Sepanjang pendeknya ingatan, kunjungan ke Kerkop Panjang Wetan Pekalongan ini merupakan inisiatif Dodi (rental mobil Bima Sakti, 0856 4004 5111), karena tidak ada dalam daftar kunjung yang saya kirimkan. Inisiatif yang saya hargai, yang menunjukkan bahwa Dodi belajar dalam waktu singkat tentang kesukaan tamunya.
Gerbang Kerkop Panjang Wetan Pekalongan diakses melalui jalan kecil yang mulut gangnya berada 13 meter setelah salon di Jl WR Supratman, Kota Pekalongan. Gerbang Kerkop berada 60 meter dari mulut gang. Ada tengara kecil di gang, yang hanya kelihatan oleh mata yang awas.
Kerkop berasal dari kata "kerkhof" dalam Bahasa Belanda yang berarti kuburan. Kerkhof juga bisa berarti halaman gereja, mungkin karena pada jaman dahulu di halaman gereja sering ada kuburan, sebagaimana saya lihat di Gereja Sion Jakarta. Adanya Kerkop Panjang Wetan di Pekalongan ini menjadi tanda kehidupan kolonial masa lalu di kota ini.
Gerbang masuk Kerkop Panjang Wetan Pekalongan yang menyerupai gerbang masuk sebuah benteng pertahanan. Hanya saja tembok keliling di samping kiri kanan gerbang tidaklah tinggi. Pagar besi pada mulut gerbang terlihat terbuka, dan tidak ada penjaga di sana. Orang bisa keluar masuk kompleks kubur ini sesukanya. Entah kalau malam hari.
Beberapa langkah setelah melewati pintu gerbang, terlihat sekumpulan remaja yang tengah bermain bola dalam posisi berdiri melingkar. Kubur yang mestinya menjadi tempat peristirahatan yang tenang terkoyak dengan suara-suara teriakan dan gedebug bola yang ditendang dan jatuh ke tanah. Orang mati pun tampaknya masih susah beristirahat.
Ketika saya bertanya kepada anak-anak remaja tentang lokasi kubur Belanda, tak ada yang memberi petunjuk dengan jelas. Hanya mengatakan bahwa jumlah kubur Belanda sudah tinggal sedikit, dan banyak diantaranya sudah rusak atau tak terurus lagi. Apa yang mereka katakan ternyata benar, setelah kemudian saya mengeliling kubur luas ini.
Wid pun terlihat sedang mengamati salah satu kubur pada deret makam di kompleks Kerkop Panjang Wetan Pekalongan. Jika dilihat dari ragam kijing makam yang berbentuk khas oriental, nama-nama yang tertera pada nisan dan juga huruf yang digunakan, kompleks ini telah berubah menjadi kompleks kubur orang Tionghoa, terutama yang beragama Kristen.
Ada prasasti kubur di Kerkop Panjang Wetan Pekalongan yang berbunyi: "Rust zacht, innig Gelief de vrouw A.H.E. Meijer Vanden Berg, Geboren Soerabaja 10 Januari 1875, Overleden Pekalongan 18 October 1908" atau "Beristirahat dengan damai, Harap menerima wanita yang tulus A.H.E. Meijer Vanden Berg, lahir 10 Januari 1875 Surabaya, Meninggal Pekalongan 18 Oktober 1908"
Meskipun hurufnya terbaca, namun kondisi kubur ini mengenaskan, dengan keramik kotor terkelupas dan menjadi gudang bagi petugas kebersihan yang menaruh barang kotor bergeletakan tanpa santun di sana. Nama A.H.E. Meijer Vanden Berg saya temukan ada di Perpustakaan Kolonial Universitas Leiden, namun tak saya temukan informasi lainnya.
Prasasti kubur lainnya yang tersisa di Kerkop Panjang Wetan berbunyi "Hier Rust Johannes Martinus Heck, Geb: te Tegal 2 Dec 1888, overl: te Pekal. 17 Maart 1921". Siapa dia tak jelas benar. Hanya ada beberapa tanya jawab terkait dirinya. Ada pula prasasti kubur Victor Stauber yang lahir di Basle Swiss 12 September 1892 dan wafat 2 Juni 1958 di Jakarta.
Ada lagi satu prasasti kubur yang masih terbaca namun dalam kondisi terlantar bertulis "Hier Rusten, Mevr. Carolina Maria Meijer - de Batas, Geb. Solo 16 Febr. 1850, overl. Pek. 17 Mei 1909, en Haar Zoon Hein Willem Johannes Meijer, Geb. Pek. 6 Gebr. 1873, overl. Pek. 11 Juli 1931, R.I.P."
Kami mengelilingi Kerkop Panjang Wetan Pekalongan untuk mencari prasasti kubur Belanda, namun hanya sedikit yang tersisa. Panjang Kerkop ini 135-173 m dengan lebar 100-120 m. Sayang belum tampak usaha pemkot Pekalongan untuk merawatnya, karena perawatan kubur memperlihatkan tinggi rendahnya kemuliaan hati pejabat dan rakyatnya.
