Jawa Tengah, Karanganyar, Situs

Situs Krendhowahono Karanganyar

Situs Krendhowahono Karanganyar saya ketahui dari Pak Jum dalam perjalanan dari Gardu Pandang Sangiran ke Solo. Karena namanya menarik, saya menyetujui saran Pak Jum untuk mampir dan melihat ada apa di sana. Tepat setelah terminal Gondangrejo kami belok ke kiri masuk ke jalan simpang (jika dari Solo tepat sebelum terminal belok kanan)

Setelah berkendara sejauh 2,2 km di jalan simpang terlihat gapura Situs Krendhowahono di sebelah kanan jalan. Pak Jum parkir kendaraan di warung kiri jalan. Sesaat kemudian saya sudah melangkah masuk melewati sebuah gapura gandeng menuju ke Situs Krendhowahono. Jalan ke arah situs cukup baik dan rapi, menggunakan paving blok. Di kanan jalan ada papringan atau gerumbul bambu yang padat, membuat daun bambu kering banyak terserak di jalan. Selewat brug atau jembatan kecil, saya melihat ada sepeda motor diparkir tepat sebelum undakan. Syukurlah ada orang. Selesai meniti empat setengah anak undakan, jalan belok ke kanan, dan menengok ke kanan bawah ada sebuah rumah tua yang suram.

Lanjut melangkah saya melewati sebuah area segi empat dengan paving blok cukup luas. Di sisi seberang ada pagar jeruji besi yang jarang, terpotong pintu masuk di sisi kiri. Melewati pintu itu terlihat beberapa buah pohon besar, dan ada bapak cukup sepuh tengah duduk berseberangan dengan seorang anak muda. Bapak itu bernama Darsono, kuncen Situs Krendhowahono. Setelah berjabat tangan ia mengajak berbincang di cungkup di ujung kompleks situs, dengan melewati sebuah sumur tua yang disebut Sendang Seno. Sendang itu dibuat oleh Paku Buwono V.

situs krendhowahono karanganyar

Punden di bawah pohon Grasak berumur ratusan tahun ini adalah salah satu tempat penting di Situs Krendhowahono yang menurut sebuah tulisan dipercayai sebagai tempat Bathari Kalayuwati, pelindung gaib keraton Surakarta di bagian Utara. Tulisan lain menyebutnya sebagai tempat Bathari Durga. Di sebelah kirinya ada bangsal untuk beristirahat peziarah.

Namun ketika saya tanya, Ki Darsono menyebutkan bahwa punden bawah itu adalah bagian dari sejarah Kediri, yaitu tempat mukso Dewi Kilisuci, anak Joyoboyo pertama, ibu Angling Darmo. Ia mukso di Krendhowahono setelah bertapa di Gua Selomangleng di Kediri. Ki Darsono juga menyebutkan bahwa keraton menganggap tempat itu sebagai tempat bersemayamnya Bathari Durga.


Ada yang kurang klop dalam penjelasan Ki Darsono itu, karena Dewi Kilisuci yang bernama asli Sanggramawijaya adalah putri Raja Airlangga, bukan Joyoboyo. Kilisuci menolak menerima tahta kerajaan Kahuripan, dan memilih menjadi pertapa di Gua Selomangleng. Sedangkan anak Joyoboyo yang menjadi ibu Angling Darmo adalah Dewi Pramesti, bukan Kilisuci.

Dalam pewayangan, Bathari Kalayuwati adalah putri kedua Bathara Kala dengan Dewi Pramoni, ratu penguasa makhluk siluman di Setragandamayit. Empat saudaranya yang lain adalah Bathara Siwahjaya, Kalayuwana, Kalagotama dan Kartinea. Sedangkan Bathara Kala, yang adalah anak bungsu Bathara Guru (Siwa) dengan Dewi Uma (Durga), bertempat tinggal di Kahyangan Selamangumpeng. Jadi Dewi Kalayuwati adalah cucu Bathari Durga.

