Bangka, Bangka Belitung, Kelenteng, Pangkalpinang

Kelenteng Dewi Kwan Im Sampur Pangkalpinang

Kelenteng Dewi Kwan Im Sampur Pangkalpinang, Pulau Bangka, adalah kelenteng berikutnya yang kami kunjungi setelah meninggalkan Kelenteng Kwan Tie Miaw dan setelah mengambil foto Bioskop Benteng kuno yang nasibnya ketika itu tidak menentu dengan dibangunnya kompleks mal di sekitarnya.

Saya tidak ingat persis berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mencapai Kelenteng Dewi Kwan Im Sampur ini, namun perbedaan waktu antara foto terakhir yang diambil di Bioskop Benteng dengan foto pertama di kelenteng adalah kurang dari 15 menit. Lokasi kelenteng berada dekat pantai Sampur (Samfur), Air Itam, kecamatan Bukit Intan, Pangkalpinang, Pulau Bangka. Karena kelenteng ini adalah milik seseorang yang juga berprofesi sebagai tabib maka di dalam area kelenteng ada ruang khusus yang dipergunakan oleh sang tabib untuk berpraktek, yang menurut teman saya Petrus Sinpo Simanjuntak, akan kesurupan ketika melakukan ritual pengobatannya.

Suasana Kelenteng ini agak sepi, karena hanya kami yang berada di sana ketika itu. Barangkali saat itu bukan waktu kunjungan yang lazim, namun demikian pintu di dua atau tiga bangunan di dalam kompleks itu tetap terbuka lebar bagi para pengunjung tanpa ada penjagaan.

kelenteng dewi kwan im sampur pangkalpinang

Di sebelah kiri adalah altar dengan Hiolo Thian (Dewa Langit) di dalamnya yang diperuntukkan bagi peziarah yang hendak bersembahyang bagi Dewa Langit. Pilar bangunan beratap tumpang ini dibelit oleh naga yang dibuat dengan detail indah. Di sebelah kanan adalah Patung Dewi Kwan Im berukuran raksasa, yang berdiri di atas kelopak bunga teratai, dengan tinggi mencapai 10 meter. Dua orang murid sang Dewi dan dua ekor kura-kura yang melambangkan umur panjang, terlihat berjaga di dekatnya.

Di sebelah kanan patung terdapat sejumlah cungkup altar, salah satu diantaranya terdapat patung bertangan 18 yang menggambarkan Dewi Kwan Yin atau Kwan Im serta dua dewa lainnya belum lagi saya tengarai, yang satu diantaranya berdiri di atas belitan seekor ular naga. Dewi Kwan Im pertama dikenal di Tiongkok pada abad pertama SM bersama masuknya agama Buddha dari India, meskipun kepercayaan Tiongkok Kuno sudah jauh hari mengenalnya sebagai dewi welas asih berjubah putih.

Avalokitesvara adalah nama Sanskerta dari Kwan She Im Phosat. Aslinya berwujud laki-laki di India, dan juga di Tiongkok sampai abad ke-10. Sekitar abad ke-11, beberapa penganutnya menggambarkannya sebagai sosok wanita, dan sejak jaman Dinasti Ming sekitar pada abad ke-15, Kwan Im dikenal sepenuhnya sebagai wanita. Dewi Kwan Im dipuja karena dipercaya dapat menolong dan mendengar ratapan yang masih hidup, serta sebagai dewi pengampunan yang penuh belas kasihan. Ia turun ke bumi untuk menerima doa – doa atau mendengarkan ratap tangis dari para pemeluknya.

kelenteng dewi kwan im sampur pangkalpinang

Di Kelenteng Dewi Kwan Im Sampur Pangkalpinang terdapat pula altar untuk memuja Kong Hu Cu (Konfusius). Konfusius (551 SM – 479 SM) adalah ahli filsafat yang mementingkan moralitas pribadi dan pemerintahan, dan sangat terkenal karena asasnya yang kuat pada sifat-sifat tradisonal Tionghoa. Ia dianggap sebagai nabi oleh para pemeluk agama Kong Hu Cu.

Setelah Konfusius meninggal, sejumlah muridnya membuat beberapa kitab yang berisi ajaran Konfusius, seperti Analek yang berisi catatan percakapan antara Konfusius dengan murid-muridnya, Zong Yong yang merupakan kumpulan ajaran Konfusius mengenai jalan tengah, dan Da Xue yang berisi ajaran Konfusius.

Sebuah patung kura-kura kecil yang naik di atas kura-kura lain berbadan jauh lebih besar diletakkan di depan patung raksasa Dewi Kwan Im. Kura-kura yang berbadan besar indah itu digambarkan berkaki dan berkepala naga. Di ujung kanan sana terlihat sebuah patung pendeta berwarna keemasan dengan posisi tangan Abhaya mudra yang melambangkan ketidakgentaran atau ketidaktakutan.

kelenteng dewi kwan im sampur pangkalpinang

Rupang Fu Lu Shou atau tiga dewa, yaitu Fu Xing (tengah, Dewa Keberuntungan), Lu Xing (kiri, menggendong anak laki-laki, Dewa Kekayaan), dan Shou Xing (kanan, memegang botol labu berisi obat keabadian, Dewa Umur Panjang). Mereka dipuja untuk mendapatkan apa yang selalu diidamkan setiap orang, yaitu keberuntungan, kekayaan, dan umur panjang.

Arca Fu Xing digambarkan sebagai pejabat pemerintahan surga yang membawa gulungan bertulis karakter Fu dan tongkat ruyi. Lao Tzu berkata bahwa meskipun kekacauan dan keberuntungan susah diduga, tetapi umat manusia dapat berusaha untuk mencapai fu (keberuntungan). Menurutnya, kekacauan dan keberuntungan tidak memiliki pintu, dan manusia harus menemukan jalannya sendiri untuk masuk atau keluar dari dalam keduanya.

Altar lainnya di Kelenteng Dewi Kwan Im Sampur dipersembahkan bagi Hok Tek Ceng Sin, sosok Dewa Bumi dan merupakan pelindung masyarakat, dewa kekayaan dan pemberi rejeki, yang altarnya diletakkan sejajar dengan altar dewa lain. Dulu pemujaan kepada Dewa Bumi biasanya dilakukan sehabis panen raya sebagai wujud syukur atas hasil panen yang melimpah.

Ada pula altar Dewa Bumi lokal (Tu Di Gong) yang diletakkan sejajar dengan lantai kelenteng. Arca Tu Di Gong juga sering dipajang di rumah karena dipercaya mengusir roh jahat. Altar lainnya di Kelenteng Dewi Kwan Im Sampur Pangkalpinang diperuntukkan bagi Kwan Kong yang mengenakan pakaian perang dan bersenjata golok bergagang panjang, berjejer dengan patung sejumlah dewa lainnya. Banyak diantara mereka digambarkan berjenggot lebat yang berwarna hitam pekat.


Kelenteng Dewi Kwan Im Bangka

Alamat : Pantai Sampur, Air Itam, Kecamatan Bukit Intan, Pangkalpinang, Bangka. Lokasi GPS : -1.895162, 106.146319, Waze. Hotel di Sungaliat, Peta, Hotel di Bangka . Tempat Wisata di Bangka.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! September 10, 2020.