Setelah 2,1 km dari Tugu Kutowinangun kami pun belok ke kanan di pertigaan sebelum SDN Tunjung Seto, melintasi rel kereta api dan terus lurus mengikuti jalan. Jika dari Kebumen maka pertigaan di GPS -7.711199, 109.7196275 ini berada 50 meter setelah SDN Tunjung Seto. Jalan tak begitu lebar, namun diaspal sangat mulus yang tampaknya masih baru. Jalan itu terus menanjak dengan kemiringan sekitar 40 derajat, dan setelah 1,6 km dari pertigaan sampailah kami di ujung jalan yang sekaligus menjadi tempat parkir bagi pengunjung Makam Bulupitu. Gapura Makam Bulupitu dan awal undakan berada di sebelah kiri.
Keberadaan Makam Bulupitu tak lepas dari sejarah Kebumen. Kelestarian lingkungan Gunung Bulupitu karenanya harus terjaga, bukan saja di sekitar bangunan makam, namun juga Gunung Bulupitu secara keseluruhan. Gunung Bulupitu hendaknya dijadikan sebagai cagar alam dan dipelihara ekosistemnya. Jangan sampai rusak oleh karena keserakahan manusia.
Gapura depan Makam Bulupitu dengan dua pasang pilar tinggi pendek di kiri kanan awal undakan. Tulisan "Kraton Suci Bulupitu" menggantung diantara dua pilar yang tinggi. Di puncak keempat pilar terdapat ornamen kuncup bunga berwarna keemasan. Satu per satu saya tapaki anak tangga Makam Bulupitu yang awalnya terasa agak landai namun semakin ke atas menjadi lebih curam tanjakan undakannya.
Gunung Bulupitu memang dipercayai sebagai keraton para lelembut dimana Dewi Nawangwulan, adik penguasa Laut Selatan, bertahta. Keraton yang sangat besar itu bisa dilihat oleh Kenthol Surawijaya (Aroeng Binang I) setelah memperistri Dewi Nawangwulan dan dibukakan pintu kajiman oleh sang Dewi.
Terdapat setidaknya 232 anak tangga untuk sampai di pintu gerbang yang kedua dengan sebuah pohon Bulu besar di sebelah kanan belakangnya. Gapura ini dibuat mungkin selain sebagai tempat beristirahat sejenak sebelum melanjutkan pendakian ke puncak Makam Bulupitu, juga sebagai tempat berteduh jika saja hujan tiba-tiba turun selagi masih dalam pendakian.
Setelah berhenti sejenak, saya melanjutkan langkah kaki menyelesaikan mendaki 100 anak tangga lagi untuk sampai di gerbang atas dimana terdapat tengara Benda Cagar Budaya dan tulisan "Martaban Bulupitu". Tak jelas apa yang dimaksud martaban ini, apakah berarti "tempayan besar" atau ada arti lainnya.
Sesampainya di puncak Gunung Bulupitu, di sebelah kanan dan kiri ada ruangan bagi peziarah untuk beristirahat, serta musholla kecil. Ada pula undakan ke cungkup Makam Kanjeng Gusti Ayu Dewi Nawangwulan yang diapit makam putranya, yaitu Bagus Klantung dan Bagus Cemeti. Sedangkan makam puterinya, Raden Ayu Isbandiah, tak diketahui.
Masyarakat dan pemerintah daerah perlu mempertimbangkan penanaman Pohon Bulu yang baru di area ini, sehingga suatu saat nanti bisa menjadi Bulusatus (seratus Pohon Bulu), bukannya sebaliknya menjadi Bulusatu karena hanya tersisa satu pohon saja di sana akibat lingkungan rusak atau pohon ditebangi oleh orang tak bertanggungjawab.
Sebelum masuk ke cungkup makam dan selagi menunggu kuncen saya berbincang dengan Desi Saptorini, Kaur Keuangan Desa Tunjungseto, yang bersama temannya tengah mengukur bangunan Makam Bulupitu untuk pengembangan Bulupitu sebagai kawasan wisata edukasi, wisata alam, dan bumi perkemahan, dengan dana PNPM Mandiri Perdesaan (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Perdesaan) pola khusus MP3KI (Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan di Indonesia).
