Jawa Tengah, Kudus, Makam, Sunan Kudus, Wali, Wali Songo

Makam Sunan Kudus

Letak Makam Sunan Kudus berada persis di belakang bangunan utama limasan tumpang Masjid Menara Kudus, dengan akses tersendiri namun bisa juga lewat gapura butulan dari samping kiri masjid. Di bagian terdepan, dekat jalan, pengunjung melewati gapura beratap genting, dan beberapa puluh langkah kemudian ada gapura paduraksa besar sebelum belok kanan.

Lubang gapura atau regol itu setidaknya bisa dilalui 3 orang, atau empat orang agak berdesakan, namun ketika keluar pulang sempat menunggu lama karena ada tukang bekerja di lubang gapura dan banyak peziarah masuk. Jika memakai konsep kori agung, bisa dipertimbangkan ada regol kecil di kiri kanan regol utama sebagai akses tambahan saat puncak musim ziarah.

Ada sejumlah cungkup berisikan petak kubur di area memanjang yang lebarnya sekitar 8 meter di belakang masjid. Panjang area ini 30 meteran, dengan pintu gapura menuju ke cungkup besar dimana Makam Sunan Kudus berada terletak di sisi kiri, beberapa meter sebelum ujung area. Ada beberapa kubur di area ini yang menarik perhatian.

makam sunan kudus

Pemandangan di bagian awal area di belakang masjid arah ke regol gapura paduraksa yang menjadi akses masuk peziarah. Di depan regol tampak tembok kelir yang membatasi pandang agar ketika orang berjalan masuk tak bisa langsung melihat isi dalaman area.

Di ruang terbuka terlihat deret nisan tua tak beraturan yang tanda namanya sudah hilang ditelan waktu. Cungkup di area ini memayungi kubur orang penting, diantaranya Pangeran Pontjowati, Panglima Tertinggi Angkatan Perang. Ia adalah suami Ratu Prodobinabar, anak ke-8 atau bungsu Sunan Kudus dari isteri keduanya, puteri Adipati Terung (Pecattandha).

Adipati Terung, yang kuburnya dekat sekali dengan kubur Sunan Kudus, adalah anak Arya Damar dari ibu Tan Eng Hwat. Nama Tionghoa Adipati Terung adalah Kin San, dan nama muslimnya Husein atau Raden Kusen. Sebelumnya, Tan Eng Hwat telah melahirkan Raden Patah (Panembahan Jin Bun) dari suami Prabu Brawijaya V.

Warisan Sunan Kudus diantaranya adalah Menara Kudus serta sejumlah gapura padurkasa dan candi bentar di sekeliling masjid dan bahkan di ruang utamanya. Delapan pancuran pada padasan yang dihiasi relief arca juga mengadopsi dari Asta Sanghika Marga atau Delapan Jalan Utama yang menjadi pegangan masyarakat penganut ajaran Budha.

makam sunan kudus

Cungkup kubur lainnya di kompleks Makam Sunan Kudus lokasinya berada di ujung area tepat di belakang masjid. Di dalamnya adalah deret kubur batu putih dari para pangeran yang terlihat tua namun tetap cantik dengan nisan berornamen elok.

Tampak pada ujung foto sebelah kiri adalah gapura paduraksa sebagai pintu masuk ke cungkup terbesar dimana di dalamnya terdapat jirat kubur sang sunan dan sejumlah kubur lain di sekelilingnya. Semua peziarah tampaknya hanya bergegas menuju ke makam utama itu, karena memang itu tujuan utama mereka datang berziarah ke Kudus.

Meski Sunan Kudus mengedepankan pendekatan budaya yang sama dengan Sunan Kalijaga dalam berdakwah untuk menyebarkan agama Islam, namun pandangan politik keduanya berseberangan. Ya, pada jaman itu pun para wali sudah ikut campur ke dalam perkara politik kerajaan. Hal yang terus terjadi hingga sampai saat ini.

Sejumlah jabatan yang pernah disandang Sunan Kudus semasa hidupnya adalah Penasehat Sultan Demak, Panglima Perang, Imam Besar Masjid Demak, Ketua Pasar Islam Walisongo, Penanggung Jawab Pencetak Dinar Dirham Islam, dan Ketua Baitulmal Walisongo.

Para peziarah umumnya duduk dengan takzim menghadap ke jirat Makam Sunan Kudus yang ditutupi kelambu keliling sehingga tak bebas terlihat isinya. Banyaknya peziarah yang tengah duduk di sana juga membatasi sudut pengambilan foto.

Suasana di sekitar cungkup Makam Sunan Kudus ramai dengan peziarah dengan latar sejumlah jirat kubur. Beberapa ibu tengah berdzikir dan membaca ayat suci dalam tahlil di area dekat Makam Adipati Terung yang ukuran batu nisannya mencolok besarnya.

Adipati Terung adalah panglima perang Majapahit yang membunuh Sunan Ngudung dalam salah satu peperangan antara Demak dan Majapahit.Sebelumnya Sunan Ngudung telah membunuh Pangeran Handayaningrat atau Ki Ageng Pengging Sepuh, kakek Jaka Tingkir (kemudian Sultan Pajang), yang berada di pihak Majapahit.

Sunan Ngudung adalah anak dari Maulana Malik Ibrahim atau Sunan Gresik. Ia menikahi Nyi Ageng Maloka, putri Sunan Ampel, dan berputra Jakfar Shadiq yang tak lain adalah Sunan Kudus.

Jika Sunan Kalijaga mendukung Adipati Pajang yang kemudian menjadi Sultan Hadiwijaya, maka Sunan Kudus mendukung Arya Penangsang. Raden Kikin, ayah Arya Penangsang, dibunuh Raden Mukmin (anak Trenggono, atau sepupu Arya Penangsang) agar Trenggono naik menjadi sultan Demak menggantikan Pangeran Sabrang Lor. Trenggono adalah adik tiri Sekar Sedo Lepen.

Pembunuhan Sunan Prawata, gelar Raden Kikin setelah menjadi Sultan Demak menggantikan ayahnya, dan pembunuhan Pangeran Hadlirin, suami Ratu Kalinyamat, oleh orangnya Arya Penangsang tak lepas dari restu Sunan Kudus. Usaha pembunuhan terhadap Adipati Pajang juga bagian dari upaya itu. Namun Arya Penangsang akhirnya gugur di tangan Sutawijaya yang kemudian mendirikan dinasti Mataram yang didukung Sunan Kalijaga.

Lepas dari soal politik, warisan Sunan Kudus yang masih dihormati adalah larangan memotong sapi kepada para pengikutnya, sebagai penghormatan bagi kepercayaan Hindu yang menganggap sapi sebagai hewan suci. Pendekatan budaya seperti itulah yang mempercepat penyebaran Islam di kalangan masyarakat Jawa ketika itu.


Alamat Makam Sunan Kudus : Desa Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -6.8039299, 110.8322346, Waze. Info wisata Kudus: Hotel di Kudus, Hotel Murah di Kudus, Peta Wisata Kudus, Tempat Wisata di Kudus.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! November 15, 2019.