Langsung ke konten utama

Taman Mangrove Morosari Demak

Kasmudi mulai mencari jalan putar untuk menuju ke Taman Mangrove Morosari Demak setelah sekitar 16 km meninggalkan pusat Kota Demak menuju arah ke Semarang. Jalan masuk ke tempat itu rupanya cukup banyak, dan karena buta arah maka kami sempat salah arah dan berkendara lumayan jauh. Jika dari Demak, jalan terdekat mestinya belok ke kiri di Alfamart setelah Jembatan Morosari, lewat jalan kecil lalu belok kiri menyeberang di bawah jalan besar.

Kesan baik saat ke Pekalongan Mangrove Park membuat kami bersemangat untuk menyambangi Taman Mangrove Morosari Demak, berharap mendapat pengalaman menyenangkan. Waktu itu sekitar satu jam jelang tengah hari, setelah beberapa saat sebelumnya sempat mampir melihat Stasiun Demak yang sudah tak lagi digunakan karena jalur keretanya mati. Kondisi stasiun itu sudah sangat menyedihkan. Jarak terdekat dari pinggir jalan besar ke lokasi taman mangrove adalah sekira 4,5 km dengan kualitas jalan bervariasi, dari cukup baik hingga cukup buruk di beberapa ruas jalan, melewati perumahan penduduk yang sebagian agak kumuh. Di beberapa tempat terlihat rumah yang sudah ditinggalkan pemiliknya lantaran terendam lumpur dan air laut. Wilayah ini memang terkena abrasi yang cukup parah.

Mangrove dan makam keramat yang ada di sana dulunya adalah daratan dari sebuah kampung kecil yang terkikis abrasi sejak tahun 1998, membuatnya tergenang air hingga mencapai 60 cm. Akhirnya pada tahun 1999 sekitar 80 keluarga memilih menyerah dan pindah ke Desa Purwosari, menyisakan beberapa keluarga yang masih tetap bertahan. Kini, sensasi naik ojeg di atas jembatan sempit saat menyeberangi laut dangkal, dan melihat bangau dan ikan barangkali sudah cukup untuk menjadi alasan untuk orang pergi ke sana.

taman mangrove morosari demak

Salah satu pemandangan yang kami lihat saat dalam perjalan menuju Taman Mangrove Morosari Demak. Area yang tergenang air laut pada foto di atas dulunya adalah daratan kering, yang ketika telah terendam maka tinggal menyisakan sepetak gerumbul di ujung sana itu yang masih terus berusaha bertahan, dan terpaksa dihubungkan dengan daratan menggunakan jembatan bambu.

Genangan air laut yang luas di pesisir utara Jawa ini juga digunakan untuk membuka kolam-kolam tambak ikan yang lumayan besar, sehingga harus menggunakan perahu untuk hilir mudiknya. Struktur-struktur bambu, baik sebagai dermaga sampan maupun sebagai penopang jala-jala ikan berukuran besar di tambak, dengan mudah bisa ditemukan di wilayah ini.

Singkat cerita, setelah melewati jalan berliku, sampailah kami di pangkalan ojeg Taman Mangrove Morosari. Lumayan lama dan cukup jauh jalan yang kami tempuh untuk sampai di sana. Begitu pun ketika sampai di dekat tempat tujuan umumnya ada kepuasan karena telah berhasil menemukan arah yang benar ke lokasi yang dicari.

taman mangrove morosari demak

Ujung lintasan ojeg yang baru saja kami lewati beberapa saat sebelumnya sempat saya ambil fotonya. Agak ngeri-ngeri sedap ketika membonceng melewati lintasan yan sangat sempit dan kiri kanannya adalah genangan air laut, meski dangkal. Panjang lintasan di atas hamparan air laut itu ada sekitar 850 meter, sedangkan panjang kampung kecil di awal lintasan hanya 100 meteran.