Gerbang Kerkop Panjang Wetan Pekalongan diakses melalui jalan kecil yang mulut gangnya berada 13 meter setelah salon di Jl WR Supratman, Kota Pekalongan. Gerbang Kerkop berada 60 meter dari mulut gang. Ada tengara kecil di gang, yang hanya kelihatan oleh mata yang awas.
Kerkop berasal dari kata "kerkhof" dalam Bahasa Belanda yang berarti kuburan. Kerkhof juga bisa berarti halaman gereja, mungkin karena pada jaman dahulu di halaman gereja sering ada kuburan, sebagaimana saya lihat di Gereja Sion Jakarta. Adanya Kerkop Panjang Wetan di Pekalongan ini menjadi tanda kehidupan kolonial masa lalu di kota ini.
Gerbang masuk Kerkop Panjang Wetan Pekalongan yang menyerupai gerbang masuk sebuah benteng pertahanan. Hanya saja tembok keliling di samping kiri kanan gerbang tidaklah tinggi. Pagar besi pada mulut gerbang terlihat terbuka, dan tidak ada penjaga di sana. Orang bisa keluar masuk kompleks kubur ini sesukanya. Entah kalau malam hari.
Beberapa langkah setelah melewati pintu gerbang, terlihat sekumpulan remaja yang tengah bermain bola dalam posisi berdiri melingkar. Kubur yang mestinya menjadi tempat peristirahatan yang tenang terkoyak dengan suara-suara teriakan dan gedebug bola yang ditendang dan jatuh ke tanah. Orang mati pun tampaknya masih susah beristirahat.
Ketika saya bertanya kepada anak-anak remaja tentang lokasi kubur Belanda, tak ada yang memberi petunjuk dengan jelas. Hanya mengatakan bahwa jumlah kubur Belanda sudah tinggal sedikit, dan banyak diantaranya sudah rusak atau tak terurus lagi. Apa yang mereka katakan ternyata benar, setelah kemudian saya mengeliling kubur luas ini.
Wid pun terlihat sedang mengamati salah satu kubur pada deret makam di kompleks Kerkop Panjang Wetan Pekalongan. Jika dilihat dari ragam kijing makam yang berbentuk khas oriental, nama-nama yang tertera pada nisan dan juga huruf yang digunakan, kompleks ini telah berubah menjadi kompleks kubur orang Tionghoa, terutama yang beragama Kristen.
Ada prasasti kubur di Kerkop Panjang Wetan Pekalongan yang berbunyi: "Rust zacht, innig Gelief de vrouw A.H.E. Meijer Vanden Berg, Geboren Soerabaja 10 Januari 1875, Overleden Pekalongan 18 October 1908" atau "Beristirahat dengan damai, Harap menerima wanita yang tulus A.H.E. Meijer Vanden Berg, lahir 10 Januari 1875 Surabaya, Meninggal Pekalongan 18 Oktober 1908"
Meskipun hurufnya terbaca, namun kondisi kubur ini mengenaskan, dengan keramik kotor terkelupas dan menjadi gudang bagi petugas kebersihan yang menaruh barang kotor bergeletakan tanpa santun di sana. Nama A.H.E. Meijer Vanden Berg saya temukan ada di Perpustakaan Kolonial Universitas Leiden, namun tak saya temukan informasi lainnya.
Prasasti kubur lainnya yang tersisa di Kerkop Panjang Wetan berbunyi "Hier Rust Johannes Martinus Heck, Geb: te Tegal 2 Dec 1888, overl: te Pekal. 17 Maart 1921". Siapa dia tak jelas benar. Hanya ada beberapa tanya jawab terkait dirinya. Ada pula prasasti kubur Victor Stauber yang lahir di Basle Swiss 12 September 1892 dan wafat 2 Juni 1958 di Jakarta.
Ada lagi satu prasasti kubur yang masih terbaca namun dalam kondisi terlantar bertulis "Hier Rusten, Mevr. Carolina Maria Meijer - de Batas, Geb. Solo 16 Febr. 1850, overl. Pek. 17 Mei 1909, en Haar Zoon Hein Willem Johannes Meijer, Geb. Pek. 6 Gebr. 1873, overl. Pek. 11 Juli 1931, R.I.P."
Kami mengelilingi Kerkop Panjang Wetan Pekalongan untuk mencari prasasti kubur Belanda, namun hanya sedikit yang tersisa. Panjang Kerkop ini 135-173 m dengan lebar 100-120 m. Sayang belum tampak usaha pemkot Pekalongan untuk merawatnya, karena perawatan kubur memperlihatkan tinggi rendahnya kemuliaan hati pejabat dan rakyatnya.
Kerkop Panjang Wetan Pekalongan
Alamat : Jl WR Supratman, Kota Pekalongan. Lokasi GPS : -6.870734,109.677962, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Pekalongan, Tempat Wisata di Pekalongan, Peta Wisata Pekalongan.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.