Gua, Jawa Tengah, Kebumen

Gua Jatijajar Kebumen

Gua Jatijajar Kebumen sudah saya kenal sejak kecil dan telah lebih dari sekali berkunjung ke tempat itu. Namun itu sudah sangat lama, mungkin lebih dari 30 tahun lalu. Jadi kunjungan hari itu adalah pembaruan dan penyegaran ingatan dari apa yang masih tersisa dari gua kedua di wilayah Kebumen yang sempat saya kunjungi.

Setelah ke Gua Petruk yang indah alami , saya tidak berharap terlalu banyak pada kealamian Gua Jatijajar. Ingatan bahwa di dalam gua ini ada sejumlah patung besar yang bercerita tentang legenda Raden Kamandaka masih tetap menempel kuat. Dan itu tangan manusia, bukan alam. Jarak parkiran Gua Petruk ke Gua Jatijajar Kebumen adalah sekitar 6,1 km, arah ke Timur Laut atau pada lokasi diantara Utara dan Timur. Area parkir Gua Jatijajar boleh dikatakan luas, jauh lebih luas dari parkir Gua Petruk, sebuah indikasi perbandingan jumlah pengunjung ke masing-masing gua. Dengan kata lain, Gua Jatijajar jauh lebih laku.

Indikasi lainnya adalah jumlah warung makanan serta kios yang menjual cindera mata serta berbagai barang dagangan lainnya. Jika di Gua Petruk nyaris tidak ada, maka di Gua Jatijajar Kebumen ini jumlah warung dan kios dagangan sangat berlimpah, dan sebagian diantaranya berukuran cukup besar. Kedekatan lokasi ke kota mungkin juga berpengaruh.

gua jatijajar kebumen

Pemandangan pada jalur lintasan menuju ke Gua Jatijajar Kebumen beberapa saat setelah meninggalkan area parkir kendaraan, dan sesudah mengganjal perut di sebuah warung. Lintasan jalan semen ini pada awalnya cukup landai dan mudah dilalui. Tengara berdasar warna biru di sebelah kanan menunjukkan arah jalan ke masjid serta ke WC dan kamar mandi.

Sesaat kemudian ada jalan simpang, kanan ke Monumen Tobong Kapur, Gua Dempok, Gua Intan dan Gua Titikan, dan kiri ke Gua Jatijajar Kebumen. Monumen Tobong Kapur menjadi simbol bahwa Jatijajar merupakan daerah penghasil batu kapur. Saya berniat ke tempat itu setelah dari gua. Namun itu tak pernah terjadi. Tujuan utama baiknya dikunjungi terakhir.

Selang beberapa saat setelah belok ke kiri, sebuah patung dinosaurus berukuran raksasa terlihat mencolok mata. Semakin dekat melangkah ke mulut Gua Jatijajar Kebumen semakin tajam undakannya. Menjelang pelataran gua, di ujung atas undakan, terdapat pintu gerbang candi bentar yang dijaga sepasang arca Dwarapala dengan gada di tangan.

Di Gua Jatijajar Kebumen ada Sendang Mawar yang diberi cahaya sinar merah, serta Sendang Kantil dengan satu patung diletakkan berendam di dalam kolam. Sedangkan Sendang Jombor dan Sendang Puser Bumi masih belum ada penerangan serta aksesnya masih sulit. Ada pula 3 sungai lain yang mengalir di dalam gua yang belum dibuka akses jalannya.

gua jatijajar kebumen

Mulut Gua Jatijajar Kebumen memiliki pelataran yang sudah disemen rapi hingga ke bagian dalam gua. Bagi yang menyukai keaslian alami gua kapur, ini menyedihkan. Namun bagi kebanyakan orang lain, itu menyenangkan. Barangkali karena kebanyakan manusia sudah tak senang lagi untuk bersahabat dengan alam, dan lebih menyukai polesan tangan.

"Eloknya", hampir seluruh permukaan dinding Gua Jatijajar yang tinggi itu penuh coretan. Tentu saja coretan tangan manusia, karena monyet yang tak berbudaya tak bisa membuat coretan "beradab" semacam itu. Merusak memang kesenangan manusia, dan karena itu dibuat aturan, untuk dilanggar. Sebagai hiburan, coretan itu juga dilakukan oleh bule "beradab".

Tempat duduk beton yang kurang bercita rasa tampak tengah dipakai pengunjung. Sementara pengunjung lainnya sedang memotret arca yang diletakkan tidak jauh dari mulut gua. Penilaian subyektif saya, selera pengelola Gua Jatijajar Kebumen saat kunjungan saya itu menyedihkan. Pemilihan cat pada dinding anak undakan, misalnya, terkesan norak.

Dalaman Gua Jatijajar Kebumen masih cukup indah, meski bagian bawahnya sudah hampir semuanya tertutup semen bagi akses jalan pengunjung di gua sepanjang 250 meter ini. Sejumlah stalaktit dan stalagmit serta kolom yang menarik masih bisa ditemui di sana. Kontur gua juga tidak membosankan, serta ada berkas sinar matahari masuk lewat lubang di langit gua.

Salah satu dari delapan adegan diorama menggambarkan legenda Raden Kamandaka / Lutung Kasarung yang konon pada suatu ketika pernah bertapa di gua ini. Di tahun 70-an kisah legenda ini merupakan cerita rakyat populer yang rekaman sandiwaranya disiarkan secara bersambung melalui stasiun radio di Purwokerto dan daerah lain di sekitarnya.

Langit gua yang tinggi, umumnya sekitar 12 meter, juga memberi suasana sangat lega dan nyaman. Sejumlah kelelawar kekenyangan, lantaran tak terbang mencari makanan, bisa dijumpai menggelantung di beberapa area. Lampu-lampu listrik aneka warna yang dipasang pada beberapa titik memberi nuansa artifisial yang lebih menarik ketika langit gelap.

Ada sebuah kolom kapur cukup besar dan gemuk yang terlihat masih cukup indah. Jika dilihat dari variasi konturnya, Gua Jatijajar sebenarnya lebih kaya dibandingkan dengan Gua Petruk. Hanya saja stalaktit dan stalagmit di Gua Jatijajar telah mengalami pengrusakan yang sangat parah.

Gua Jatijajar Kebumen konon ditemukan secara tak sengaja oleh Jayamenawi pada 1802 saat ia mengambil rumput dan tetiba terperosok ke dasar gua lewat lubang yang ada di langit gua yang tingginya 24 meter. Nama Jatijajar diberikan oleh Bupati Ambal saat berkunjung ke sana lantaran melihat dua pohon jati tegak sejajar bersisian di dekat mulut gua.


Gua Jatijajar Kebumen

Alamat : Desa Jatijajar, Kecamatan Ayah, Kabupaten Kebumen. Lokasi GPS : -7.668349, 109.426203, Waze. Hotel, Tempat Wisata, Peta.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Oktober 01, 2019.