Dago Tea House Bandung, yang juga dikenal sebagai Dago Thee Huis pada jaman penjajahan Belanda, adalah sebuah tempat nyaman yang terletak di daerah perbukitan di Bandung utara, dimana suhu udara jauh lebih sejuk dan pemandangannya lebih hijau dibanding bagian kota yang lain.
Ketika saya masih kuliah di Bandung di awal tahun delapan puluhan, bangunan Dago Tea House masih dikelilingi oleh area terbuka yang luas dengan tempat duduk di bawah payung-payung besar yang menebar di sekitar lokasi, dinaungi oleh beberapa pohon tinggi yang sangat rimbun. Anak muda biasanya bercengkerama di sana sambil menikmati makanan dan minuman, serta melihat pemandangan kota Bandung bawah. Sejak saat itu Dago Tea House telah mengalami beberapa kali renovasi besar yang telah menjadi seperti sekarang, dengan ruang terbuka lebih sedikit tetapi lebih banyak fasilitas sebagai kompensasinya.
Meskipun jalanan kota Bandung seringkali memusingkan, bahkan bagi orang seperti saya yang pernah tinggal di sana selama hampir enam tahun, namun sangatlah mudah untuk menemukan Dago Tea House yang tak begitu jauh dari Simpang Dago ini.
Teater terbuka Dago Tea House bisa dibilang cukup luas, dilengkapi dengan sistem pencahayaan dari bagian belakang penonton, sedangkan sistem suara tampaknya dipasang sesuai kebutuhan pemakainya. Foto itu diambil dengan teknik bulb karena sangat rendahnya pencahayaan pada malam hari itu.
Di tempat ini setiap Sabtu malam ditampilkan pagelaran seni budaya Sunda, seperti Jaipong, karawitan, angklung, pantun bubun, sandiwara, tembang sunda, dan wayang golek. Di bagian atas teater Dago Tea House terdapat restoran cukup nyaman dimana anda bisa menyantap makanan sambil menikmati tontonan dan menghirup udara segar Bandung Utara.
Selain Arena Panggung Terbuka yang mampu menampung sampai 1.200 penonton itu, juga ada Teater Taman yang berukuran lebih kecil. Ada pula sebuah Galeri seni yang dulu dikenal sebagai “Roemah Teh”, Sanggar Seni Tari, perpustakaan, dan kios untuk tempat penjualan cindera mata.
Malam hari itu kami masih bisa menikmati pemandangan Kota Bandung dari beberapa saung di Dago Tea House yang terbuat dari batang dan anyaman bambu. Meskipun panoramanya tidak lagi sejelas dan seindah beberapa tahun yang lalu karena berdirinya cukup banyak bangunan baru di bawah Dago Tea House yang menghalangi pemandangan. Restoran yang menyediakan menu berbagai makanan khas Sunda ini berada di sebelah kiri dan belakang teater terbuka.
Kami memilih duduk di salah satu saung untuk makan malam di sana. Makanan yang kami pesan saat itu adalah Nasi Goreng Dago Tea House, makanan yang disukai hampir semua orang, serta Ayam bakar Dago Tea House. Sedangkan untuk minumnya adalah bajigur dan bandrek, minuman khas Bandung.
Bajigur dan Bandrek, telah datang terlebih dahulu sebelum makanan datang. Minuman Bajigur terbuat dari santan dan gula aren, menggunakan daun pandan sebagai pewangi, ditambah dengan potongan kecil roti tawar dan kolang-kaling. Bajigur rasanya manis karena adanya gula arean.
Sedangkan Bandrek dibuat dari jahe, kayu manis, adas, cengkeh, ketumbar, kapulaga, , serai, gula aren dan cabai. Kadang-kadang ditambah juga susu kental manis, dan juga potongan daging kelapa muda yang segar. Bandrek rasanya hangat dan kuat karena adanya jahe yang takarannya biasanya banyak.
Kegemaran saya adalah ketika keduanya dicampur, karena rasa Bajigur terlalu manis buat saya, dan rasa Bandrek terlalu pedas, sehingga campuran keduanya (50:50) merupakan komposisi yang sangat pas buat saya. Anda tidak akan menemukan campuran ini dalam menu, dan perlu sedikit membujuk pelayan untuk menyiapkannya buat Anda.
Ayam bakar Dago Tea House lezat yang kami pesan saat itu ditemani nasi hangat yang dibakar dalam bungkus daun pisang, dihidangkan dengan lalapan dan sambal. Ini adalah salah satu makanan khas yang bisa Anda temukan di sana, selain tentunya nasi goreng, dan makanan laut.
Jika Anda datang dari arah Jakarta, ambil pintu keluar Pasteur. Setelah membayar tol dan melewati lampu merah, ambil jalan layang dan lalu turun pada jalan keluar yang pertama; ambil jalan lurus dan lalu berbelok ke kiri masuk ke Jl. Dago, kemudian terus lurus melewati tiga lampu merah dan Anda akan melewati McD di sebelah kiri di daerah Simpang Dago.
Ikuti terus jalan yang mulai menanjak, Anda akan melewati Hotel Sheraton di sebelah kanan dan Hotel Jayakarta di sebelah kiri. Beberapa meter setelah Hotel Jayakarta, carilah papan penanda Dago Tea House di sebelah kiri jalan. Masuk dan ikuti jalan itu sampai Anda menemui tempat parkir Dago Tea House.
Panduan di Bandung : Rute Bandros / Hotel di Ciwidey / Hotel di Lembang / Tempat Wisata di Bandung / Peta Wisata Bandung / Tempat Wisata di Bandung Selatan / Hotel di Bandung / Hotel Murah di Bandung.
