Dengan parkir kendaraan di tempat yang sama, saya berkunjung ke tiga tempat yang letaknya cukup berjauhan dan semuanya hanya bisa dicapai dengan berjalan kaki. Ketiga tempat itu adalah Puri Taman Saraswati Karanganyar, Candi Kethek, dan Candu Cetho. Dalam urutan itulah ketiga tempat di Karanganyar, itu saya kunjungi.
Akses ke Puri Taman Saraswati adalah jalan simpang di kompleks Candi Cetho, dan akses ke Candi Kethek adalah jalan simpang dari jalur jalan ke Puri, sehingga ketiga tempat itu semestinya dikunjungi semua. Beruntung cuaca mendukung, dan hujan turun ketika saya telah selesai. Jalan lebar beraspal rata kasar menanjak sangat tajam harus saya lalui ketika berjalan dari mulut tempat parkir menuju ke area Candi Cetho, lebih tajam dan lebih panjang ketimbang tanjakan dari tempat parkir Air Terjun Jumog. Tengara ke Puri Taman Saraswati dan ke Candi Kethek saya lihat setelah mendaki beberapa teras di kompleks candi itu.
Hanya karena takut lupa jika saya kunjungi belakangan, saya putuskan belok ke kiri dari jalur ke Candi Cetho, dan masuk ke jalan setapak yang pinggirannya ada deretan warung. Ketika saya tanya, seorang pedagang mengatakan bahwa lokasi Puri Taman Saraswati tak begitu jauh. Pertanyaan sia-sia, karena apa pun jawabnya saya cenderung tak percaya. Itu karena dalam urusan jarak tempuh, penduduk biasanya memberi diskon banyak. Benar saja, jaraknya tak bisa dibilang dekat, namun juga tak parah jauhnya. Akses jalannya tak rata, dan pada satu titik ada jalan simpang naik tajam ke arah kanan, dan lalu ada undakan panjang menuju ke Puri Taman Saraswati. Jalan yang lurus akan menuju ke Candi Kethek.
Undakan pada trap kedua dan trap ketiga, setelah sebelumnya melewati undakan pada trap pertama yang jumlah undakannya lebih banyak dan lebih tajam sudut kemiringannya. Kotak sumbangan berbalut kain kuning diletakkan di bahu kedua tangga. Pengunjung melepaskan alas kaki sebelum naik ke trap ketiga.
Di sekitar trap pertama terdapat gubug sederhana yang bisa dipakai berteduh jika hujan turun. Mengingat di lereng Gunung Lawu sering hujan, jumlah gubug atau gazebo tampaknya perlu ditambah. Gazebo dari bambu sederhana yang dirancang dengan baik dan menyatu dengan alam akan sudah sangat membantu.
Pada pohon menempel papan bertuliskan "Puri Saraswati, Tempat Pemujaan, Sendang Pundi Sari", memberi petunjuk bagi pengunjung pada tiga tempat yang bisa dilihat. Meskipun tak terlalu ramai, namun saat itu ada sejumlah orang yang juga tengah berkunjung ke Puri Taman Saraswati. Kebanyakan mereka datang berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Saraswati adalah istri Brahma, Dewa Pencipta, dan merupakan salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, selain Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Pada dinding miring di belakang kolam terdapat tulisan "Puri Taman Saraswati". Pada peringatan Hari Saraswati yang diselenggarakan setiap 210 hari di sini digelar kesenian tradisional Jawa dan Bali, lantaran selain Dewi Ilmu Pengetahuan, Saraswati juga Dewi Seni.
Pelataran utama Puri Taman Saraswati cukup luas dengan lantai keramik yang disusun rapi dengan satu undakan rendah di sekeliling dinding kolam. Di tengah kolam terdapat dua susun daun beton yang menyangga sepasang angsa berkalung warna keemasan serta bunga padma yang menopang Patung Dewi Saraswati. Patung itu kabarnya didatangkan langsung dari Gianyar.
Tak lupa saya mengambil foto patung Dewi Saraswati yang berparas cantik jelita, matanya lembut hidup, senyumnya samar tipis, mahkota dan perhiasannya elok berwarna keemasan, tangan kiri pertama memegang Wina (kecapi), tangan kiri kedua memegang lontar lambang pengetahuan dan ilmu sejati, tangan kanan pertama memegang Genitri (tasbih) lambang kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual, dan tangan kanan kedua sepertinya tak memegang apa-apa, namun biasanya memegang Damaru (kendang kecil).