Baru saja kaki mengayun beberapa langkah, mata sudah tertumbuk pada sejumlah papan peringatan, diantaranya agar tamu pengunjung yang membawa kamera harus ijin dengan tanda panah mengarah ke rumah si pemberi ijin. Kami harus mengeluarkan uang Rp.25.000 untuk mendapat ijin membawa kamera di Taman Mangrove Morosari Demak dengan mendapat tanda terima yang ditulis manual oleh seorang ibu untuk bisa berjalan tenang di sepanjang jembatan kayu.

Ketika berada di Taman Mangrove Morosari Demak kami melihat ada dua atau tiga anak muda tengah memandangi genangan air di sebelah kanan jembatan. Rupanya memang ada sesuatu yang menarik di sana, yaitu Ikan Gelodok (Periophthalmodon schlosseri) atau Mudskipper dalam bahasa Inggris, karena ikan ini biasa melompat-lompat di lumpur dan air dangkal hutan mangrove. Nama lainnya adalah Belodok, Tempakul, Timpakul, Gabus laut, Lunjat, dan Belacak. Ikan aneh ini masuk dalam suku Oxudercinae.

Mata ikan itu menonjol di kepalanya yang aneh dengan sirip punggungnya bisa mengembang. Hebatnya lagi ikan ini bisa memanjat akar pohon bakau dan seolah berjalan di atas lumpur. Itu adalah berkat sirip dadanya yang kuat, ia juga mampu bernafas lewat kulit yang membuatnya bisa bertahan hingga 7-8 menit di darat. Setelah kawin ikan betina bisa menghasilkan 70.000 butir telur yang ditempelkan pada dinding sarang dan dijagainya.

Hanya ada satu trek atau jembatan kayu lurus yang membagi Taman Mangrove Morosari Demak itu menjadi dua bagian, sisi kiri dan kanan. Panjang hutan mangrove sekitar 280 meter, dengan lebar mulai dari 30 meter hingga 120 meter. Tak ada tempat duduk di sepanjang jembatan, sehingga pengunjung hanya bisa duduk di lantai papan kayu yang kotor.

Ketika sampai di ujung jembatan terlihat ada sejumlah orang, yang rupanya adalah penduduk yang mengelola Taman Mangrove Morosari Demak. Saat itu mereka tengah membuat sesuatu, mungkin pendopo di jalan menuju ke makam seorang ulama bernama Kyai Abdullah Mudzakir dari Tambaksari. Sayang tak ada keramahan pada sikap orang-orang itu, malah satu diantaranya dengan ketus menegur soal tiket kamera, dan diam merungut setelah kami tunjukkan tiket.

Sikap tak ramah mereka berhasil membantu melenyapkan minat untuk berjalan kaki menyeberangi jembatan kayu sempit ke arah makam yang jaraknya masih sekitar 135 meter lagi, dengan kiri kanan jembatan berupa air laut. Lagipula ada larangan memotret makam yang tampaknya secara kaku diterapkan. Akan lebih simpatik jika pengelola memperbolehkan memotret namun wajah peziarah harus disamarkan.

Hiburan lain di Taman Mangrove Morosari Demak selain ikan unik, yang baru pertama kali saya lihat seumur hidup di habitatnya itu, adalah bangau putih dengan leher dan kaki panjang. Mereka mencari makan atau berlindung dari panas matahari di sela-sela pohon bakau, agak jauh dari jembatan. Rupanya mereka belum merasa nyaman dengan kehadiran manusia.

Meskipun kesan saya tak begitu baik saat berkunjung ke Taman Mangrove Morosari Demak ini, oleh sebab tidak ramahnya warga yang saat itu ada di sana serta sudah terlalu komersial dengan fasilitas minim, namun tetap saya anjurkan untuk setidaknya sekali berkunjung ke sana dan melihat sendiri keunikan Ikan Gelodok.


Taman Mangrove Morosari Demak

Alamat : Desa Bedono, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak. Lokasi GPS : -6.9173525, 110.4834509, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Harga tiket masuk : gratis. Parkir motor Rp.2.000. Hotel di Demak, Peta Wisata Demak, Tempat Wisata di Demak.