Curug Nangka Bogor adalah curug pertama di Taman Nasional Gunung Halimun - Salak yang saya kunjungi. Namun lantaran tanpa mengumpulkan informasi yang memadai, dan bertanya pada orang yang salah, adalah alasan mengapa kunjungan pertama itu menjadi gagal.
Ada dua air terjun di sana, yang dekat dinamai Curug Nangka dan yang jauh namanya Curug Kaung, dan tidak satu pun curug saya kunjungi saat itu. Adalah pada kunjungan yang kedua kali akhirnya saya bisa menemukan dimana lokasi Curug Nangka yang sebenarnya berada. Curug Kaung masih belum terjangkau, karena jalan menuju ke curug begitu menantang dengan lintasan yang sama sekali tidak jelas.
Dalam perjalanan menuju lokasi saya sempat berhenti di sebuah lapangan bola dekat jalan untuk mengambil gambar pegunungan Halimun Salak yang elok. Seekor burung walet tanpa sengaja ikut tertangkap oleh kamera. Setelah sampai di Kota Bogor selepas melewati Jalan Tol Jagorawi kami memutari jalan yang mengelilingi Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor.
Jalan yang kabarnya kini telah dibuat satu arah. Di ujung Jl Ir.H. Djuanda kami ke kanan, mentok ke kanan lagi masuk Jl Pulo Empang, melewati Pabrik Gong Pancasan, seterusnya masuk ke Jl Kapten dan berlanjut Jl Raya Ciapus. Jarak dari depan Hotel Salak hingga ke lokasi sekitar 14,2 km.
Di pos penjagaan pintu masuk ke dalam kawasan Curug Nangka Bogor adalah tempat dimana pengunjung mengeluarkan uang untuk membayar tiket. Tiket masuk per orang waktu itu adalah Rp.5.000, ditambah Rp.2.500 untuk memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, dan Rp.3.000 untuk tiket kendaraan roda empat.
Tidak jauh setelah melewati pos penjagaan, pemandangan cantik jajaran pohon pinus di sisi sebelah kiri cukup menghibur dan memberi kesejukan. Tak lama kemudian kami sampai di area parkir Curug Nangka Bogor yang tak begitu luas, namun kendaraan masih bisa memutar di sini. Di sisi kanan area parkir terdapat warung-warung makan yang sederhana.
Kami sempat mampir ke salah satu dari warung itu untuk mengganjal perut dan membasahi tenggorokan dengan minuman ringan. Harga makanan di sini cukup wajar, dan di warung-warung itu juga tersedia toilet, meskipun perlu ditingkatkan sanitasinya. Jika pun bukan pemerintah, saya kira mahasiswa bisa ikut turun tangan membantu merancang warung dan toilet yang baik.
Saat itu ada seekor monyet terlihat tengah bermain di sekitar tempat parkir Curug Nangka Bogor. Beberapa monyet lainnya berlalu lalang dengan bebas di rerumputan di bawah pohon pinus. Namun pada kunjungan pertama saya tidak melihat seekor monyet pun, barangkali makanan mereka di hutan saat itu masih berlimpah, sehingga merasa tak perlu keluar dari hutan untuk mencari makanan.
Kali kedua berkunjung saya ditemani pemuda setempat yang membawa saya masuk ke sungai dari arah hilir Curug Nangka, sebuah cara kunjung yang mungkin bisa berbahaya jika hujan turun deras di hulu. Saya harus berjalan ekstra hati-hati dengan kaki telanjang ketika melangkahkan kaki di tengah sungai yang airnya membasahi celana sampai ke lutut.
Meskipun tidak mungkin tersesat untuk sampai ke curug dengan cara kunjung seperti itu, namun cukup menyenangkan jika ada teman ketika berjalan lewat sepanjang aliran sungai yang sepi, dan untuk membawa tas kamera yang lumayan berat. Orang itu memberi nasihat untuk tidak menginjak batu berwarna hitam, karena memang sangat licin.
