Jawa Tengah, Jepara, Makam, Mantingan

Makam Panembahan Juminah Jepara

Petunjuk arah kecil sederhana ke Makam Panembahan Juminah Jepara secara tak sengaja terlihat saat melintasi jalan yang lumayan sibuk di daerah Mantingan. Petunjuk itu tepat berada di seberang jalan dari area parkir luar lumayan luas yang ada di kompleks Makam Ratu Kalinyamat dan Masjid Astana Sultan Hadlirin.

Setelah menghentikan kendaraan, kami turun dan berjalan kaki pada gang sempit mengikuti arah panah pada petunjuk itu. Jalan kecil itu sedikit menanjak sekitar 100 meter, lalu berbelok ke kanan sejauh 30 meter, dan lalu ke kanan lagi sejarak 30 meter untuk sampai ke cungkup. Di dekat cungkup Makam Panembahan Juminah Jepara kami bertemu dengan seorang pria berumur sekitar 40-an tahun, mengenakan ikat kepala Sunan Kalijaga yang berjumbai panjang. Ia mengaku sudah beberapa hari berada di tempat ini untuk mencari jawab sebuah misteri sasmita yang diterimanya beberapa bulan sebelumnya di Pantai Laut Selatan.

Selain belakangan menemukan kaitan dengan Sunan Kalijaga, Makam Panembahan Juminah Jepara juga membawa cerita tentang pria yang saya temui di sana itu. Kartu namanya menyebut bahwa ia paranormal, meski terlihat malu dan mengaku terpaksa menuliskan pekerjaan itu karena permintaan orang. Ia juga mengaku lama bergaul dengan para paranormal di wilayah Laut Selatan, dan dengan getir menyebut bahwa sebagian besar mereka adalah penipu.

makam panembahan juminah jepara

Petunjuk Makam Panembahan Juminah Jepara yang tak sengaja tertangkap oleh mata itu. Adalah lantaran kami parkir di depan masjid, bukan di area parkir luar, sehingga kendaraan memutar dan melewati tengara ini saat kami hendak meninggalkan Mantingan. Nama Panembahan Juminah menarik perhatian karena terdengar sangat akrab di ingatan saya.

Belakangan baru ingat bahwa saya pernah berkunjung ke Makam Pangeran Juminah, putera Panembahan Senopati atau pamanda Sultan Agung, yang berada di atas perbukitan tinggi di kompleks Makam Giriloyo Imogiri Bantul. Namun meski namanya sama, silsilah yang kami lihat di Makam Panembahan Juminah Jepara menunjuk pada orang yang berbeda.

Pria yang bertemu saya itu bercerita bawah suatu saat ketika tengah jagongan di pinggir pantai, tiba-tiba datang seekor burung walet yang terbang dari laut dan hinggap di kepalanya, padahal ada banyak orang di sekitarnya. Sesaat kemudian burung itu terbang dan lenyap di cakrawala. Setelah itu, banyak tempat dan orang telah dikunjunginya untuk memecahkan apa yang dianggapnya sebagai sasmita penguasa Laut Selatan, namun usahanya nihil hingga hari itu.

Meskipun ada nomor hp di kartu namanya, namun tak pernah saya menghubunginya dan demikian sebaliknya. Dalam hidup kita bertemu banyak orang, sebagian sangat singkat, namun ada yang memberi pengaruh mendalam sebagaimana si walet bagi orang itu. Jika saja ia membaca tulisan ini, saya sarankan agar ia ke Makam Cepokosari Pleret untuk berziarah ke kubur Ki Ageng Suryomentaram, dan belajar ilmu Ki Ageng hingga menjadi guru yang hidup dengan menyebar kebaikan, ketimbang hidup dengan menipu dan menjual harapan palsu.

makam panembahan juminah jepara

Cungkup Makam Panembahan Juminah Jepara memiliki atap bergaya limasan tumpang, dengan hiasan seperti lekuk makuta Gatotkaca di ujung bawah atapnya, serta kemuncak berbentuk menyerupai mahkota raja. Pada dinding cungkup inilah saya melihat poster memanjang yang berisi silsilah lengkap dari sang panembahan yang jasadnya dimakamkan di tempat ini.

Silsilah itu ada dua cabang, keduanya berawal pada Kanjeng Nabi. Sebelah kiri menurunkan Ibrohim Asmoro Kondi (Syekh Maulana Malik Ibahim) yang berputra Ali Rahmad (Sunan Ampel). Sebelah kanan menurunkan Panembahan Juminah yang berputra Raden Haryo Tejo (Bupati Tuban 1) dan R Haryo Tejo (Bupati Tuban 2, berputri Raden Ayu Swaraswati).

Raden Ayu Swaraswati yang menikah dengan Raden Haryo Tejo (Bupati Tuban 3) berputri Dewi Condrowati (Nyai Ageng Manila) yang menikah dengan Sunan Ampel dan berputra 5, yaitu Syarifa (menikahi Sunan Kudus), Mutmainah (bersuami Sunan Gunung Jati), Khofsah (bersuami Sunan Kalijogo), Sunan Bonang, dan Raden Kosim (Sunan Drajat).

Sunan Ampel juga menikahi Dewi Karimah menurunkan Dewi Murtasiyah dan Dewi Murtasimah. Dewi Murtasiyah menikahi Sunan Giri, berputra Raden Prabu, Raden Misani, Raden Guwo, dan Daren Ayu Retnowati. Sedangkan Dewi Murtasimah menikahi Raden Fatah, menurunkan Sultan Pati Unus, Sultan Trenggono, Raden Bagus Sedo Lepen, Raden Kenduruhan, dan Dewi Ratih.

Makam Panembahan Juminah Jepara dilapis keramik berundak serta dibalut dengan kain beludru warna biru berjumbai kuning. Di sebelahnya ada satu jirat kubur lagi yang juga dibalut beludru biru namun lebih pendek ukurannya, yang tak jelas siapa penghuninya karena tak ada tengara nama, dan tak ada pula kuncen yang bisa ditanyai.

Namun silsilahnya sudah membantu untuk menjelaskan tentang pemilik Makam Panembahan Juminah Jepara atau Ki Ageng Juminah Jepara ini. Situsweb Pemda Tuban menyebutkan bahwa Raden Ayu Swaraswati (Raden Ayu Aryo Tedjo) dengan Raden Haryo Tejo (Bupati Tuban 7 versi ini) juga menurunkan Raden Haryo Wilatikta (Bupati Tuban 8), yang tak lain adalah ayah Raden Said atau Sunan Kalijaga.

Raden Harya Wilatikta memerintah Tuban selama 40 tahun dan di masa itulah, karena keberpihakannya kepada rakyat miskin yang membuat ayahnya murka, Raden Said berubah menjadi perampok budiman yang dikenal dengan nama Berandal Lokajaya sampai ia bertemu Sunan Bonang yang merubah jalan hidupnya, membuatnya menjadi sosok Sunan Kalijaga yang masyhur.

Goa Langsih yang persembunyian Berandal Lokajaya serta Petilasan Sunan Kalijaga di Bukit Surowiti Gresik sudah sempat saya beberapa waktu kunjungi sebelumnya. Tidak sebagaimana umumnya, goa di bukit Surowiti itu akses masuknya sangat sempit dan turun vertikal secara mendebarkan ke dalam tanah yang entah berapa meter dalamnya.


Makam Panembahan Juminah Jepara

Alamat : Desa Mantingan, kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Lokasi GPS : -6.62165, 110.66805, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Jepara, Tempat Wisata di Jepara, Peta Wisata Jepara.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! September 27, 2019.