Dongeng, Kisah 1001 Malam

Kisah Nelayan dan Ikan Ajaib Bagian-2

[Sambungan dari Kisah Nelayan dan Ikan Ajaib] Setelah ikan-ikan selesai berbicara, gadis muda itu membalikkan panci dengan tongkat sihirnya dan lalu melesat terbang melalui celah pada dinding yang segera menutup sesudah ia lenyap.

"Ini hal ajaib yang kita sama sekali tidak boleh menyembunyikannya dari Raja!" seru wazir (penasihat raja) yang masih sangat takjub dengan keanehan yang baru saja terjadi di depan matanya.

Setelah menghadap raja, si wazir menceritakan seluruh kejadian ajaib yang baru saja dilihatnya.

"Ini kejadian luar biasa aneh yang harus aku lihat sendiri!" seru Raja dengan terheran-heran.

Saat itu juga beliau mengirim utusan ke tempat tinggal si nelayan untuk memberi perintah agar ia membawa empat ikan lagi yang sejenis dengan ikan sebelumnya, dan memberinya waktu tiga hari untuk mendapatkannya.

Nelayan itu bergegas pergi ke danau di lembah di balik bukit, dan segera menghadap raja dengan membawa empat ikan sesuai dengan perintah yang diterimanya. Ia pun diberi empat ratus dinar oleh Raja yang diterimanya dengan perasaan sangat gembira.

Kemudian Raja memerintahkan si wazir sendiri untuk bersiap-siap menggoreng ikan-ikan itu di hadapan sanga raja.

"Hamba mendengar perintah paduka dan hamba taat," jawab wazir.

Wazir lalu membawa Raja ke dapur, dan dengan dengan hati-hati ia membersihkan ikan-ikan itu. Lalu ia menaruh ikan-ikan itu di wajan penggorengan.

Ketika ikan-ikan itu sudah matang di satu sisinya dan wazir membalikkannya, tiba-tiba dinding dapur terbuka dan masuklah raksasa berkulit hitam legam dan bermuka buruk.

Raksasa itu memegang sebatang dahan hijau di tangannya dan berkata dengan suara keras yang menakutkan:

"Ikan, ikan, apakah kamu beriman?"

Kemudian semua ikan itu mengangkat kepala mereka dari di dalam wajan dan berseru:

"Ya, ya, kami beriman!" dan secara bersama-sama pula mereka melantunkan bait syair:

Kembalilah dan begitu juga kami,
Tetaplah beriman dan begitu pula kami,
Tetapi jika kamu berkhianat.
Maka kamu akan menyesal.


Kemudian si raksasa hitam itu membalikkan wajan dengan ranting sihirnya yang membuat ikan-ikan itu jatuh dan terbakar api menjadi abu hitam. Akhirnya si raksasa pergi sebagaimana cara ia datang.

Masih diselimuti rasa takjubnya, Raja berkata:

"Ini hal sangat ajaib yang tidak mungkin aku untuk berdiam diri. Pasti ada kisah aneh yang berhubungan dengan ikan-ikan ini!"

Sang raja pun memanggil si nelayan dan bertanya dari mana ikan-ikan itu berasal.

"Ikan itu hamba ambil dari danau di sebuah lembah di antara empat gunung, Yang Mulia" jawab si nelayan, "di belakang gunung yang menghadap kota raja."

"Berapa hari perjalanan menuju ke sana?" tanya Raja.

"Tuanku, tidak lebih dari setengah jam perjalanan untuk sampai ke sana," jawab si nelayan.

Oleh sebab merasa sangat penasaran, sang raja segera berangkat saat itu juga dengan diiringi sepasukan tentara dan si nelayan sebagai penunjuk jalan.

Akhirnya rombongan Raja melewati pinggang gunung dan turun ke lembah yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Semua kagum dengan pemandangan yang terlihat di sana, dan di dalam air danau itu terlihat ikan-ikan yang berbeda warnanya sedang berenang-renang; ada yang berwarna merah, putih, kuning dan biru.

Setelah menghentikan pasukannya, Raja bertanya apakah ada yang pernah melihat danau itu, dan ketika semua menjawab berlum pernah, sang raja pun berkata:

"Demi Allah, aku tidak akan kembali ke kota raja atau duduk di atas takhtaku sampai menemukan rahasia danau dan ikan-ikan yang aneh ini!"

Kemudian raja memerintahkan anak buahnya untuk memeriksa area pegunungan di sekitar danau, dan lalu memanggil wazir yang dikenal sebagai seorang terpelajar dan bijak serta memiliki pengetahuan yang sangat luas.

Kepada wazir Raja berkata:

"Ada hal yang ingin aku lakukan dan aku harus memberitahumu tentang hal itu. Aku telah memutuskan untuk pergi sendirian malam ini untuk mencari jawaban atas misteri danau tanpa bantuan siapa pun.

Tugasmu adalah berjaga di pintu tendaku dan beri tahu para wazir lain, serta para pangeran atau bendahara yang hendak menghadap, bahwa aku sedang sakit dan telah memberi perintah agar tidak ada yang boleh menghadap.

Di atas semua itu kamu tidak boleh memberi tahu siapa pun tentang rencanaku ini."

Wazir berjanji untuk patuh kepada titah Raja.

Setelah menyelipkan pedang di pinggangnya, sang raja menyelinap keluar dari tenda kerajaan secara diam-diam tanpa diketahui oleh para pengawalnya.

