Demak, Jawa Tengah, Kelenteng

Kelenteng Poo An Bio Demak

Meskipun berada di sekitaran alun-alun, tepatnya di sisi sebelah timur, namun Kelenteng Poo An Bio Demak baru sempat saya kunjungi belakangan sepulang dari Kudus. Nama lokal kelenteng ini adalah Vihara Budhi Luhur, dan adanya nama lokal yang menunjukkan pengaruh kebijakan orba ini memberi indikasi bahwa kelenteng itu juga merupakan tempat ibadah Tri Dharma yang sering disingkat TITD.

Bangunan kelenteng menghadap ke arah barat, arah yang paling dekat ke pinggir laut, yaitu sekitar 15 km ke arah Bonang, area yang di jaman dahulu pernah menjadi salah satu pelabuhan milik Kesultanan Demak Bintoro. Pelabuhan Demak satunya lagi, yang merupakan pelabuhan bagi berlabuhnya kapal-kapal militer, berada di sekitar Teluk Wetan, Jepara. Alasan mengapa Kelenteng Poo An Bio Demak menghadap ke arah laut oleh karena di kelenteng ini terdapat tempat sembahyang bagi Tian Siang Seng Bo (Tian Shang Sheng Mu) yang juga dikenal dengan sebutan Ma Zu atau Mak Co. Ia adalah Dewi Laut, penolong para pelaut, serta pelindung etnis Tionghoa di wilayah Selatan Tiongkok, serta pelindung para imigran di wilayah Asia Tenggara.

Salah satu altar cantik di kelenteng ini tentunya tempat sembahyang bagi Tian Siang Seng Bo, yang merupakan altar utama atau tuan rumah kelenteng ini. Ia digambarkan sebagai seorang dewi cantik dengan tutup kepala berjumbai di depannya. Pemujaan kepada Dewi Laut ini mungkin juga sebagai ungkapan syukur bahwa leluhur mereka tiba dengan selamat ke tempat tujuan setelah mengarungi laut untuk mencari daerah baru.

kelenteng poo an bio demak

Tampak muka Kelenteng Poo An Bio dengan deretan lampion yang digantungi nama para donaturnya, papan nama Vihara Budhi Luhur yang menggantung dan telah pudar, hiolo Thian (Tuhan Yang Mahaesa) di teras depan, serta sepasang singa penjaga (ciok say) yang mungil di dekat tiang kayu. Ornamen pada lubang hawa terlihat dibuat dengan kualitas ukir yang baik.

Donasi ke sebuah tempat ibadah, apakah berupa uang atau benda seperti mimbar, bedug, hiolo, lilin ukuran kati, lampion, patung, atau apa pun memilliki motif yang bermacam-macam. Ada yang benar-benar ikhlas tanpa mengharap balas apa pun dan hanya ingin melakukan kebaikan, dan ada pula yang berharap akan menjadi kucuran pahala atau meringankan beban dosa.

Langit terlihat pucat karena matahari belum lagi mencapai puncaknya sehingga pengambilan foto pada bagian depan kelenteng ini masih malawan sinar kemilaunya. Berbeda dengan kebanyakan kelenteng yang saya pernah kunjungi, hiolo Thian di serambi kelenteng diletakkan pada dudukan berkaki empat, bukan berkaki tiga. Hiolo-nya pun agak unik, bersegi delapan dengan ukiran mengelilingi badannya.

Altar lainnya merupakan tempat sembahyang kepada Budha Gautama, dengan aksara China tegak serta rupang atau patung-patung berukuran besar dan kecil yang tampak memikat. Ada sejumlah ornamen dan ukiran kayu lainnya yang dibuat oleh tangan terampil dan karenanya terlihat indah serta terawat.

kelenteng poo an bio demak

Ukiran kayu yang elok dan warna-warni terlihat pada belandar Kelenteng Poo An Bio Demak. Meski warna dominan masih merah dan kuning, namun adanya warna-warna lain seperti tampak pada ukiran ini membuatnya terlihat lebih menarik.

Patung di sebelah kiri berbentuk seekor gajah yang memegang setangkai bunga, sedangkan di sebelah kanan berupa seekor singa betina yang bermain dengan anaknya. Ukiran burung dan lukisan dua ekor ikan terlihat di bagian atasnya.

Meskipun terbilang kecil namun saya suka dengan kelenteng ini karena masih dominan menggunakan struktur kayu dan ada banyak ukiran bermutu yang menghiasinya. Kelemahan kayu tentu karena ada batasan usianya, yang selain semakin mahal juga sangat rentan terbakar di tempat dimana ada banyak sekali lilin dan lampu minyak yang terus menyala di hampir setiap waktu.

Ada altar sembahyang di Kelenteng Poo An Bio Demak bagi Kwan Im Po Sat, Dewi Welas Asih, yang dipercayai akan mengabulkan doa setiap orang yang memintanya dengan hati bersih dan bekerja keras untuk mendapatkannya. Selain dihias arca sepasang naga emas berebut mustika di puncak atap rumahannya, pada kedua tiangnya juga melilit naga yang elok.

Juga ada altar sembahyang bagi Hok Tek Tjeng Sin di Kelenteng Poo An Bio Demak yang digambarkan mengenakan pakaian kebesarannya, berkumis dan berjanggut hitam lebat, mengenakan topi, serta memegang tongkat berkepala naga. Di kanan kirinya tampak ada rupang lain dengan roman wajah yang berbeda. Sebagian badan dari sepasang patung naga berwarna keemasan tampak pada sudut kiri kanan atas foto.

Arti harafiah Hok Tek Ceng Sin adalah "dewa bumi atas kemakmuran dan jasa". Ia merupakan sosok dewa yang menjadi pelindung masyarakat serta dianggap sebagai dewa bumi secara keseluruhan, pemberi rizki bagi petani dan pedagang.

Sebelum bersembahyang orang dianjurkan untuk berbuat kebaikan agar doanya mudah terkabul, karena kebaikan akan membawa kebaikan lain. Di bawah altar ini terdapat altar Panglima Harimau (Houw Tjiang Kong/Kun) yang adalah pengawal Dewa Bumi.

Kelenteng Poo An Bio Demak dibangun pertama kali pada tahun 1690 dan direlokasi ke tempatnya yang sekarang ini pada tahun 1968 dengan menempati area yang sedikit lebih luas. Perpindahan kelenteng dan tempat ibadah lazim dilakukan oleh karena alasan luas tempat yang tak lagi memadai dengan semakin bertambahnya jamaah yang datang untuk bersembahyang.


Kelenteng Poo An Bio Demak

Alamat : Jl Siwalan No.3, Kota Demak. Lokasi GPS : -6.8941972, 110.6395018, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Demak, Peta Wisata Demak, Tempat Wisata di Demak.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! September 05, 2019.