Taman Panorama dan Lobang Jepang Bukittinggi berada di Jl. Panorama Bukittinggi, Sumatera Barat, hanya beberapa meter dari Pical Sikai, tempat kami sebelumnya berkunjung untuk sarapan pagi. Ada seorang pemandu wisata yang menemani kami berkeliling di Taman Panorama ini untuk melihat panorama Ngarai Sianok, yang ditulis di artikel terpisah, dan lalu turun ke Lobang Jepang.
Area yang dijadikan sebagai Taman Panorama dan Lobang Jepang ini bisa dikatakan cukup luas, terlihat bersih dan terawat dengan baik. Monyet-monyet ekor panjang bebas berkeliaran di taman ini dan tampak sudah sangat terbiasa dengan adanya pengunjung. Mereka bisa dengan santai berkeliaran di taman dan di jalur pejalan.
Di ujung kanan taman ada pula menara pandang yang cukup tinggi untuk melihat pemandangan elok ke semua penjuru taman, terutama ke arah Ngarai Sianok. Saat berjalan menuju ke menara itu, pengunjung akan melewati kios-kios pedagang suvenir dan lukisan, yang bukan hanya menjual kerajinan seni dan tenun daerah setempat yang bermutu baik, namun juga dari luar daerah.
Seorang pria petugas kebersihan Taman Panorama dan Lobang Jepang tampak tengah beristirahat selama beberapa saat sambil melihat hasil kerja sebelumnya, sementara sekawanan monyet berkeliaran di sekitarnya yang sepertinya menjadi salah satu daya tarik taman dengan pemandangan yang elok ini.
Sesuai namanya maka di tempat ini selain ada Taman Panorama yang menjadi tempat bersantai dan merupakan area yang bagus untuk menikmati pemandangan ke arah Ngarai Sianok yang terkenal itu, maka taman ini memang sekaligus menjadi jalan masuk untuk menuju ke Lobang Jepang, sebuah gua warisan dari jaman penjajahan tentara Dai Nippon di Bukittinggi setelah pemerintah kolonial Belanda terusir dari kota ini.
Bagi pengunjung yang tidak memiliki cukup waktu untuk turun langsung ke dasar Ngarai Sianok ketika berada di Bukittinggi, Taman Panorama dan Lobang Jepang menjadi pilihan yang sangat baik untuk melihat panorama lembah dan ngarai yang sangat indah ini. Siapkan lensa tele atau teropong.
Salah satu segmen menarik Ngarai Sianok ini bisa dilihat dari Taman Panorama dan Lobang Jepang. Selain sebagai tempat bercengkerama dengan teman dan keluarga dikala senggang, melihat panorama ngarai dari pinggiran taman yang asri ini memang cukup mempesona. Ada banyak sekali titik pandang ke arah ngarai yang bisa dinikmati pengunjung dari taman ini.
Undakan menurun dari Taman Panorama ke arah Lobang Jepang terlihat rapi setelah mengalami renovasi di tahun 2004 itu. Bibir Lobang Jepang memiliki tinggi 3 meter dan lebar 2 meter, berada beberapa meter di bawah permukaan taman, dengan daun pintu masuk yang terbuat dari batangan besi.
Berbeda dengan Gua Jepang di Taman Hutan Raya Ir H Juanda Bandung yang lubang guanya mendatar maka Lobang Jepang di taman ini dibuat masuk ke bawah, menusuk miring ke perut bumi, yang dasarnya dicapai dengan meniti 132 anak tangga. Penerangan dan sirkulasi udara di dalam gua cukup baik, sehingga sangat memudahkan bagi para pengunjung.
Patung dua orang lelaki muda yang mengenakan seragam tentara Jepang lengkap dengan topinya yang khas di ujung Taman Panorama tampak berada di dekat jalan masuk ke Lobang Jepang. Prasasti yang berada di bawah patung menandai peresmian renovasi Taman Panorama dan Lobang Jepang yang seremonialnya dilakukan pada 12 November 2004 oleh walikota Bukittinggi ketika itu, Drs.H. Djufri.
Pandangan pada bagian dalam undakan lubang gua cukup memukau. Pembuatan Lobang Jepang dilakukan atas instruksi Panglima Divisi ke-25 Angkatan Darat Balatentara Jepang, yaitu Letjen Moritake Tanabe. Ia memerintahkan pembuatan lubang perlindungan yang mampu menahan getaran letusan bom sekuat 500 kg, dan dilengkapi ruangan bagi keperluan Markas Besar bagi Divisi ke-25 Angkatan Darat.
Oleh karena itu Lobang Jepang ini, yang konstruksinya mulai dikerjakan pada Maret 1944 dan selesai awal Juni 1944, dibuat dengan kedalaman mencapai 40 meter di bawah permukaan tanah. Hanya saja dinding Lobang Jepang ini setelah direnovasi telah kehilangan bentuk aslinya karena dilapis semen, meskipun itu dilakukan agar lebih aman dan nyaman bagi pengunjung.
Di dasar Lobang Jepang Taman Panorama ini terdapat ruang penyimpanan amunisi, ruang pertemuan, ruang tidur, ruang pekerja, ruang penyiksaan dan eksekusi. Ruangan-ruangan itu kabarnya direncanakan untuk dijadikan museum geologi, maket geologi dan tatakota, ruang patung akrilik, ruang lukisan dan foto, kafe, ruang istirahat, mini teater, mushala dan toilet.
Setelah menyusuri lorong-lorong di dalam Lobang Jepang ini, kami keluar melaui lubang di ujung lain yang biasanya terkunci dan untuk membukanya perlu mengeluarkan sedikit tips bagi penjaga. Ini cara yang lebih mudah bagi Anda yang tidak ingin naik kembali ke Taman Panorama dengan meniti ke-32 anak tangga itu.