Sepanjang malam hingga pagi sang raja terus berjalan, berhenti hanya untuk beristirahat saat siang sangat panas. Kemudian ia melanjutkan pencariannya sepanjang sisa hari itu hingga malam berikutnya.

Pada pagi kedua, raja melihat sebuah benda hitam berada di kejauhan dan dengan gembira ia berseru:

"Pasti di sana aku akan menemukan seseorang yang bisa menceritakan kisah tentang danau aneh itu!"

Setelah semakin dekat, raja melihat bahwa benda itu rupanya adalah sebuah istana yang dibangun semuanya dari batu hitam dan diikat oleh klem besar terbuat dari baja.

Berhenti di pintu ganda yang kokoh, yang setengah terbuka, raja mengetuk pelan, sekali, dua kali, dan lagi, tanpa ada jawaban apa pun.

Keempat kalinya, raja mengetuk dengan keras, namun tetap tidak ada yang datang. Akhirnya dengan mengumpulkan keberanian, raja menyelinap masuk melewati gerbang yang setengah terbuka itu.

"Wahai penguasa istana, aku adalah adalah orang asing, seorang musafir, dan aku datang untuk meminta sedikit bekal untuk perjalananku!"

Sang raja mengulangi perkataannya itu namun tetap tidak mendapat jawaban, yang membuatnya masuk lebih dalam lagi dengan berjalan di sepanjang koridor hingga sampai ke bagian paling tengah dari istana itu.

Di tempat itu pun sang raja tidak melihat siapa pun, meski semuanya terlihat begitu indah dengan permadani berhias bintang dan di tengah istana bagian dalam ada empat ekor singa emas menyangga air mancur yang menyemprotkan air begitu elok sehingga tampak seperti berlian dan mutiara putih.

Di sekitar istana ada banyak burung yang tidak bisa terbang keluar karena jaring emas yang sangat besar membentang di atas istana.

Raja merasa sangat kagum pada semua yang ia lihat, namun ada duka di dalam hatinya karena tidak ada seorang pun di sana yang bisa memberi penjelasan tentang teka-teki danau, gunung, ikan, dan istana itu.

Ketika ia sedang duduk termenung dan pikirannya tenggelam dalam lamunan yang mendalam, tiba-tiba terdengar olehnya suara lemah, yang sepertinya keluar dari hati yang sedang terbebani oleh masalah berat.

Raja mendengar bait-bait syair dinyanyikan dalam bisikan yang merdu:

Aku tidak bisa menolak cinta:
Ia bangkit dan membuat mata mengantukku terbangun ,
Ia merayap ke dalam suaraku dan membuat pecah,
Hatiku, dan membuatnya sakit.
Aku tidak bisa menolak cinta:
Ia bangkit dan menyalakan api di dalam otakku,
Dan semua air di dunia sia-sia
Untuk memadamkannya lagi.


Berjalan menuju ke arah datangnya suara itu, Raja menemukan sebuah pintu yang tertutup tirai, dan ketika ia mengangkat tirai, terlihatlah seorang pria muda yang sedang berbaring bertelekan sikunya di sebuah tempat tidur besar di dalam ruangan yang agung.

Pria yang diberkahi dengan suara yang merdu itu terlihat tampan dan dan luwes; alisnya seperti bunga, dan pipinya seperti mawar. Juga, di salah satu pipinya ada tahi lalat seperti pecahan ambar hitam.

Penyair berkata:

Manis dan ramping pria itu
Dengan bayang rambut yang memucatkan malam
Dan alis bercahaya
Membuat bintang tampak kelabu.
Mataku telah berpaling ke arahnya
Dan temukan kebahagiaan
Yang aku tak berani berkata
Di titik kecantikan cokelat kacang Yang ia punya Di bawah matanya yang gelap di pipi daun mawarnya.


Raja merasa sangat senang ketika melihat pemuda itu dan berkata kepadanya:

"Damai sejahtera bagimu wahai anak muda!"

Tetapi pemuda yang mengenakan jubah sutra sulam emas itu, tidak bergerak dari posisinya di tempat tidur dan dengan suara dan muka sangat sedih ia sapa Sang Raja:

"Maafkan saya, Tuanku, karena tidak bangkit menyambutmu."

Setelah itu Raja berkata:

"Ceritakan padaku, wahai anak muda yang tampan, kisah danau dan ikan berwarna, dan juga tentang istana ini, serta kesendirian dan air matamu."

Mendengar kata-kata sang raja, pemuda itu menangis semakin sedih dan menjawab:

"Apakah dengan semua nasib buruk yang telah menimpaku itu aku tidak boleh menangis?"

Sambil berkata demikian, si pemuda menggerakkan tangannya yang kurus ke bagian bawah pakaiannya dan mengangkatnya dari tubuhnya.

Raja terkejut dan sangat heran ketika melihat tubuh bagian bawah pemuda ini seluruhnya terbuat dari marmer, sedangkan dari pusar hingga rambut di kepalanya tetap berupa seorang pria.

Pemuda itu kemudian berkata:

"Paduka harus tahu, bahwa kisah ikan-ikan itu adalah sungguh kisah yang aneh. Jika saja diukir di bagian dalam sudut mata, maka itu akan menjadi pelajaran berharga bagi orang yang berpikiran sehat." (bersambung ke Kisah Pemuda dan Ikan Ajaib, dari Kisah 1001 Malam)


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Desember 04, 2021.