Dewi Kalayuwati menikah dengan Ditya Rudramurti, jelmaan Bathara Isnapura putra Sanghyang Wisnu dengan Dewi Sripujayanti. Dewi Kalayuwati berputra Wisnungkara yang berwujud raksasa dan kemudian menurunkan raja-raja raksasa, diantaranya Prabu Yudakalakresna dan Arya Singamulangjaya, Raja dan Patih Dwarawati. Ketika Yudakalakresna tewas oleh Kresna, Arya Singamulangjaya menyatu kedalam tubuh Setyaki, patih Dwarawati semasa pemerintahan Prabu Kresna.

situs krendhowahono karanganyar

Ada sumur tua atau Sendang Seno itu, yang biasa digunakan untuk bersuci sebelum melakukan ritual di Situs Krendhowahono. Sumur ini memang lebih pas disebut sendang, karena permukaan airnya sepertinya kurang dari dua meter dari bibir sumur.

Ki Darsono mengatakan bahwa nama Krendhowahono berasal dari kata keranda atau peti mati, serta wahana atau kendaraan, karena pada masa kerajaan dulu tempat ini merupakan pembuangan narapidana mati yang dibawa kereta. Namun Krendhowahono bisa juga berarti krendo atau tempat, serta wahana atau sarana, yang berarti tempat sebagai sarana untuk meminta pada Yang Mahaesa.

Setiap tahun sehabis Maulud, Keraton Surakarta menyelenggarakan ritual yang disebut Mahesa Lawung di punden Situs Krendhowahono ini, dengan membawa sejumlah sesajen seperti kemenyan, nasi putih, ayam, pisang, kelapa muda, kepala kerbau, dan bunga tujuh rupa. Selesai merapal doa, kepala kerbau yang dibungkus kain putih kemudian ditanam di bawah pohon besar di dekat punden.

Selain bercerita tentang Situs Krendhowahono, Ki Darsono juga membuat testimoni tentang asal-usul Jokowi, yang waktu itu sempat ramai karena Jokowi difitnah oleh kelompok tertentu soal keturunan dan keterkaitannya dengan organisasi terlarang. Walaupun fitnah kotor hingga yang sama sekali tak masuk akal bertubi-tubi mendera Jokowi, namun toh akhirnya ia menang juga. Namun racun fitnah lama mengeram di benak orang.

Sebuah batu besar yang disebut Watu Gilang terlihat di dalam cungkup Situs Krendhowahono dalam posisi miring. Watu Gilang atau Selo Gilang atau Selo mBanguntopo ini adalah tempat bertapa Paku Buwono VI, yang konon dilanjutkan perundingan dengan Pangeran Diponegoro dalam membuat persiapan perang Jawa yang kemudian berkobar pada 1825.

Sudut pandang lain pada Watu Gilang dengan prasasti pada dinding sempat saya potret, dengan seorang anak muda yang entah siapa tengah duduk di sana. Ram-raman kayu pada bagian atas dinding cungkup sepertinya sengaja dicat dengan warna merah putih, melambangkan kesetiaan pada republik ini. Sejumlah benda tampak di sana, mulai dari kendi agak besar, sampai bokor tempat diletakkannya hio.

Dalam sejarah, perebutan kekuasaan selalu membuat lemah negara, dan sering memunculkan pihak ketiga yang mengambil keuntungan dari kekacauan dengan memihak ke salah satu kubu dan harus dibayar berupa imbalan yang mencekik keuangan negara, "kebijakan" yang menyengsarakan rakyat, dan lalu menggerogoti keutuhan wilayah. Sejarah berulang, dan orang-orang busuk penghancur negara selalu muncul di segala jaman.

Bagaimanapun, sebuah bangsa menjadi besar karena melewati ujian-ujian berat, sepanjang tidak mengganti dan menghancurkan sendi-sendi negara dan mengoyak persatuan bangsa, dengan dalih apa pun. Semoga saja para pejabat dan mereka yang mengaku sebagai "pemimpin" dan "wakil rakyat" memahami benar ada batas alam bagi kebusukan yang mereka bisa lakukan dan pertontonkan.


Situs Krendhowahono Karanganyar

Alamat : Desa Krendawahana, Kelurahan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.4687063, 110.8254594, Waze. Peta Wisata Karanganyar, Tempat Wisata di Karanganyar, Hotel di Tawangmangu.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! September 28, 2019.