Jawa Tengah, Kudus, Makam, Wali, Wali Songo

Makam Sunan Muria Kudus

Perjalanan selanjutnya pada hari itu adalah untuk mengunjungi Makam Sunan Muria Kudus, yang lokasinya berada di sebuah puncak perbukitan di lereng bawah Gunung Muria. Sebenarnya ada sedikit keraguan apakah sanggup mendaki anak tangga yang kabarnya sangat banyak. Namun dengan pengalaman pernah menaklukkan 600-an anak tangga Puncak Gajah Mungkur membuat hati sedikit tenang.

Kendaraan mengarah lurus ke utara dari Alun-alun Kota Kudus, sesudah sesaat sebelumnya kami meninggalkan Masjid Menara Kudus dan Makam Sunan Kudus. Setelah menempuh perjalanan sejauh 19 km, atau kurang dari 40 menit perjalanan, kami sampai dan berhenti di halaman Masjid As-Saidiyyah Colo dengan menanjak tajam dari jalan utama.

Ketika turun dari kendaraan kami sudah dikerubungi beberapa pengendara motor yang menguntit saat mobil masuk Colo. Tukang-tukang ojek berseragam itu menawarkan jasa dengan tarif resmi untuk mengantar ke puncak Colo dimana Makam Sunan Muria berada, tanpa harus lelah menaiki ratusan anak tangga. Mengingat waktu, tenaga, dan untuk pengalaman, kami naik ojek.

makam sunan muria kudus

Pemandangan kelok jalan yang saya ambil sesaat setelah sampai di pangkalan ojek-2 di puncak Colo, sebelum masuk ke Makam Sunan Muria Kudus. Jalan yang berkelok sempit, dengan jurang di sisi sebelah, dihajar kencang pengemudi ojek yang membuat jantung berjoged dan tangan harus berpegang kuat.

Pemandangan indah di jalan jadinya tak bisa sepenuhnya bisa dinikmati, tak pula bisa berhenti memotret karena cukup beresiko untuk berhenti dan turun dari sepeda motor di lintasan jalan yang sempit itu. Inilah yang disebut pengalaman. Merasakan sendiri sensasinya menumpang jago balap ojek Makam Sunan Muria.

Jalan ojek ini memutari pinggang bukit dan jaraknya lebih jauh dibanding jika menapaki undakan, namun jauh lebih hemat waktu dan tenaga. Sebelumnya, setidaknya tiga atau empat kelok jalan tajam juga kami lalui sekitar 2 km hingga tiba di lokasi Masjid As-Saidiyyah.

Sangat sedikit informasi sahih yang tersedia tentang siapa dan apa kiprah Sunan Muria. Umumnya menyebut bahwa beliau adalah Raden Umar Said, putera Sunan Kalijaga. Ada yang menyebut ibunya sebagai Dewi Soejinah puteri Sunan Ngudung, namun pendapat lain menyebut bahwa ibunya adalah Dewi Saroh, puteri Syekh Maulana Ishak atau adik dari Sunan Giri.

makam sunan muria kudus

Deretan sepeda motor di pangkalan ojek-2 puncak Colo yang saya lihat sebelum masuk ke Makam Sunan Muria Kudus. Seorang tukang ojek terlihat menggunakan seragam ungu bertulis "Angkutan Muria Colo" dengan nomor registrasi 07. Rata-rata sepeda motor di sana ber-cc kuat agar sanggup menaklukkan jalanan yang berkelok dan menanjak tajam menuju ke lokasi ini.

Untuk menuju ke Makam Sunan Muria kami berjalan menapaki jalan menanjak dan melewati kios-kios penjual pakaian, suvenir dan makanan. Kami juga melintas di depan ujung atas lorong pejalan kaki yang kiri kanannya dipenuhi deret lapak pedagang.

Sebelum kios-kios itu ada tengara ke arah Makam Pangeran Gadung, Pangeran Gading, dan Nyai Ratu, namun tak kami kunjungi. Pangeran Gadung Sosrokusumo adalah paman Sunan Muria. Di lorong Makam Sunan Muria peziarah harus mencopot dan menjinjing alas kaki, karena keluar di tempat berbeda.

