Pandangan ke arah Makam Ratu Kalinyamat atau Makam Mantingan dengan membelakngi gang masuk ke dalam area Makam Panembahan Juminah Jepara. Selain menemukan kaitan dengan Sunan Kalijaga, Makam Panembahan Juminah Jepara juga membawa cerita tentang pria yang saya temui di sana itu.
Pandangan yang ditarik lebih ke belakang lagi yang saya ambil dari samping tengara ke Makam Panembahan Juminah, memperlihatkan bus besar di area parkir yang membawa rombongan peziarah ke Makam Mantingan, serta pedagang kaki lima yang mengais rezeki di sekitar area parkir. Ziarah kubur adalah bagian dari budaya tua yang tak lekang oleh zaman, dan berbus-bus rombongan orang datang dari berbagai kota untuk pergi berziarah, entah untuk mengalap berkah atau sebagai bagian dari obat hati yang tengah sakit.
Silsilah yang dipasang pada dinding cungkup Makam Panembahan Juminah itu. Meskipun ada beberapa perbedaan dengan sumber lainnya, dan ada pula bagian yang tak lengkap, namun adanya silsilah ini sudah sangat membantu, namun belum saya temukan informasi tentang bagaimana kiprah sang panembahan selama masa kehidupannya.
Makam Panembahan Juminah Jepara | « Foto-5 | Foto-7
Pandangan lainnya pada area parkir bus dan undakan menuju ke Masjid Pangeran Hadlirin dan Makam Ratu Kalinyamat. Menara masjid yang cukup unik tampak di latar belakang, dengan pohon besar rindang di sisi sebelah kanan jalan yang menjadi peneduh bagi para pedagang dan peziarah yang membeli dagangan mereka di sana.
Penampakan bangunan cungkup dimana Makam Panembahan Juminah Jepara berada dan memperlihatkan pula poster yang berisi silsilah leluhur dan keturunannya. Banyak orang tak beruntung untuk mengetahui siapa leluhur mereka dan dimana makamnya. Kebanyakan hanya tahu nama kakek atau kakek buyut, namun nama muda neneknya pun boleh jadi tak tahu. Leluhur bukan untuk dibanggakan atau dinistakan, namun agar ada sambung rasa ketika mendoakan mereka sebagai ungkap rasa syukur dan terima kasih atas keberadaan kita.
Sponsored Link