Angsa yang menemani Saraswati adalah wahana atau kendaraannya, selain juga sebagai kendaraan Brahma, melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya (ketidakterikatan pikiran dan indera terhadap objek duniawi).
Di sisi kanan adalah tempat pemujaan bagi Dewi Saraswati yang berbentuk persegi, dengan tiga meru beratap ijuk dengan kemuncak menyerupai bentuk lingga. Balutan kain yang telah dimakan cuaca terlihat di sekeliling tiang dan meru pertama.
Petirtaan Sendang Pundi Sari berada di ujung sebelah kanan dari pelataran Puri Taman Saraswati, berupa kolam kecil dengan air dingin bersih sangat bening yang terasa segar ketika disapukan ke wajah, tangan dan kaki.
Selain uang logam yang bergeletakan, di dasar sendang terdapat pula sebongkah batu tak halus berwarna kecoklatan yang konon merupakan simbol kewanitaan. Petirtaan Sendang Pundi Sari digunakan sebagai tempat bersuci bagi umat Hindu sebelum melakukan kegiatan ritual keagamaan.
Puri Taman Saraswati diresmikan pada 28 Mei 2004 oleh Rina Iriani Sriratnaningsih selaku Bupati Karanganyar dan A. A.GDE Agung Bharata sebagai Bupati Gianyar. Sudah lebih dari sepuluh tahun lalu, tak heran jika Puri Taman Saraswati tampak sudah memerlukan penyegaran, meskipun setiap kali ada upacara mestinya ada upaya perawatan dan perbaikan.
Begitupun Puri Taman Saraswati merupakan tempat yang wajib dikunjungi jika sudah berada di kompleks Candi Cetho. Keelokan patung yang matanya seolah hidup, suasana yang tenang, dan segarnya air Sendang Pundi Sari terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Akses ke Puri Taman Saraswati adalah jalan simpang di kompleks Candi Cetho, dan akses ke Candi Kethek adalah jalan simpang dari jalur jalan ke Puri, sehingga ketiga tempat itu semestinya dikunjungi semua. Beruntung cuaca mendukung, dan hujan turun ketika saya telah selesai. Jalan lebar beraspal rata kasar menanjak sangat tajam harus saya lalui ketika berjalan dari mulut tempat parkir menuju ke area Candi Cetho, lebih tajam dan lebih panjang ketimbang tanjakan dari tempat parkir Air Terjun Jumog. Tengara ke Puri Taman Saraswati dan ke Candi Kethek saya lihat setelah mendaki beberapa teras di kompleks candi itu.
Hanya karena takut lupa jika saya kunjungi belakangan, saya putuskan belok ke kiri dari jalur ke Candi Cetho, dan masuk ke jalan setapak yang pinggirannya ada deretan warung. Ketika saya tanya, seorang pedagang mengatakan bahwa lokasi Puri Taman Saraswati tak begitu jauh. Pertanyaan sia-sia, karena apa pun jawabnya saya cenderung tak percaya. Itu karena dalam urusan jarak tempuh, penduduk biasanya memberi diskon banyak. Benar saja, jaraknya tak bisa dibilang dekat, namun juga tak parah jauhnya. Akses jalannya tak rata, dan pada satu titik ada jalan simpang naik tajam ke arah kanan, dan lalu ada undakan panjang menuju ke Puri Taman Saraswati. Jalan yang lurus akan menuju ke Candi Kethek.
Undakan pada trap kedua dan trap ketiga, setelah sebelumnya melewati undakan pada trap pertama yang jumlah undakannya lebih banyak dan lebih tajam sudut kemiringannya. Kotak sumbangan berbalut kain kuning diletakkan di bahu kedua tangga. Pengunjung melepaskan alas kaki sebelum naik ke trap ketiga.
Di sekitar trap pertama terdapat gubug sederhana yang bisa dipakai berteduh jika hujan turun. Mengingat di lereng Gunung Lawu sering hujan, jumlah gubug atau gazebo tampaknya perlu ditambah. Gazebo dari bambu sederhana yang dirancang dengan baik dan menyatu dengan alam akan sudah sangat membantu.
