Bandung, Cagar Budaya, Jawa Barat

Gedung Sate

Gedung Sate Bandung merupakan salah satu ciri khas kota Bandung yang terkenal. Bandung, Ibukota Jawa Barat, terletak sekitar 180 km arah tenggara Jakarta. Kota yang dulu berhawa sejuk dan nyaman ini pernah dijuluki sebagai Parijs van Java, yang menunjukkan reputasinya sebagai kiblat bagi para penggemar mode, dan belanja. Julukan itu konon dipopulerkan oleh seorang berdarah Yahudi Belanda bernama Roth di pasar malam tahunan Jaarbeurs (Jalan Aceh) pada 1920.

Bandung juga sangat kaya dengan bangunan tua yang didirikan semasa penjajahan Belanda. Bangunan kuno yang kebanyakan masih kokoh dan cantik itu sekarang banyak dipakai sebagai kantor pemerintah daerah, bank, bhotel atau museum. Banyak juga yang kemudian menjadi rumah pribadi atau digunakan sebagai, cafe, distro dan factory outlet.

Kembali ke era awal tahun 1920-an, pemerintah kolonial Belanda membuat perencanaan untuk memindahkan ibukota dari Batavia ke Bandung. Mereka pun membangun barak-barak militer dan bangunan kantor pemerintahan. Gedung Sate Bandung adalah salah satu diantaranya, dan sedianya diperuntukkan bagi gedung pemerintahan pusat. Rencana ini tidak pernah terlaksana dengan meletusnya perang dunia.

Foto Gedung Sate Bandung yang elok bisa diambil dari dalam kamar di Hotel Hyatt Regency, yang terletak di Jl. Sumatera, di belakang Bandung Indah Plaza. Gedung Sate merupakan gedung dengan arsitektur neo-klasik yang diperkaya dengan elemen-elemen setempat, dirancang oleh arsitek kondang lulusan Fakultas Teknik Delft bernama Ir. J. Gerber, yang melibatkan Ir. Eh. De Roo dan Ir. G. Hendriks dalam timnya, dengan masukan berharga dari Dr.Hendrik Petrus Berlage.

Pembangunanya didukung Gemeente van Bandoeng dengan ketua Kol. Pur. VL. Slors, mengerahkan 2000 pekerja yang 150 orang di antaranya merupakan orang Tionghoa ahli ukir bongpay dan ukir kayu asal Kanton, dibantu tukang batu, kuli aduk dan peladen dari Kampung Sekeloa, Kampung Coblong Dago, Kampung Gandok dan Kampung Cibarengkok. Adalah bentuk khas dari tiang di puncak atapnya yang menyerupai sate yang merupakan asal dari nama julukan gedung ini.

Saat itu saya melihat Gedung Sate Bandung dengan panorama pemandang perbukitan dan Gunung Manglayang jauh di belakangnya. Lingkungan di sekeling gedung itu terlihat masih baik karena ada banyaknya pepohonan rimbun yang menghijaukan pemandangan. Juga terbantu dengan adanya Taman Lansia yang cukup luas di sisi sebelah kirinya, tepat di seberang Yoghurt Cisangkuy yang terkenal itu.

Tak salah jika Gedung Sate menjadi ikon utama kota Bandung karena memang terlihat sangat cantik. Kombinasi atap sirap bersusunnya yang berwarna kelabu dengan bulatan tusuk sate di puncaknya disangga pilar-pilar beton dan dek di sekelilingnya yang bercat putih terlihat sangat elok. Di jaman kolonial Gedung Sate disebut sebagai Gouvernements Bedrijven (GB).

Peletakan batu pertama dilakukan pada tanggal 27 Juli 1920 oleh Johanna Catherina Coops, yang adalah puteri sulung pasangan B. Coops dan Petronella Roelofsen, Walikota Bandung, mewakili Gubernur Jenderal J.P. Graaf van Limburg Stirum. Bertus Coops lahir di Doesburg pada 27 September 1874 dan meninggal di Den Haag pada 12 Januari 1966 dalam umur 91 tahun.

Coops adalah walikota pertama Bandung dan menjabat selama 2 periode, mewariskan banyak bangunan dan struktur di sekitarnya termasuk Bragaweg (Jalan Braga). Ia juga menjabat sebagai presiden kurator Technische Hoogeschool te Bandoeng (TH Bandung, sekarang ITB -Institut Teknologi Bandung) yang waktu itu baru saja dibuka.

Tusuk sate yang bulatannya berjumlah 6 buah itu sesungguhnya melambangkan jumlah biaya yang dihabiskan untuk membangun Gedung Sate, yaitu 6 juta gulden. Wikipedia menyebut bahwa Gedung Sate berdiri di atas lahan seluas 27.990,859 m², dengan luas bangunan mencapai 10.877,734 m² terdiri dari basement seluas 3.039,264 m², lantai I 4.062,553 m², teras lantai I seluas 212,976 m², lantai II 3.023,796 m², teras lantai II seluas 212.976 m², serta menara 121 m² dan teras menara 205,169 m².

Dengan jarak yang cukup jauh dari kamar hotel memang dibutuhkan lensa zoom setidaknya 200mm untuk memotret gedung itu agar memberi hasil yang cukup baik. Hanya jangan lupa untuk meminta kamar dengan view ke gedung bersejarah itu saat memesan ke hotel.

Gedung Sate Bandung sekarang dipergunakan sebagai kantor Gubernur Provinsi Jawa Barat dan Museum Pos Indonesia. Untuk berkunjung ke Gedung Sate, jika datang dari arah Jakarta, ambil jalan tol Jakarta-Cikampek, lalu masuk Jalan Tol Cipularang, dan ambil gerbang keluar Pasteur. Setelah membayar tol, melewati lampu merah, gunakan jalan layang dan turun di ujungnya, lalu belok ke kanan di lampu merah, dan anda akan melihat Gedung Sate di sebelah kanan ujung jalan.

gedung sate bandung gedung sate bandung gedung sate bandung gedung sate bandung gedung sate bandung gedung sate bandung gedung sate bandung gedung sate bandung gedung sate bandung gedung sate bandung

Gedung Sate Bandung

Alamat : Jalan Diponegoro No. 22, Citarum, Bandung Wetan, Kota Bandung. Lokasi GPS : -6.902468, 107.618707, Waze ( smartphone Android dan iOS ).

Panduan di Bandung : Rute Bandros / Hotel di Ciwidey / Hotel di Lembang / Tempat Wisata di Bandung / Peta Wisata Bandung / Tempat Wisata di Bandung Selatan / Hotel di Bandung / Hotel Murah di Bandung.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! April 26, 2021.