Area yang dijadikan sebagai Taman Panorama dan Lobang Jepang ini bisa dikatakan cukup luas, terlihat bersih dan terawat dengan baik. Monyet-monyet ekor panjang bebas berkeliaran di taman ini dan tampak sudah sangat terbiasa dengan adanya pengunjung. Mereka bisa dengan santai berkeliaran di taman dan di jalur pejalan.
Di ujung kanan taman ada pula menara pandang yang cukup tinggi untuk melihat pemandangan elok ke semua penjuru taman, terutama ke arah Ngarai Sianok. Saat berjalan menuju ke menara itu, pengunjung akan melewati kios-kios pedagang suvenir dan lukisan, yang bukan hanya menjual kerajinan seni dan tenun daerah setempat yang bermutu baik, namun juga dari luar daerah.
Seorang pria petugas kebersihan Taman Panorama dan Lobang Jepang tampak tengah beristirahat selama beberapa saat sambil melihat hasil kerja sebelumnya, sementara sekawanan monyet berkeliaran di sekitarnya yang sepertinya menjadi salah satu daya tarik taman dengan pemandangan yang elok ini.
Sesuai namanya maka di tempat ini selain ada Taman Panorama yang menjadi tempat bersantai dan merupakan area yang bagus untuk menikmati pemandangan ke arah Ngarai Sianok yang terkenal itu, maka taman ini memang sekaligus menjadi jalan masuk untuk menuju ke Lobang Jepang, sebuah gua warisan dari jaman penjajahan tentara Dai Nippon di Bukittinggi setelah pemerintah kolonial Belanda terusir dari kota ini.
Bagi pengunjung yang tidak memiliki cukup waktu untuk turun langsung ke dasar Ngarai Sianok ketika berada di Bukittinggi, Taman Panorama dan Lobang Jepang menjadi pilihan yang sangat baik untuk melihat panorama lembah dan ngarai yang sangat indah ini. Siapkan lensa tele atau teropong.
Salah satu segmen menarik Ngarai Sianok ini bisa dilihat dari Taman Panorama dan Lobang Jepang. Selain sebagai tempat bercengkerama dengan teman dan keluarga dikala senggang, melihat panorama ngarai dari pinggiran taman yang asri ini memang cukup mempesona. Ada banyak sekali titik pandang ke arah ngarai yang bisa dinikmati pengunjung dari taman ini.
Undakan menurun dari Taman Panorama ke arah Lobang Jepang terlihat rapi setelah mengalami renovasi di tahun 2004 itu. Bibir Lobang Jepang memiliki tinggi 3 meter dan lebar 2 meter, berada beberapa meter di bawah permukaan taman, dengan daun pintu masuk yang terbuat dari batangan besi.
Berbeda dengan Gua Jepang di Taman Hutan Raya Ir H Juanda Bandung yang lubang guanya mendatar maka Lobang Jepang di taman ini dibuat masuk ke bawah, menusuk miring ke perut bumi, yang dasarnya dicapai dengan meniti 132 anak tangga. Penerangan dan sirkulasi udara di dalam gua cukup baik, sehingga sangat memudahkan bagi para pengunjung.
Patung dua orang lelaki muda yang mengenakan seragam tentara Jepang lengkap dengan topinya yang khas di ujung Taman Panorama tampak berada di dekat jalan masuk ke Lobang Jepang. Prasasti yang berada di bawah patung menandai peresmian renovasi Taman Panorama dan Lobang Jepang yang seremonialnya dilakukan pada 12 November 2004 oleh walikota Bukittinggi ketika itu, Drs.H. Djufri.
Pandangan pada bagian dalam undakan lubang gua cukup memukau. Pembuatan Lobang Jepang dilakukan atas instruksi Panglima Divisi ke-25 Angkatan Darat Balatentara Jepang, yaitu Letjen Moritake Tanabe. Ia memerintahkan pembuatan lubang perlindungan yang mampu menahan getaran letusan bom sekuat 500 kg, dan dilengkapi ruangan bagi keperluan Markas Besar bagi Divisi ke-25 Angkatan Darat.
Oleh karena itu Lobang Jepang ini, yang konstruksinya mulai dikerjakan pada Maret 1944 dan selesai awal Juni 1944, dibuat dengan kedalaman mencapai 40 meter di bawah permukaan tanah. Hanya saja dinding Lobang Jepang ini setelah direnovasi telah kehilangan bentuk aslinya karena dilapis semen, meskipun itu dilakukan agar lebih aman dan nyaman bagi pengunjung.
Di dasar Lobang Jepang Taman Panorama ini terdapat ruang penyimpanan amunisi, ruang pertemuan, ruang tidur, ruang pekerja, ruang penyiksaan dan eksekusi. Ruangan-ruangan itu kabarnya direncanakan untuk dijadikan museum geologi, maket geologi dan tatakota, ruang patung akrilik, ruang lukisan dan foto, kafe, ruang istirahat, mini teater, mushala dan toilet.
Setelah menyusuri lorong-lorong di dalam Lobang Jepang ini, kami keluar melaui lubang di ujung lain yang biasanya terkunci dan untuk membukanya perlu mengeluarkan sedikit tips bagi penjaga. Ini cara yang lebih mudah bagi Anda yang tidak ingin naik kembali ke Taman Panorama dengan meniti ke-32 anak tangga itu.
Taman Panorama dan Lobang Jepang
Jalan Panorama Bukittinggi, Sumatera Barat. Lokasi GPS: -0.30804, 100.36581, Waze. Harga tiket masuk (2109): Rp15.000, naik ke spot foto Rp5.000. Peta Wisata Buittinggi, Tempat Wisata di Bukittinggi, Hotel di BukittinggiSponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.