Candi, Jawa Tengah, Magelang

Candi Pawon Magelang

Candi Pawon Magelang adalah sebuah candi yang ukurannya relatif kecil. Candi ini yang saya kunjungi selepas memotret Perbukitan Menoreh, di daerah Magelang, Jawa Tengah. Lokasi candi berada diantara Candi Borobudur dan Candi Mendut, atau tepatnya 1,75 km jika dari arah Candi Borobudur dan 1,15 km dari arah Candi Mendut, sedikit berbelok dari jalan utama, sehingga bisa terlewati begitu saja.

Tidak ada yang mengetahui asal muasal secara pasti nama Candi Pawon ini. Sejarawan Belanda J.G. de Casparis memperkirakan bahwa nama Pawon berasal dari kata awu yang artinya abu, tempat perabuan, atau tempat mayat dibakar, dan menjadi tempat penimpanan abu jenazah Raja Indra (782 - 812 M) yang adalah ayah dari Raja Samarrattungga dari Wangsa Syailendra.

Konsep tempat pembakaran mayat pada saat itu mungkin sekali berbeda dengan tempat pembakaran mayat yang ada sekarang ini, oleh sebab sering pada jaman dahulu ada yang hanya digunakan untuk satu orang penting saja, dan setelah itu tidak digunakan oleh orang lain. Bajranalan adalah nama yang diberikan oleh orang setempat untuk Candi Pawon, yang berasal dari kata Sanskerta vajra yang berarti halilintar dan anala yang artinya api. Halilintar atau petir bisa memercikkan api bisa pula tidak, dan karenanya dianggap perlu menambahkan kata api di belakangnya, sesuai tujuan dibuatnya candi ini.

candi pawon magelang

Candi Pawon ini lokasinya berada di tengah-tengah perumahan penduduk, dipagari dengan jeruji kawat tipis di sekeliling candi dengan tinggi sekitar 1 meter. Adanya pagar itu sedikit memberi perlindungan bagi candi agar tidak menjadi tempat terbuka yang siapa saja boleh berada dan bermain di sana.

Ketika pertama kali dibangun, di sekeliling candi mestinya bersih dari permukiman penduduk dalam jarak setidaknya puluhan meter. Bukan hanya karena tanah pada waktu masih mudah didapat, namun karena area di sekeliling candi seharusnya mampu menampung banyak orang ketika berlangsung sebuah upacara, pembakaran mayat misalnya.

Ketika terjadi perubahan peta politik yang membawa perubahan pada perhatian penguasa terhadap bangunan seperti Candi Pawon ini, yang umumnya menjadi terlupakan oleh sebab ada banyak persoalan lain yang lebih mendesak untuk ditangani. Perang bisa pula membawa kerusakan jika terjadi pertempuran diantara pihak yang bertikai di sekitar candi.

Di dalam bilik Candi Pawon Magelang itu diduga dahulu ada sebuah Arca Bodhhisatwa, sebagai ungkap rasa hormat kepada Raja Indra yang dianggap telah mencapai tingkatan Bodhisattva. Prasasti Karang Tengah menyebutkan bahwa arca di sana mengeluarkan wajra atau sinar, sehingga muncull dugaan bahwa arca Bodhisattwa itu kemungkinan dibuat dari bahan perunggu.

candi pawon magelang

Di bagian depan Candi Pawon ada undakan setinggi sekitar 2 meter untuk sampai ke lubang masuk ke dalam bilik candi. Lebih tingginya ruang utama candi tentu tidak dimaksudkan agar tidak terendam manakala terjadi banjir, namun lebih karena sebagai penghormatan bagi benda yang sebelumnya ada di dalam candi itu.

Sayangnya di dalam bilik Candi Pawon Magelang ini sudah tidak ditemukan lagi arca yang semestinya berada di sana. Munculnya permukiman penduduk di sekitar candi bisa menjadi petunjuk bahwa dahulu pengawasan area candi sangat lemah, sehingga patung yang ada di dalamnya pun tak terjaga.

Bisa dikatakan bahwa relief di Candi Pawon dibuat dengan cukup halus dan indah. Ada relief Kala di atas lubang masuk ke bilik candi, dan dinding luarnya berhias relief pohon kalpataru yang diapit Kinara-Kinari, mahluk berkepala manusia berbadan burung. Di sekeliling badan candi terdapat relief orang dan sejumlah relief lainnya, yang kondisinya masih cukup baik.

Kalpataru (Kalpadruma atau Kalpawreksa) adalah sejenis pohon dalam mitologi Hindu yang konon bisa mengabulkan permintaan. Keberadaan pohon ini disebut dalam literatur Sanskerta sebagai Kalpa yang artinya kehidupan. Meskipun tak ada inskripsi yang menghubungkannya dengan spesies pohon tertentu, namun ada yang Kohon Keben (Barringtonia asiatica) sebagai pohon Kalpataru.

Seorang pengunjung wanita dengan dandanan ringkas dan warna cerah yang kontras tampak tengah meniti tangga untuk memasuki ruangan utama Candi Pawon. Catatan yang ada menuturkan bahwa candi ini pernah dipugar oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1903.

Berbeda dengan umumnya candi Buddha lainnya, di puncak Candi Pawon ada stupa utama yang dikelilingi stupa-stupa kecil lainnya, yang bentuk semuanya bisa dikatakan langsing, mungkin menyesuaikan dengan besarnya ukuran candi. Bentuk stupa yang relatif ramping itu lebih menyerupai bentuk yang ada di candi Hindu. Bagaimana pun kedua kepercayaan itu datang dari anak benua yang sama.

Pada dinding luar candi, di sebelah kiri dan kanan lubang masuk ke dalam bilik, ada relung dangkal yang dihiasi dengan pahatan Dewa Kekayaan Kuwera yang digambarkan dalam posisi berdiri. Sayangnya pahatan yang berada di sisi sebelah kiri atau di sebelah selatan lubang pintu sudah rusak dan belum juga direstorasi.

Undakan Candi Pawon dengan relief makara indah di kiri kanannya sempat saya ambil fotonya. Namun hiasan makara yang ada pada ujung anak tangga di sebelah kiri sudah tidak ada lagi. Barangkali tidak terlalu sulit untuk membuatnya kembali, dan menjadikannya menjadi lebih indah, tanpa mengurangi arti kesejarahannya.

Meskipun berukuran kecil, namun sayang klau melewatkan kunjungan ke Candi Pawon jika sebelumnya sudah berkunjung ke Candi Borobudur, oleh sebab keduanya hanya berjarak sekitar 2,2 km atau 7 menit perjalanan saja. Sedangkan jarak dari Candi Mendut ke Candi Pawon adalah sekitar 2,1 km atau 4 menit perjalanan. Letak ketiga candi terebut berada dalam satu garis lurus, sehingga ada yang menduga bahwa ada hubungan diantara ketiga candi itu. Poerbatjaraka malah menduga bahwa candi Pawon merupakan bagian dari Candi Borobudur.


Candi Pawon Magelang

Alamat : Desa Wanurejo, Kecamatan Borobudur, Magelang, Jawa Tengah. Lokasi GPS : -7.606106, 110.219528, Waze. Peta Wisata Magelang, Tempat Wisata di Magelang, Hotel di Magelang.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! November 15, 2019.