Ada tulisan "Tata Tertib di Makam Raden Umar Sa'id Kangjeng Sunan Muria", berisi empat aturan dan empat larangan, serta jadwal kunjung untuk bisa masuk ke makam inti dan aturan menginap. Masuk ke cungkup makam inti hanya bisa Kamis Wage dan Kamis Legi dari jam 06.00 s/d 24.00, serta Jumat Kliwon dan Jumat Pahing dari jam 06.00 s/d 16.00, sedangkan kami datang hari Sabtu.

Diantara peninggalan Sunan Muria adalah tembang Kinanti dan Sinom yang berisi nasihat agar yang tua menyayangi yang muda dan yang muda menghormati yang tua, serta pesan agar pemimpin mendahulukan kepentingan rakyat. Lalu ada Tapa Ngeli yang mengajarkan agar ilmu diperoleh dengan laku sungguh-sungguh dan menjernihkan pikir, serta agar rendah hati, mengalir dan tidak macam-macam.

Ajaran Sunan Muria lainnya adalah agar pengikutnya saleh sosial, yang berarti bertakwa kepada Allah dan bertanggung jawab terhadap sesama mahluk. Ajaran ini menjadi inti ajaran sang sunan yang dikenal dengan "pagerono omahmu kanthi mangkok" atau pagarilah rumahmu dengan mangkuk (derma).

Sunan Muria diperkirakan lahir pada paruh akhir abad ke-15, dan wafat pada 1551, lebih pendek dari usia Sunan Kalijaga yang lahir pada 1455 dan wafat 1586, meski tak ada petunjuk pasti soal kebenaran angka ini. Yang banyak dipercayai adalah bahwa keduanya menggunakan pendekatan budaya dan seni yang hidup di masyarakat untuk menyebarkan agama Islam. Menjadi Islam memang tak mesti menjadi Arab.

Seluruh dinding pada bangunan inti ini tertutup, sehingga tak bisa tidak pengunjung akan memusatkan perhatian pada arah kelambu cungkup. Demikian pula lorong masuk dan lorong keluar. Semuanya tertutup. Saya hanya bisa membayangkan indahnya panorama pinggang Gunung Muria, jika saja dinding makam dibuat dari kaca tebal tembus pandang.

Pada lorong keluar kami melihat ada dua orang petugas menyediakan air yang diambil dari gentong keramat peninggalan Sunan Muria dan dimasukkan ke dalam cangkir-cangkir kecil dan botol plastik bekas aqua. Peziarah bisa memakainya untuk mencuci tangan, membasuh muka, meminum atau membawanya pulang. Ada lembaran uang yang terserak di sana yang berasal dari derma pengunjung.

Kami sempat menikmati suasana di sekitar halaman masjid, yang sempit sudut pandangnya namun masih bisa melihat panorama perbukitan. Atap masjid berupa kubah separuh bulatan besar warna keemasan diapit menara kembar. Turun dari kompleks makam kami sempat melihat buah Parijoto, yang konon pernah menjadi kegemaran isteri Sunan Muria saat mengandung.

Kami turun dari makam tidak dengan ojek namun berjalan kaki menuruni anak tangga yang jumlahnya ada 432 undakan dan kiri kanannya dipenuhi kios. Ada banyak penjual pecel dan aneka rupa makanan lain dan dagangan, tanpa menyisakan satu lubang pun untuk menikmati panorama pegunungan. Sayang sekali.


Makam Sunan Muria Kudus

Alamat : Desa Colo, Kecamatan Dawe, Kabupaten Kudus. Lokasi GPS : -6.6660888, 110.8989452, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : sepanjang waktu. Harga tiket masuk : cungkup gratis. Di gerbang bawah dikutip Rp.2.000, mobil Rp.10.000. Hotel di Kudus, Hotel Murah di Kudus, Peta Wisata Kudus, Tempat Wisata di Kudus.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! November 15, 2019.