Prasasti Batutulis Bogor adalah sebuah prasasti kuno peninggalan dari jaman Kerajaan Pajajaran abad ke-16. Lokasinya berada di Jalan Batutulis, persis di depan Istana Batutulis. Prasasti ini disimpan di dalam bangunan berbentuk persegi empat berukuran sekitar 5 x 5 meter di atas tanah seluas 255 meter persegi.
Hari sudah sore saat kami tiba di lokasi Prasasti Batutulis Bogor, dan hanya menepikan kendaraan lantaran tidak ada tempat parkir khusus bagi pengunjung situs. Melihat pintu pagarnya sudah terkunci saya tak lantas menyerah begitu saja, dan beruntung pemilik warung di sebelah situs berbaik hati untuk menghubungi kuncen, dan berhasil.
Sesaat kemudian dengan didahului kuncen, kami pun masuk ke dalam area situs dimana terdapat sebuah cungkup bangunan kecil yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan Prasasti Batutulis dan beberapa buah batu kuno lainnya. Di halaman kiri cungkup itu terdapat dua buah batu mirip nisan yang tertancap di atas sebuah gunduk mirip kuburan, yang diduga sebagai tempat menambatkan tali kekang kuda.
Di dalam cungkup tidak ada kelambu, tidak ada harum dupa atau kembang, sehingga tidak ada kesan 'wingit' sebagaimana biasa dijumpai pada situs keramat ketika masuk ruangan dimana situs prasasti berada. Mungkin karena situs ini berada dalam pengawasan Dinas Purbakala, sehingga pemujaan kepada situs, jika pun ada, tidaklah kentara.
Penelitian terhadap prasasti dilakukan sejak 1806 dengan pembuatan cetakan tangan untuk Universitas Leiden, Belanda, dan upaya pembacaannya dilakukan oleh Friederich pada 1853. Catatan sejarahnya pertama kali dibuat oleh Scipio, yang melakukan ekspedisi ke daerah Bogor diantar penduduk Kedunghalang dan Parung Angsana.
Prasasti Batutulis Bogor merupakan petunjuk tentang keberadaan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang berumur 97 tahun. Kerajaan ini pertama kali diperintah oleh Sri Baduga Maharaja (1482-1521), dan lalu Prabu Surawisesa (1521-1535), Ratu Dewata (1535-1534), Ratu Sakti (1543-1551), Ratu Nilakendra (1551-1567), dan Raga Mulya (1567-1579).
Seperti bisa diduga dari namanya, Prasasti Batutulis Bogor adalah prasasti yang ditulis pada sebuah batu. Yang digunakan adalah sebuah batu Terasit, jenis batu yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Cisadane, Bogor. Prasasti Batutulis itu ditulis dengan menggunakan huruf Sunda Kawi (Pallawa) dan memakai bahasa Sanskerta.
Tulisan di atas batu prasasti berbunyi: Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana, diwastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata, pun ya nu nyusuk na pakwan, diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang, ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi
Di depan batu Prasasti Batutulis Bogor terdapat Batu Tapak berukuran kecil dengan lekukan dua telapak kaki seukuran orang dewasa yang diduga milik Prabu Surawisesa, Raja ke-2 dari Kerajaan Pakuan Pajajaran yang memerintah saat Prasasti Batutulis Bogor dibuat. Ada lagi sebuah batu berukuran lebih kecil lagi dengan lekukan lutut di atasnya.
Prasasti Batutulis Bogor berdiri setinggi 151 cm, dengan lebar dasar 145 cm dan ketebalan antara 12-14 cm. Di dekatnya ada batu tegak mirip lingga, batu lonjong yang melambangkan kesuburan pria, setinggi prasasti. Ada pula sebuah batu tegak yang terletak agak terpisah yang diduga digunakan sebagai tempat bersandar.
Tulisan di atas batu prasasti itu berarti berarti: Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum, Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, Dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan. Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi".
Hutan Samida yang disebut pada prasasti diduga berada di tempat yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor. Sedangkan candra sangkala "Panca Pandawa Mengemban Bumi" berarti 5541, jika dibalik adalah 1455 Saka (1533 Masehi). Sekitar tahun itu sudah berdiri Kesultanan Banten, dan era Kerajaan Majapahit telah berakhir. Scipio membuat laporan kepada Gubernur Jenderal Joanes Camphuijs yang ditulis pada 23 Desember 1687 dan menyebutkan bahwa puing istana Pajajaran, terutama tempat duduk raja, dikerumuni dan dirawat oleh sejumlah besar harimau. Diduga dari sinilah muncul mitos bahwa pasukan Pajajaran telah berganti wujud menjadi harimau.
Lokasi Prasasti Batutulis berada di Jl. Batutulis No.54, Bogor. Lokasi GPS : -6.6237, 106.80887, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : 08.00 - 16.00. Harga tiket masuk gratis, sumbangan sukarela. Hotel di Bogor, Hotel di Bogor Kota, Peta Wisata Bogor, Tempat Wisata di Bogor.
Hari sudah sore saat kami tiba di lokasi Prasasti Batutulis Bogor, dan hanya menepikan kendaraan lantaran tidak ada tempat parkir khusus bagi pengunjung situs. Melihat pintu pagarnya sudah terkunci saya tak lantas menyerah begitu saja, dan beruntung pemilik warung di sebelah situs berbaik hati untuk menghubungi kuncen, dan berhasil.
