Cirebon, Jawa Barat, Keraton

Keraton Kasepuhan

Keraton Kasepuhan Cirebon kami kunjungi dengan menumpang becak secara beriringan, masing-masing becak diisi satu orang, setelah meninggalkan Vihara Pemancar Keselamatan yang mengesankan, melewati pasar dengan gapura menuju ke Keraton Kanoman, melewati Masjid Agung Sang Ciptarasa di sebelah kanan jalan, serta Alun-alun.

Setelah membayar tiket masuk, seorang pemandu wisata bernama Muhammad H Permadi dengan pakaian tradisional Cirebonan menemani kami masuk ke dalam lingkungan Keraton Kasepuhan, sembari memberi penjelasan mengenai sejarah, struktur bangunan, dan benda di dalam Keraton Kasepuhan yang jumlahnya hampir tak terhitung banyaknya.

MH Permadi telah mengabdi di Keraton Kasepuhan Cirebon selama 13 tahun, dan merupakan generasi ke-17 yang mengabdi di keraton ini. Menurut penuturan Permadi, bangunan keraton dikerjakan oleh Raden Sepat, arsitek Prabu Brawijaya. Raden Sepat adalah santri Sunan Ampel yang ditugaskan untuk merancang bangunan-bangunan di Pulau Jawa.

Undakan dan Gapura Adi Keraton Kasepuhan Cirebon dibuat dengan gaya candi bentar Majapahitan, menjadi akses menuju ke Siti Inggil atau lemah duwur. Siti artinya tanah dan Inggil bermakna tinggi, yang ditafsirkan bahwa meskipun Adam diciptakan dari tanah namun derajadnya ditinggikan. Menempel pada dinding adalah piring porselen Eropa dan Tiongkok bertahun 1745.

Di Siti Inggil terdapat 5 bangunan tanpa dinding. Bangunan utamanya bernama Malang Semirang bertiang 6 melambangkan rukun iman dan jumlah keseluruhan tiangnya 20 buah yang melambangkan 20 sifat Allah. Gapura Banteng berada di selatan Siti Inggil, dimana terdapat Lingga Yoni dan Candra Sakala Kuta Bata Tinata Banteng yang berarti tahun 1451.

Saat saya lewat, seorang pria menabuh beduk di salah satu bangunan Siti Inggil Keraton Kasepuhan Cirebon tanda waktu Sholat Dzuhur tiba. Bangunan Siti Inggil warnanya merah, sedangkan bagian dalam keraton berwarna putih, melambangkan bahwa Sultan harus bisa menjadi penyatu antara rakyat di luar dengan pejabat yang di dalam.

Pada taman terdapat sepasang singa barong, meriam kecil, dengan latar gapura keraton. Keraton Kasepuhan Cirebon didirikan tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II (cicit Sunan Gunung Jati) yang naik tahta pada 1506. Sebelumnya keraton ini bernama Keraton Pakungwati, sehingga Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Batuan hitam di depan gapura bernama Tugu Manunggal delapan penjuru mata angin, dengan pot keramik putih yang menunjukkan arah masing-masing mata angin.

Di sini terdapat bundaran untuk tempat berputar, dan ditanam batu-batu karang yang konon berfungsi untuk menyaring air Keraton Kasepuhan Cirebon agar tidak terasa asin. Di atas atap bangunan Keraton Kasepuhan Cirebon terdapat ornamen menyerupai angsa yang elok. Ukiran kayu dengan detail sangat indah terlihat di dekat pintu masuk. Di dalam kompleks ada dua museum, bangsal kraton, petilasan Dalem Agung Pakungwati, petilasan Sunan Gunung Jati, serta sumur kuno yang digunakan Sunan Gunung Jati dan keluarganya.

Keraton Kasepuhan Cirebon merupakan peninggalan yang mengesankan, perpaduan budaya Hindu Jawa, Islam Jawa, Tionghoa, dan Belanda. Perawatan menjadi tantangan bagi keraton yang luasnya 25 Ha ini, dengan luas total tembok keliling 50 Ha. Acara tahunan paling sakral adalah Panjang Jimat, semacam Sekatenan yang merupakan peringatan Maulid Nabi.

Waktu pembangunan Keraton Kasepuhan Cirebon ini, Sunan Gunung Jati dibantu oleh Sunan Kudus, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga. Yang menjadi pengawas adalah Sunan Kalijaga yang juga mengawasi pembangunan Masjid Sang Cipta Rasa. Keraton Kasepuhan dibangun setelah pembangunan Masjid Demak lebih dahulu selesai dikerjakan.

Saya sempat mengambil foto pemandangan pada Bangsal Pringgandani tempat dimana Sultan Keraton Kasepuhan Cirebon menerima pisowanan para Adipati, dengan ornamen keramik pada dinding di latar belakang. Kayu pada langit-langit ruangan bangsal berornamen ukir warna-warni dengan detail indah yang didonimansi warna hijau dan lampu kristal di tengah-tengahnya.

Keramik-keramik Belanda dan Tiongkok yang menempel pada dinding ruangan berjumlah sangat banyak, dengan lukisan klasik yang sangat beraneka ragam dan indah. Dari sekian banyak keramik itu, hanya ada satu keramik yang berisi lukisan "The Last Supper". Selain keramik, ada pula hiasan ukir pada kayu berupa bentuk bunga dan burung hitam.

Hampir setiap bagian di dalam keraton ini ada filosofinya, dan pemandu wisata keraton yang berjumlah 12 orang itu semuanya sanggup menjelaskannya dengan sangat rinci. Benda lain yang menarik perhatian saya adalah umpak dengan detail ornamen sangat indah. Umpak itu berada pada bangunan di bagian depan keraton yang semuanya masih asli.

keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon keraton kasepuhan cirebon

Keraton Kasepuhan Cirebon

Alamat : Kelurahan Kasepuhan, Kec Lemahwungkuk, Cirebon. Lokasi GPS : -6.72611, 108.57098, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Cirebon, Hotel Murah di Cirebon, Tempat Wisata di Cirebon, Peta Wisata Cirebon.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Juni 16, 2021.