Akhirnya kami sampai di ujung sungai dimana terdapat rambatan air terjun Curug Nangka, yang ternyata jauh lebih tinggi dan lebih indah dari yang saya kira semula. Untuk mencapai dasar sebuah air terjun yang tinggi biasanya pengunjung harus berjalan menuruni ratusan undakan berkelok-kelok yang cukup melelahkan, terutama akan sangat terasa pada perjalanan pulang. Namun tidak demikian dengan curug ini.
Tak begitu lama kami berada di sekitar dasar air terjun, selain karena sudah merasa puas akhirnya bisa melihat curug dari jarak yang sangat dekat, juga khawatir juga hujan turun sewaktu-waktu. Proses berjalan menyusur tengah sungai dengan kaki telanjang pun kembali berulang, namun perjalanan pulang biasanya terasa lebih cepat.
Pada kali pertama berkunjung saya menelusuri bagian atas dari curug, sementara curugnya tersembunyi di sisi kanan hutan pinus. Aliran air sungai di bagian hulu curug begitu jernih, dingin dan segar. Cukup jauh saya melangkah ke arah hulu, sebelum akhirnya memutar badan setelah melihat akses jalan ke Curug Kaung benar-benar terlihat susah untuk dilewati.
Curug Nangka Bogor merupakan salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak favorit saya, dan wajib untuk dikunjungi. Selain elok, lokasinya paling dekat dari Bogor, aksesnya mudah, ada monyet, warung dan MCK, serta di tengah hutan pinus. Jika beruntung, Anda bisa melihat ribuan ulat bulu yang bergerombol memenuhi batang pohon.
Lokasi Curug Nangka berada di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Bogor Kabupaten. Lokasi GPS : -6.6682, 106.72698, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : 07.00 - 17.30. Harga tiket masuk Rp. 5.000, kendaraan Rp. 3.000. Hotel di Bogor, Hotel di Bogor Kota, Peta Wisata Bogor, Tempat Wisata di Bogor.
Ada dua air terjun di sana, yang dekat dinamai Curug Nangka dan yang jauh namanya Curug Kaung, dan tidak satu pun curug saya kunjungi saat itu. Adalah pada kunjungan yang kedua kali akhirnya saya bisa menemukan dimana lokasi Curug Nangka yang sebenarnya berada. Curug Kaung masih belum terjangkau, karena jalan menuju ke curug begitu menantang dengan lintasan yang sama sekali tidak jelas.
Dalam perjalanan menuju lokasi saya sempat berhenti di sebuah lapangan bola dekat jalan untuk mengambil gambar pegunungan Halimun Salak yang elok. Seekor burung walet tanpa sengaja ikut tertangkap oleh kamera. Setelah sampai di Kota Bogor selepas melewati Jalan Tol Jagorawi kami memutari jalan yang mengelilingi Kebun Raya Bogor dan Istana Bogor.
Jalan yang kabarnya kini telah dibuat satu arah. Di ujung Jl Ir.H. Djuanda kami ke kanan, mentok ke kanan lagi masuk Jl Pulo Empang, melewati Pabrik Gong Pancasan, seterusnya masuk ke Jl Kapten dan berlanjut Jl Raya Ciapus. Jarak dari depan Hotel Salak hingga ke lokasi sekitar 14,2 km.
Di pos penjagaan pintu masuk ke dalam kawasan Curug Nangka Bogor adalah tempat dimana pengunjung mengeluarkan uang untuk membayar tiket. Tiket masuk per orang waktu itu adalah Rp.5.000, ditambah Rp.2.500 untuk memasuki kawasan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak, dan Rp.3.000 untuk tiket kendaraan roda empat.
Tidak jauh setelah melewati pos penjagaan, pemandangan cantik jajaran pohon pinus di sisi sebelah kiri cukup menghibur dan memberi kesejukan. Tak lama kemudian kami sampai di area parkir Curug Nangka Bogor yang tak begitu luas, namun kendaraan masih bisa memutar di sini. Di sisi kanan area parkir terdapat warung-warung makan yang sederhana.