Sesaat kemudian dengan didahului kuncen, kami pun masuk ke dalam area situs dimana terdapat sebuah cungkup bangunan kecil yang digunakan sebagai tempat untuk menyimpan Prasasti Batutulis dan beberapa buah batu kuno lainnya. Di halaman kiri cungkup itu terdapat dua buah batu mirip nisan yang tertancap di atas sebuah gunduk mirip kuburan, yang diduga sebagai tempat menambatkan tali kekang kuda.
Di dalam cungkup tidak ada kelambu, tidak ada harum dupa atau kembang, sehingga tidak ada kesan 'wingit' sebagaimana biasa dijumpai pada situs keramat ketika masuk ruangan dimana situs prasasti berada. Mungkin karena situs ini berada dalam pengawasan Dinas Purbakala, sehingga pemujaan kepada situs, jika pun ada, tidaklah kentara.
Penelitian terhadap prasasti dilakukan sejak 1806 dengan pembuatan cetakan tangan untuk Universitas Leiden, Belanda, dan upaya pembacaannya dilakukan oleh Friederich pada 1853. Catatan sejarahnya pertama kali dibuat oleh Scipio, yang melakukan ekspedisi ke daerah Bogor diantar penduduk Kedunghalang dan Parung Angsana.
Prasasti Batutulis Bogor merupakan petunjuk tentang keberadaan Kerajaan Sunda Pakuan Pajajaran yang berumur 97 tahun. Kerajaan ini pertama kali diperintah oleh Sri Baduga Maharaja (1482-1521), dan lalu Prabu Surawisesa (1521-1535), Ratu Dewata (1535-1534), Ratu Sakti (1543-1551), Ratu Nilakendra (1551-1567), dan Raga Mulya (1567-1579).
Seperti bisa diduga dari namanya, Prasasti Batutulis Bogor adalah prasasti yang ditulis pada sebuah batu. Yang digunakan adalah sebuah batu Terasit, jenis batu yang terdapat di sepanjang aliran Sungai Cisadane, Bogor. Prasasti Batutulis itu ditulis dengan menggunakan huruf Sunda Kawi (Pallawa) dan memakai bahasa Sanskerta.
Tulisan di atas batu prasasti berbunyi: Wangna pun ini sakakala, prebu ratu purane pun, diwastu diya wingaran prebu guru dewataprana, diwastu diya wingaran sri baduga maharaja ratu hajj di pakwan pajajaran seri sang ratu dewata, pun ya nu nyusuk na pakwan, diva anak rahyang dewa niskala sa(ng) sida mokta dimguna tiga i(n) cu rahyang niskala-niskala wastu ka(n) cana sa(ng) sida mokta ka nusalarang, ya siya ni nyiyan sakakala gugunungan ngabalay nyiyan samida, nyiyanl sa(ng)h yang talaga rena mahawijaya, ya siya, o o i saka, panca pandawa e(m) ban bumi
Di depan batu Prasasti Batutulis Bogor terdapat Batu Tapak berukuran kecil dengan lekukan dua telapak kaki seukuran orang dewasa yang diduga milik Prabu Surawisesa, Raja ke-2 dari Kerajaan Pakuan Pajajaran yang memerintah saat Prasasti Batutulis Bogor dibuat. Ada lagi sebuah batu berukuran lebih kecil lagi dengan lekukan lutut di atasnya.
Prasasti Batutulis Bogor berdiri setinggi 151 cm, dengan lebar dasar 145 cm dan ketebalan antara 12-14 cm. Di dekatnya ada batu tegak mirip lingga, batu lonjong yang melambangkan kesuburan pria, setinggi prasasti. Ada pula sebuah batu tegak yang terletak agak terpisah yang diduga digunakan sebagai tempat bersandar.
Tulisan di atas batu prasasti itu berarti berarti: Semoga selamat, ini tanda peringatan Prabu Ratu almarhum, Dinobatkan dia dengan nama Prabu Guru Dewataprana, Dinobatkan (lagi) dia dengan nama Sri Baduga Maharaja Ratu Aji di Pakuan Pajajaran Sri Sang Ratu Dewata. Dialah yang membuat parit (pertahanan) Pakuan. Dia putera Rahiyang Dewa Niskala yang dipusarakan di Gunatiga, cucu Rahiyang Niskala Wastu Kancana yang dipusarakan ke Nusa Larang. Dialah yang membuat tanda peringatan berupa gunung-gunungan, membuat undakan untuk hutan Samida, membuat Sahiyang Telaga Rena Mahawijaya (dibuat) dalam (tahun) Saka "Panca Pandawa Mengemban Bumi".
Hutan Samida yang disebut pada prasasti diduga berada di tempat yang sekarang menjadi Kebun Raya Bogor. Sedangkan candra sangkala "Panca Pandawa Mengemban Bumi" berarti 5541, jika dibalik adalah 1455 Saka (1533 Masehi). Sekitar tahun itu sudah berdiri Kesultanan Banten, dan era Kerajaan Majapahit telah berakhir. Scipio membuat laporan kepada Gubernur Jenderal Joanes Camphuijs yang ditulis pada 23 Desember 1687 dan menyebutkan bahwa puing istana Pajajaran, terutama tempat duduk raja, dikerumuni dan dirawat oleh sejumlah besar harimau. Diduga dari sinilah muncul mitos bahwa pasukan Pajajaran telah berganti wujud menjadi harimau.
Lokasi Prasasti Batutulis berada di Jl. Batutulis No.54, Bogor. Lokasi GPS : -6.6237, 106.80887, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Jam buka : 08.00 - 16.00. Harga tiket masuk gratis, sumbangan sukarela. Hotel di Bogor, Hotel di Bogor Kota, Peta Wisata Bogor, Tempat Wisata di Bogor.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.