Pada pohon menempel papan bertuliskan "Puri Saraswati, Tempat Pemujaan, Sendang Pundi Sari", memberi petunjuk bagi pengunjung pada tiga tempat yang bisa dilihat. Meskipun tak terlalu ramai, namun saat itu ada sejumlah orang yang juga tengah berkunjung ke Puri Taman Saraswati. Kebanyakan mereka datang berpasangan atau dalam kelompok kecil.
Saraswati adalah istri Brahma, Dewa Pencipta, dan merupakan salah satu dari tiga dewi utama dalam agama Hindu, selain Dewi Sri (Laksmi) dan Dewi Uma (Durga). Pada dinding miring di belakang kolam terdapat tulisan "Puri Taman Saraswati". Pada peringatan Hari Saraswati yang diselenggarakan setiap 210 hari di sini digelar kesenian tradisional Jawa dan Bali, lantaran selain Dewi Ilmu Pengetahuan, Saraswati juga Dewi Seni.
Pelataran utama Puri Taman Saraswati cukup luas dengan lantai keramik yang disusun rapi dengan satu undakan rendah di sekeliling dinding kolam. Di tengah kolam terdapat dua susun daun beton yang menyangga sepasang angsa berkalung warna keemasan serta bunga padma yang menopang Patung Dewi Saraswati. Patung itu kabarnya didatangkan langsung dari Gianyar.
Tak lupa saya mengambil foto patung Dewi Saraswati yang berparas cantik jelita, matanya lembut hidup, senyumnya samar tipis, mahkota dan perhiasannya elok berwarna keemasan, tangan kiri pertama memegang Wina (kecapi), tangan kiri kedua memegang lontar lambang pengetahuan dan ilmu sejati, tangan kanan pertama memegang Genitri (tasbih) lambang kekuatan meditasi dan pengetahuan spiritual, dan tangan kanan kedua sepertinya tak memegang apa-apa, namun biasanya memegang Damaru (kendang kecil).
Angsa yang menemani Saraswati adalah wahana atau kendaraannya, selain juga sebagai kendaraan Brahma, melambangkan penguasaan atas Wiweka (daya nalar) dan Wairagya (ketidakterikatan pikiran dan indera terhadap objek duniawi).
Di sisi kanan adalah tempat pemujaan bagi Dewi Saraswati yang berbentuk persegi, dengan tiga meru beratap ijuk dengan kemuncak menyerupai bentuk lingga. Balutan kain yang telah dimakan cuaca terlihat di sekeliling tiang dan meru pertama.
Petirtaan Sendang Pundi Sari berada di ujung sebelah kanan dari pelataran Puri Taman Saraswati, berupa kolam kecil dengan air dingin bersih sangat bening yang terasa segar ketika disapukan ke wajah, tangan dan kaki.
Selain uang logam yang bergeletakan, di dasar sendang terdapat pula sebongkah batu tak halus berwarna kecoklatan yang konon merupakan simbol kewanitaan. Petirtaan Sendang Pundi Sari digunakan sebagai tempat bersuci bagi umat Hindu sebelum melakukan kegiatan ritual keagamaan.
Puri Taman Saraswati diresmikan pada 28 Mei 2004 oleh Rina Iriani Sriratnaningsih selaku Bupati Karanganyar dan A. A.GDE Agung Bharata sebagai Bupati Gianyar. Sudah lebih dari sepuluh tahun lalu, tak heran jika Puri Taman Saraswati tampak sudah memerlukan penyegaran, meskipun setiap kali ada upacara mestinya ada upaya perawatan dan perbaikan.
Begitupun Puri Taman Saraswati merupakan tempat yang wajib dikunjungi jika sudah berada di kompleks Candi Cetho. Keelokan patung yang matanya seolah hidup, suasana yang tenang, dan segarnya air Sendang Pundi Sari terlalu sayang untuk dilewatkan begitu saja.
Puri Taman Saraswati Karanganyar
Alamat : Dukuh Cetha, Desa Gumeng, Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Lokasi GPS : -7.59580, 111.15856, Waze. Harga Tiket Masuk : Rp. 3.000 untuk wisatawan lokal. Peta Wisata Karanganyar, Tempat Wisata di Karanganyar, Hotel di Tawangmangu.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.