The Hills Bukittinggi adalah sebuah hotel dengan posisi sangat strategis yang berada di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Dari hotel ini hanya membutuhkan waktu beberapa menit dengan berjalan kaki ke area Jam Gadang dan tempat-tempat makan, baik siang maupun malam hari. Lokasinya memunggungi Ngarai Sianok, dikelilingi oleh Gunung Singgalang dan Gunung Merapi.
Hotel ini dahulu bernama Novotel Bukittinggi dan samarnya ingatan menyebut bahwa di hotel inilah saya dahulu pernah berkunjung saat mengikuti sebuah perhelatan besar. Pergantian nama terjadi seiring dengan pergantian manajemen, dan nama The Hills sesuai dengan lokasi dimana hotel ini berada, serta mungkin untuk memberi kesan tersendiri bagi pengunjungnya.
Kota Bukittinggi berada di rangkaian Pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian bervariasi antara 909–941 mdpl yang membuatnya menjadi sebuah kota dengan udara nyaman antara 16.1–24.9 °C, serta karenanya sempat mendapat julukan sebagai Parijs van Sumatra. Disebut Bukiktinggi dalam bahasa Minang, kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera serta ibukota Provinsi Sumatera Tengah.
Lokasi The Hills Bukittinggi terletak di ketinggian sebuah bukit, dengan bentuk bangunan persegi berpilar tinggi, atap tingkat berbentuk segi delapan, menara langsing di sisi sebelah kiri, gazebo cantik bersegi delapan di puncak sebelah kanan, dengan puncak-puncak berupa bulatan sate cantik meski tak sebanyak yang ada di Gedung Sate.
Namun ketika mengecek ulang informasi tentang hotel ini, dan melihatnya di Google Maps, ternyata nama The Hills Bukittinggi telah berubah lagi menjadi Novotel. Perubahan berulang yang bisa membuat bingung pengunjung. Tengara nama hotel berlampu neon yang tampak pada foto di atas itu pun dengan sendirinya juga sudah berganti dengan nama yang baru. Gedungnya sendiri tampak tidak ada perubahan sama sekali.
Di Google Maps citra satelit pula saya menyadari bahwa letak hotel ini rupanya persis bersisian dengan bangunan Istana Bung Hatta. Kedua bangunan, ditambah satu bangunan sayap Istana Bung Hatta, dikelilingi oleh jalan dan tampak menjadi pusatnya Kota Bukittinggi, meski Jam Gadang yang ditetapkan pemerintah kota sebagai titik nolnya. Karena itu letaknya terlihat cantik dilihat dari udara, serta dekat kemana-mana jika menginap di hotel ini.
Pemandangan pada pojok bangunan the Hills Novotel Bukittinggi dimana terdapat atap sebuah gazebo dan di sebelah kiri terlihat pemandangan Gunung Singgalang di kejauhan. Dari pelataran hotel, lurus ke arah depan terlihat Jl. Ahmad Karim dimana Warung Kupi & Mie Aceh Baroena berada. Ujung jalan itu akan bertemu dengan daerah Kampung Cina, dimana Nasi Goreng Ajo mangkal.
Beberapa tamu tengah berbincang di depan akses masuk tak berpintu the Hills (Novotel) Bukittinggi, dengan detail ornamen ukir kayu yang indah pada pintu masuknya mengingatkan pada pintu gebyok di Jawa. Ketiadaan pintu hotel bisa dimaklumi oleh karena hawa kota ini yang sejuk, sehingga lobbynya tak memerlukan pendingin ruang sama sekali. Lagi pula langit-langit lobby dibuat sangat tinggi dengan aliran udara yang sangat baik.
Lobby hotel bisa dibilang luas, lapang dan tinggi, tempat dimana resepsionis berada. Ketika itu sebuah miniatur Menara Eiffel yang tinggi diletakkan di tengah ruangan lobby dengan puncak hampir menjangkau langit-langit ruang yang berbentuk segi delapan dengan ornamen bintang di tengahnya. Bagian bawah miniatur menara itu diberi lampu-lampu hias, kolam dan pancuran air yang rendah di tengahnya.
Dari kamar dimana saya tidur terlihat pemandangan indah Ngarai Sianok, sebuah jurang dan lembah curam terkenal yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi dengan Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Sudut edar pandang dari kamar sangat luaslah, ke sebelah kiri hingga nampak Gunung Singgalang di kejauhan sana. Kolam renang outdoor-nya yang ada di belakang gedung utama terlihat luas dan berkelas.
Suasana saat itu di ruangan restoran The Hills Novotel Bukittinggi yang luas dan cukup nyaman, dengan nuansa etnik, tempat dimana kami duduk untuk sarapan pagi saat itu. Meski ruangan restorannya masih sama, namun dengan bergantinya manajemen maka penataan restoran kini sudah berbeda, tampak jauh lebih modern dan mewah.
The Hills Novotel Bukittinggi merupakan pilihan menginap yang baik jika anda berencana untuk berkunjung dan menginap di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Selain karena nyaman, juga posisi hotel yang sangat dekat dengan pusat kota, daerah Jam Gadang, pusat makanan, serta pemandangan lepas ke arah Ngarai Sianok yang fenomenal. Jarak dari Bandara Internasional Minangkabu adalah 74,3 km atau memakan waktu perjalanan 2 jam 13 menit.
