikan oleh terowongan baru yang posisinya berada tidak begitu jauh di sebelah utaranya. Terowongan yang baru itu sudah merupakan terowongan dengan rel ganda.

Stasiun Ijo yang berada di dekat terowongan ini memiliki 3 jalur kereta api. Jalur 1 merupakan jalur utama yang lurus mengarah ke terowongan. Jalur 2 dan jalur 3 digunakan sebagai jalur untuk persilangan kereta api. Lalu lintas keluar masuknya kereta melewati terowongan seperti ini sangat bergantung pada kehandalan sistem signal di stasiun keberangkatan kereta dan Stasiun Ijo sendiri.

terowongan ijo kebumen

Sebuah rangkaian kereta tampak baru saja melewati Terowongan Ijo. Hingga sampai tulisan ini dibuat, terowongan yang masuk Daerah Operasi V Purwokerto ini termasuk terowongan yang paling sering dilintasi, yaitu oleh kereta api Argo Wilis, Argo Lawu, Argo Dwipangga, Bengawan, Bima, Bogowonto, Fajar Utama Yogya, Gajah Wong, dan Gajayana.

Juga Kereta Api Gaya Baru Malam, Jaka Tingkir, Kahuripan, Krakatau, Kutojaya Selatan dan Utara, Lodaya, Logawa, Malabar, Mutiara Selatan, Pasundan, Progo, Sawunggalih, Senja Utama Yogya dan Solo, Taksaka, Turangga, serta kereta ketel minyak, dan angkutan semen. Mudah-mudahan saja nanti nasibnya tak terlantar seperti Terowongan Wilhelmina.

Bisa dipahami mengapa sewaktu dibuat, Terowongan Ijo Kebumen ini hanya untuk lintasan satu jalur rel kereta api saja, oleh karena selain untuk menekan biaya tentu karena frekuensi perjalanan kereta waktu itu masih sangat sedikit. Namun jika saja pemerintah Belanda waktu itu berpikir untuk 100 tahun ke depan, sudah pasti akan dibuat jalur ganda di terowongan. Boleh jadi Belanda sudah menduga bahwa mereka tidak akan berkuasa di Indonesia selama itu.

Jembatan kereta yang tak begitu panjang tampak berada beberapa ratus meter sebelum Terowongan Ijo. Setelah jembatan itu ada rel simpang cukup panjang yang diperuntukkan bagi rangkaian kereta api untuk menunggu giliran lewat jika terjadi papasan kereta api dari arah berlawanan.

Di belakang sana ada tiga orang pria tengah bekerja yang sepertinya membuat tanggul saluran air, sementara anak-anak bermain di atas lereng. Jika sedang tidak ada kereta lewat, jalur rel kereta api dan area di sekitarnya sering menjadi tempat bermain bagi anak-anak yang miskin kegiatan dan miskin hiburan. Meletakkan paku di atas rel untuk digilas roda kereta api hingga gepeng adalah salah satu kegiatan favorit anak-anak.

Dibandingkan jalan raya yang lebih lebar dan beraspal, sepertinya jalur rel kereta api membutuhkan pemeliharaan yang relatif lebih mudah dan lebih murah. Setidaknya rel kereta api bisa bertahan puluhan tahun, bahkan ratusan, sementara aspal jalan raya perlu dilapis ulang nyaris setiap tahun. Musuh jalur rel kereta api adalah jika terjadi longsor atau relnya terendam banjir.

Selagi menunggu terowongan jalur ganda selesai dibuat, bisa mulai dipikirkan pemanfaatan Terowongan Ijo agar tidak menjadi terlantar sebagaimana dialami oleh Terowongan Wilhelmina yang rel kereta api-nya pun telah lenyap entah kemana. Eloknya, Terowongan Ijo pernah menjadi lokasi syuting film Kereta Api Terakhir dan Daun di Atas Bantal.


Terowongan Ijo Kebumen

Alamat : Desa Bumiagung, Kecamatan Rowokele, Kabupaten Kebumen. Lokasi GPS : -7.615209, 109.446938, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! September 30, 2019.