Ketika saya masih kuliah di Bandung di awal tahun delapan puluhan, bangunan Dago Tea House masih dikelilingi oleh area terbuka yang luas dengan tempat duduk di bawah payung-payung besar yang menebar di sekitar lokasi, dinaungi oleh beberapa pohon tinggi yang sangat rimbun. Anak muda biasanya bercengkerama di sana sambil menikmati makanan dan minuman, serta melihat pemandangan kota Bandung bawah. Sejak saat itu Dago Tea House telah mengalami beberapa kali renovasi besar yang telah menjadi seperti sekarang, dengan ruang terbuka lebih sedikit tetapi lebih banyak fasilitas sebagai kompensasinya.
Meskipun jalanan kota Bandung seringkali memusingkan, bahkan bagi orang seperti saya yang pernah tinggal di sana selama hampir enam tahun, namun sangatlah mudah untuk menemukan Dago Tea House yang tak begitu jauh dari Simpang Dago ini.
Teater terbuka Dago Tea House bisa dibilang cukup luas, dilengkapi dengan sistem pencahayaan dari bagian belakang penonton, sedangkan sistem suara tampaknya dipasang sesuai kebutuhan pemakainya. Foto itu diambil dengan teknik bulb karena sangat rendahnya pencahayaan pada malam hari itu.
Di tempat ini setiap Sabtu malam ditampilkan pagelaran seni budaya Sunda, seperti Jaipong, karawitan, angklung, pantun bubun, sandiwara, tembang sunda, dan wayang golek. Di bagian atas teater Dago Tea House terdapat restoran cukup nyaman dimana anda bisa menyantap makanan sambil menikmati tontonan dan menghirup udara segar Bandung Utara.
Selain Arena Panggung Terbuka yang mampu menampung sampai 1.200 penonton itu, juga ada Teater Taman yang berukuran lebih kecil. Ada pula sebuah Galeri seni yang dulu dikenal sebagai “Roemah Teh”, Sanggar Seni Tari, perpustakaan, dan kios untuk tempat penjualan cindera mata.
Malam hari itu kami masih bisa menikmati pemandangan Kota Bandung dari beberapa saung di Dago Tea House yang terbuat dari batang dan anyaman bambu. Meskipun panoramanya tidak lagi sejelas dan seindah beberapa tahun yang lalu karena berdirinya cukup banyak bangunan baru di bawah Dago Tea House yang menghalangi pemandangan. Restoran yang menyediakan menu berbagai makanan khas Sunda ini berada di sebelah kiri dan belakang teater terbuka.
Kami memilih duduk di salah satu saung untuk makan malam di sana. Makanan yang kami pesan saat itu adalah Nasi Goreng Dago Tea House, makanan yang disukai hampir semua orang, serta Ayam bakar Dago Tea House. Sedangkan untuk minumnya adalah bajigur dan bandrek, minuman khas Bandung.
Bajigur dan Bandrek, telah datang terlebih dahulu sebelum makanan datang. Minuman Bajigur terbuat dari santan dan gula aren, menggunakan daun pandan sebagai pewangi, ditambah dengan potongan kecil roti tawar dan kolang-kaling. Bajigur rasanya manis karena adanya gula arean.
Sedangkan Bandrek dibuat dari jahe, kayu manis, adas, cengkeh, ketumbar, kapulaga, , serai, gula aren dan cabai. Kadang-kadang ditambah juga susu kental manis, dan juga potongan daging kelapa muda yang segar. Bandrek rasanya hangat dan kuat karena adanya jahe yang takarannya biasanya banyak.
Kegemaran saya adalah ketika keduanya dicampur, karena rasa Bajigur terlalu manis buat saya, dan rasa Bandrek terlalu pedas, sehingga campuran keduanya (50:50) merupakan komposisi yang sangat pas buat saya. Anda tidak akan menemukan campuran ini dalam menu, dan perlu sedikit membujuk pelayan untuk menyiapkannya buat Anda.
Ayam bakar Dago Tea House lezat yang kami pesan saat itu ditemani nasi hangat yang dibakar dalam bungkus daun pisang, dihidangkan dengan lalapan dan sambal. Ini adalah salah satu makanan khas yang bisa Anda temukan di sana, selain tentunya nasi goreng, dan makanan laut.
Jika Anda datang dari arah Jakarta, ambil pintu keluar Pasteur. Setelah membayar tol dan melewati lampu merah, ambil jalan layang dan lalu turun pada jalan keluar yang pertama; ambil jalan lurus dan lalu berbelok ke kiri masuk ke Jl. Dago, kemudian terus lurus melewati tiga lampu merah dan Anda akan melewati McD di sebelah kiri di daerah Simpang Dago.
Ikuti terus jalan yang mulai menanjak, Anda akan melewati Hotel Sheraton di sebelah kanan dan Hotel Jayakarta di sebelah kiri. Beberapa meter setelah Hotel Jayakarta, carilah papan penanda Dago Tea House di sebelah kiri jalan. Masuk dan ikuti jalan itu sampai Anda menemui tempat parkir Dago Tea House.
Tentang Dago Tea House
Lokasi Dago Tea House berada di Jl. Bukit Dago Utara No. 53, Bandung, dengan nomor telepon 022-2505365, dan lokasi GPS -6.869393, 107.617492, Waze.Panduan di Bandung : Rute Bandros / Hotel di Ciwidey / Hotel di Lembang / Tempat Wisata di Bandung / Peta Wisata Bandung / Tempat Wisata di Bandung Selatan / Hotel di Bandung / Hotel Murah di Bandung.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.