Hotel ini dahulu bernama Novotel Bukittinggi dan samarnya ingatan menyebut bahwa di hotel inilah saya dahulu pernah berkunjung saat mengikuti sebuah perhelatan besar. Pergantian nama terjadi seiring dengan pergantian manajemen, dan nama The Hills sesuai dengan lokasi dimana hotel ini berada, serta mungkin untuk memberi kesan tersendiri bagi pengunjungnya.
Kota Bukittinggi berada di rangkaian Pegunungan Bukit Barisan pada ketinggian bervariasi antara 909–941 mdpl yang membuatnya menjadi sebuah kota dengan udara nyaman antara 16.1–24.9 °C, serta karenanya sempat mendapat julukan sebagai Parijs van Sumatra. Disebut Bukiktinggi dalam bahasa Minang, kota terbesar kedua di Provinsi Sumatera Barat ini pernah menjadi ibu kota Indonesia pada masa Pemerintahan Darurat Republik Indonesia, juga pernah menjadi ibu kota Provinsi Sumatera serta ibukota Provinsi Sumatera Tengah.
Lokasi The Hills Bukittinggi terletak di ketinggian sebuah bukit, dengan bentuk bangunan persegi berpilar tinggi, atap tingkat berbentuk segi delapan, menara langsing di sisi sebelah kiri, gazebo cantik bersegi delapan di puncak sebelah kanan, dengan puncak-puncak berupa bulatan sate cantik meski tak sebanyak yang ada di Gedung Sate.
Namun ketika mengecek ulang informasi tentang hotel ini, dan melihatnya di Google Maps, ternyata nama The Hills Bukittinggi telah berubah lagi menjadi Novotel. Perubahan berulang yang bisa membuat bingung pengunjung. Tengara nama hotel berlampu neon yang tampak pada foto di atas itu pun dengan sendirinya juga sudah berganti dengan nama yang baru. Gedungnya sendiri tampak tidak ada perubahan sama sekali.
Di Google Maps citra satelit pula saya menyadari bahwa letak hotel ini rupanya persis bersisian dengan bangunan Istana Bung Hatta. Kedua bangunan, ditambah satu bangunan sayap Istana Bung Hatta, dikelilingi oleh jalan dan tampak menjadi pusatnya Kota Bukittinggi, meski Jam Gadang yang ditetapkan pemerintah kota sebagai titik nolnya. Karena itu letaknya terlihat cantik dilihat dari udara, serta dekat kemana-mana jika menginap di hotel ini.
Pemandangan pada pojok bangunan the Hills Novotel Bukittinggi dimana terdapat atap sebuah gazebo dan di sebelah kiri terlihat pemandangan Gunung Singgalang di kejauhan. Dari pelataran hotel, lurus ke arah depan terlihat Jl. Ahmad Karim dimana Warung Kupi & Mie Aceh Baroena berada. Ujung jalan itu akan bertemu dengan daerah Kampung Cina, dimana Nasi Goreng Ajo mangkal.
Beberapa tamu tengah berbincang di depan akses masuk tak berpintu the Hills (Novotel) Bukittinggi, dengan detail ornamen ukir kayu yang indah pada pintu masuknya mengingatkan pada pintu gebyok di Jawa. Ketiadaan pintu hotel bisa dimaklumi oleh karena hawa kota ini yang sejuk, sehingga lobbynya tak memerlukan pendingin ruang sama sekali. Lagi pula langit-langit lobby dibuat sangat tinggi dengan aliran udara yang sangat baik.
Lobby hotel bisa dibilang luas, lapang dan tinggi, tempat dimana resepsionis berada. Ketika itu sebuah miniatur Menara Eiffel yang tinggi diletakkan di tengah ruangan lobby dengan puncak hampir menjangkau langit-langit ruang yang berbentuk segi delapan dengan ornamen bintang di tengahnya. Bagian bawah miniatur menara itu diberi lampu-lampu hias, kolam dan pancuran air yang rendah di tengahnya.
Dari kamar dimana saya tidur terlihat pemandangan indah Ngarai Sianok, sebuah jurang dan lembah curam terkenal yang terletak di perbatasan kota Bukittinggi dengan Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Sudut edar pandang dari kamar sangat luaslah, ke sebelah kiri hingga nampak Gunung Singgalang di kejauhan sana. Kolam renang outdoor-nya yang ada di belakang gedung utama terlihat luas dan berkelas.
Suasana saat itu di ruangan restoran The Hills Novotel Bukittinggi yang luas dan cukup nyaman, dengan nuansa etnik, tempat dimana kami duduk untuk sarapan pagi saat itu. Meski ruangan restorannya masih sama, namun dengan bergantinya manajemen maka penataan restoran kini sudah berbeda, tampak jauh lebih modern dan mewah.
The Hills Novotel Bukittinggi merupakan pilihan menginap yang baik jika anda berencana untuk berkunjung dan menginap di Kota Bukittinggi, Sumatera Barat. Selain karena nyaman, juga posisi hotel yang sangat dekat dengan pusat kota, daerah Jam Gadang, pusat makanan, serta pemandangan lepas ke arah Ngarai Sianok yang fenomenal. Jarak dari Bandara Internasional Minangkabu adalah 74,3 km atau memakan waktu perjalanan 2 jam 13 menit.
The Hills Novotel Bukittinggi
Alamat : Jalan Laras Datuk Bandaro, Bukittinggi, Sumatera Barat. Telp 0752-35000. Lokasi GPS : -0.3056416, 100.3679931, Waze. Peta Wisata Buittinggi, Tempat Wisata di Bukittinggi, Hotel di BukittinggiSponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.