Ia lalu mengajak saya melihat sisi Barat Gunung Bulupitu. Ada area yang pohonnya ditebang dan tanahnya dikupas untuk membuat trek flying fox dan akses jalan. Desi menunjukkan Pohon Bulupitu berusia 250 tahun seukuran pelukan 8 orang dewasa. Dari tujuh Pohon Bulu tinggal enam tersisa. Kami melewati sekitar 20 orang yang sedang menjalani pelatihan sebagai persiapan pembukaan kawasan wisata Bulupitu yang dijadwalkan Desember 2014 telah selesai. Menuruni lereng Barat saya melihat sekelompok orang tengah bekerja di area cukup luas yang seluruhnya telah dibersihkan.
Area ini semula bengkok desa berbentuk terasering yang diratakan untuk membuat musholla, mck, kantor, dan pendopo. Lebih ke bawah lagi dibuat area perkemahan dan trek untuk motor trail. Saya sempat berbincang dengan Syahroni, Kepala Desa Tunjungseto, yang menjadi penggagas dan eksekutor proyek ini.
Cungkup Kanjeng Gusti Ayu Dewi Nawangwulan berada di pojok kiri ruang utama Makam Bulupitu, ditutup kelambu tipis merah muda. Jika Dewi Nawangwulan adalah sebangsa lelembut maka makam ini adalah tanda, karena lelembut tidak memiliki wujud yang bisa dikubur. Kisah mengenai Dewi Nawangwulan bisa dibaca ditulisan Makam Aroeng Binang.
Di atas kijing bertutup kain putih terdapat nampan dan persembahan buah pisang dan bebungaan. Di kanan kiri lubang cungkup terdapat untai bunga yang di pangkalnya susunan bunga membulat, dan di depan cungkup terdapat meja bertutup kain dengan tiga gelas berisi air putih.
Di samping cungkup terdapat lemari pakaian dan wayang Arjuna. Pada dinding terdapat lukisan eyang Aroeng Binang I duduk bertelanjang dada mengenakan kuluk kepala dengan hiasan leher, lengan dan pergelangan, diapit Dewi Nawangwulan yang duduk mengenakan kemben dan Kyai Bagus Klantung yang berpakaian putih dan sorban.
Ada dua lagi lukisan Dewi Nawangwulan dan sebuah hiasan sepasang angsa dengan untai buah dan bunga di atasnya. Wagiran (087737838020), kuncen yang membukakan pintu makam mengatakan bahwa yang membawa lukisan eyang Aroeng Binang itu adalah mantan Bupati Palangkaraya bernama Gatot Amri.
Wagiran sudah 18 tahun menjadi kuncen, namun sempat diberhentikan digantikan oleh Saimun. Kini mereka berdua yang menjadi kuncen Makam Bulupitu. Wagiran juga membukakan pintu makam Raden Bagus Klantung yang berada di sebelah kiri. Kijing makamnya tertutup kain putih bersih, dipayungi rumahan tak beralas dan tak berdinding yang dibalut kain putih.
Makam Raden Bagus Cemeti berada di sisi lain, dengan bentuk ruangan maupun makam serta rumahannya sama, hanya karpet tempat peziarah duduk saja yang berbeda. Segelas air putih dan bebungaan terlihat ada di kedua makam itu.
Saya memahami maksud baik Syahroni untuk meningkatkan kemakmuran bagi warga desanya dengan membangun kawasan wisata, dan menghargai komitmennya untuk menjaga agar kawasan Bulupitu tetap lestari. Syahroni menyebutkan hanya ada gazebo di kawasan Bulupitu, tak ada bangunan besar, dan harus alami. Petilasannya tidak boleh terusik, yang tak berkepentingan akan dilarang masuk, dan jalan masuk ke kawasan wisata dibuat berbeda. Namun dibutuhkan pengawasan keras agar Bulupitu terjaga, terutama di jalur flying fox, gazebo, dan di pinggiran hutan agar tidak terjadi pengrusakan lingkungan yang lebih parah.
Makam Bulupitu Kebumen
Alamat : Dukuh Pramenyan, Desa Tunjungseto, Kutowinangun, Kebumen. Lokasi GPS : -7.69806, 109.723, Waze. Jam buka : sepanjang waktu. Harga tiket masuk : gratis, sumbangan ke kuncen diharapkan. Hotel di Kebumen, Tempat Wisata di Kebumen, Peta Wisata Kebumen.Bagikan ke: WhatsApp, Email. Print!.