Gardu Pandang, Jawa Tengah, Sragen

Gardu Pandang Sangiran Sragen

Gardu Pandang Sangiran Sragen adalah tempat terakhir yang saya kunjungi di Sangiran, Sragen, setelah mengobati luka akibat tertusuk batang bambu pada waktu berkunjung ke Petilasan Joko Tingkir di atas perbukitan. Tengara Gardu Pandang Sangiran itu saya lihat di tepi kiri jalan ketika tengah berkendara menuju Museum Purbakala Sangiran.

Karena berkendara arah sebaliknya, maka kami belok kanan sangat tajam oleh sebab jalannya menekuk. Jika dari arah kedatangan ke Sangiran maka jalan simpangnya merupakan jalan serong. Gardu Pandang Sangiran hanya berjarak 150 m dari jalan simpang, di sebelah kanan jalan. Di sebelah kiri jalan, berseberangan dengan gardu pandang, adalah tempat parkir dan sebuah joglo yang menjadi pendopo Wisma Sangiran, guest house yang bisa digunakan untuk menginap bagi para peniliti atau pengunjung umum.

Wisma Sangiran memilik kamar deluks dua buah dilengkapi double bed, bath tub dan shower, washtafel, meja rias dan rak. Ada pula kamar standard tiga buah dilengkapi double bed, bak mandi, washtafel, dan meja rias. Di ruang keluarga ada meja kursi makan dan perlengkapan dapur. Mobil (mini train) juga disediakan untuk transportasi ke Kawasan Sangiran.

Gardu Pandang Sangiran Sragen

Gedung Gardu Pandang Sangiran dilihat dari seberang jalan. Gedung ini memiliki tiga buah lantai, dengan dek pandang ada di lantai paling atas. Di lantai dasar disediakan MCK di sisi kanan bangunan. Pembuatan Gardu Pandang Sangiran sempat menuai kritik karena dibangun di atas tanah yang rawan longsor. Mudah-mudahan saja konstruksinya sudah mempertimbangkan labilnya tanah di kawasan itu.

Sejumlah anak sekolah saya lihat tengah duduk-duduk di lantai satu gardu pandang ketika saya datang. Entah apa yang mereka lakukan karena mestinya jam sekolah belum lagi usai. Lantaran tak ada yang menarik di lantai bawah, saya pun naik ke lantai di atasnya lewat tangga beton.

Lantai tengah Gardu Pandang Sangiran dengan sejumlah poster yang dibuat dan dipasang ala kadarnya, sehingga tidak menarik dan kurang informatif bagi pengunjung. Tempat yang begitu terbuka di Gardu Pandang Sangiran ini memang beresiko jika memasang benda yang sedikit berharga.

Lantai ini tampaknya dimaksudkan sebagai tempat berteduh jika hujan turun karena dindingnya tertutup dengan dinding beton dan kaca sehingga bisa menangkal tempias air jika hujan turun disertai angin. Dinding kaca juga membuat pengunjung dapat melihat keluar, dan sekaligus sebagai akses cahaya untuk menerangi ruangan. Dari lantai ini saya meneruskan langkah meniti sisa anak beton tangga untuk menuju dek pandang di lantai paling atas.



Gardu Pandang Sangiran Sragen

Atap kerucut silindris Museum Manusia Purba Sangiran terlihat cantik dari Gardu Pandang Sangiran. Ketika berkunjung ke museum memang mungkin agak mustahil untuk melihat bentuk atap gedungnya, karena letaknya lebih tinggi dari area parkir dan sudut pandang yang sempit.

Dari Gardu Pandang Sangiran ini pandangan memang sangat leluasa ke kawasan situs Sangiran yang luasnya mencapai 56 km2, terdiri dari 22 desa, dalam empat kecamatan dan berada di dua kabupaten, yaitu Kabupaten Sragen dan Karanganyar yang dibelah dua oleh Kali Cemoro, anak Bengawan Solo.

Pandangan pada perbukitan yang entah ada apa di sana oleh sebab tak ada petunjuk sama sekali arah mana situs Sangiran itu berda. Hanya ada informasi bahwa berdirinya Gardu Pandang Sangiran tak lepas dari pembangunan empat kluster Museum Manusia Purba Sangiran, yaitu Kluster Ngebung, Bukuran, Manyarejo, dan Dayu. Keempat kluster itu baru diresmikan pada bulan Oktober tahun 2014.

Kluster Dayu berkonsep museum lapangan, terdiri dari ruang pamer dan ruang penyimpan koleksi fosil purbakala yang bisa dilihat dari jarak dekat. Klaster Ngebung memamerkan kronologi sejarah penemuan situs Sangiran hingga saat ini. Klaster Bukuran menyajikan proses evolusi manusia purba hingga manusia modern zaman sekarang, dan Museum Manyarejo merupakan museum lapangan hasil-hasil penelitian.

Saat tengah menikmati silir angin di dek atas, datang seorang ibu berusia awal 60-an yang ketika saya sapa rupanya ia baru saja dari museum namun gagal masuk karena tutup. Jika saja si ibu datang lebih awal mungkin ia bisa masuk museum bersama saya ketika petugas tengah bebersih ruangan. Keberuntungan memang kadang memilih orang...


Gardu Pandang Sangiran

Alamat : Desa Krikilan, Kalijambe, Kabupaten Sragen, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.4493, 110.83270, Waze. Rujukan : Peta Wisata Sragen, Tempat Wisata di Sragen, Hotel di Solo.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! April 20, 2018.