Kami sempat mampir ke salah satu dari warung itu untuk mengganjal perut dan membasahi tenggorokan dengan minuman ringan. Harga makanan di sini cukup wajar, dan di warung-warung itu juga tersedia toilet, meskipun perlu ditingkatkan sanitasinya. Jika pun bukan pemerintah, saya kira mahasiswa bisa ikut turun tangan membantu merancang warung dan toilet yang baik.
Saat itu ada seekor monyet terlihat tengah bermain di sekitar tempat parkir Curug Nangka Bogor. Beberapa monyet lainnya berlalu lalang dengan bebas di rerumputan di bawah pohon pinus. Namun pada kunjungan pertama saya tidak melihat seekor monyet pun, barangkali makanan mereka di hutan saat itu masih berlimpah, sehingga merasa tak perlu keluar dari hutan untuk mencari makanan.
Kali kedua berkunjung saya ditemani pemuda setempat yang membawa saya masuk ke sungai dari arah hilir Curug Nangka, sebuah cara kunjung yang mungkin bisa berbahaya jika hujan turun deras di hulu. Saya harus berjalan ekstra hati-hati dengan kaki telanjang ketika melangkahkan kaki di tengah sungai yang airnya membasahi celana sampai ke lutut.
Meskipun tidak mungkin tersesat untuk sampai ke curug dengan cara kunjung seperti itu, namun cukup menyenangkan jika ada teman ketika berjalan lewat sepanjang aliran sungai yang sepi, dan untuk membawa tas kamera yang lumayan berat. Orang itu memberi nasihat untuk tidak menginjak batu berwarna hitam, karena memang sangat licin.
Akhirnya kami sampai di ujung sungai dimana terdapat rambatan air terjun Curug Nangka, yang ternyata jauh lebih tinggi dan lebih indah dari yang saya kira semula. Untuk mencapai dasar sebuah air terjun yang tinggi biasanya pengunjung harus berjalan menuruni ratusan undakan berkelok-kelok yang cukup melelahkan, terutama akan sangat terasa pada perjalanan pulang. Namun tidak demikian dengan curug ini.
Tak begitu lama kami berada di sekitar dasar air terjun, selain karena sudah merasa puas akhirnya bisa melihat curug dari jarak yang sangat dekat, juga khawatir juga hujan turun sewaktu-waktu. Proses berjalan menyusur tengah sungai dengan kaki telanjang pun kembali berulang, namun perjalanan pulang biasanya terasa lebih cepat.
Pada kali pertama berkunjung saya menelusuri bagian atas dari curug, sementara curugnya tersembunyi di sisi kanan hutan pinus. Aliran air sungai di bagian hulu curug begitu jernih, dingin dan segar. Cukup jauh saya melangkah ke arah hulu, sebelum akhirnya memutar badan setelah melihat akses jalan ke Curug Kaung benar-benar terlihat susah untuk dilewati.
Curug Nangka Bogor merupakan salah satu air terjun di kawasan Taman Nasional Gunung Halimun Salak favorit saya, dan wajib untuk dikunjungi. Selain elok, lokasinya paling dekat dari Bogor, aksesnya mudah, ada monyet, warung dan MCK, serta di tengah hutan pinus. Jika beruntung, Anda bisa melihat ribuan ulat bulu yang bergerombol memenuhi batang pohon.
Lokasi Curug Nangka berada di Desa Sukajadi, Kecamatan Tamansari, Bogor Kabupaten. Lokasi GPS : -6.6682, 106.72698, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : 07.00 - 17.30. Harga tiket masuk Rp. 5.000, kendaraan Rp. 3.000. Hotel di Bogor, Hotel di Bogor Kota, Peta Wisata Bogor, Tempat Wisata di Bogor.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.