Bandung, Jawa Barat, Kereta Api

Kereta Api Argo Parahyangan

Setelah cukup lama saya tidak naik kereta api dari Bandung - Jakarta atau sebaliknya, beberapa waktu lalu kami punya kesempatan untuk kembali menggunakan jasa Kereta Api Argo Parahyangan Bandung - Jakarta pulang pergi untuk suatu urusan di sebuah tempat. Dengan semakin macetnya jalan tol, kereta api menjadi lebih menarik.

Keunggulan naik jalur kereta api Argo Parahyangan Jakarta - Bandung sepanjang 173 km ini adalah perasaan yang lebih santai dan lebih aman setelah berada di kereta, keleluasaan meluruskan kaki karena ruang cukup lapang, dan bisa berjalan santai di sepanjang gang gerbong. Kelebihan lainnya adalah panorama indah perbukitan, sawah, jembatan kereta api yang hendak dilewati, jalan tol dan jembatan Jalan Tol Cipularang, yang semuanya bisa dinikmati dari balik jendela gerbong kereta.

Ada pula sensasi ketika kereta api masuk ke dalam Terowongan Sasaksaat yang dibangun SS (Staatsspoorwagen) antara tahun 1902-1903. Terowongan ini berada di jalur Purwakarta - Padalarang di kilometer 143 - 144 antara Stasiun Sasaksaat dan Stasiun Maswati, menembus Bukit Cidepong di Kampung Sasaksaat, Desa Sumurbandung, Cipatat, Bandung Barat.

Panorama sawah bertingkat dengan bulir padi yang sebagian telah menguning dan tak lama lagi bakal siap dipanen adalah salah satu yang saya nikmati dalam perjalanan dari Bandung ke Jakarta. Adanya tali-tali dengan tempelan kain warna-warni untuk menggebah burung sama sekali tidak mengurangi keindahan yang tersaji.

Sewaktu perjalanan dari Jakarta ke Bandung memang saya tak mengambil foto, hanya menikmati pemandangannya saja. Namun pemandangan sekitar memang tampaknya lebih indah dalam perjalanan Bandung - Jakarta, ketimbang sebaliknya. Faktor dimana kita duduk juga ikut menentukan apa yang penumpang kereta akan lihat.

Jalur kereta api Jakarta Bandung dibangun pada 10 April 1869 oleh Belanda, dan kemudian mengoperasikan kereta api yang diberi nama Vlugge Vier dengan memakai lokomotif uap C28 berkecepatan sampai 90 km/jam, tercepat waktu itu. Penumpangnya adalah orang-orang kaya dan pejabat Belanda pada jaman itu.

Pada satu ketika saya melihat sepotong ruas Jalan Tol Cipularang dengan gorong-gorong kering di bawahnya terlihat dari balik jendela kereta api yang tengah melaju. Jalan non-tol yang terlihat saat itu tampaknya adalah jalan ke Cikamuning yang biasa digunakan oleh truk besar setelah keluar dari jalan tol Cipularang lantaran tidak diperbolehkan lewat. Meskipun ada goncangan gerbong kereta, dan kereta pun melaju dengan kecepatan lumayan, namun hasil pemotretan tak begitu buruk, dan hanya memakai gadget Samsung Galaxy Note generasi yang pertama lantaran tak membawa DSLR.

Salah satu pemandangan elok yang terlihat dari dalam kereta adalah jembatan panjang di Jalan Tol Cipularang, yang merupakan salah satu dari lima jembatan di sepanjang jalan tol itu. Lima jembatan itu adalah Ciujung 500 meter, Cisomang 252 meter, Cikubang 520 meter, Cipada 720 meter, dan Cimeta 400 meter. Dari dalam gerbong Kereta Api Argo Parahyangan saya juga bisa melihat beberapa jembatan kereta api beberapa saat sebelum melewatinya. Ada pula jembatan kereta api yang saya lihat setelah melewatinya cukup jauh.

Setelah jaman republik, Vlugge Vier berganti nama KA Parahijangan. Pada 31 Juli 1971 ejaannya berubah menjadi KA Parahyangan, hingga dihentikan operasinya pada 26 April 2010 akibat jumlah penumpang turun drastis setelah dibukanya Jalan tol Cipularang. KA Parahyangan kemudian dilebur dengan KA Argo Gede menjadi KA Argo Parahyangan.

Pemandangan jalan tol Cipularan bisa terlihat di beberapa tempat di sepanjang perjalanan. Artinya dari jalan tol pun orang bisa melihat kereta lewat, dan juga menjadi pemandangan menarik bagi mereka, jika beruntung, karena kereta tak lewat setiap saat.

Jika naik Kereta Api Argo Parahyangan dari Jakarta ke Bandung baiknya duduk di kursi dekat jendela di lajur paling kanan. Sebaliknya jika dari Bandung ke Jakarta maka baiknya duduk di kursi dekat jendela di lajur paling kiri. Jembatan kereta api paling panjang di jalur Jakarta - Bandung ini adalah Jembatan Cikubang (300 meter), yang ketika kereta lewat di atasnya kita serasa tengah melayang di udara. Jembatan kereta api lainnya yang panjang adalah Jembatan Ciganea dan Cisomang yang masing-masing panjangnya 223 meter dengan tinggi 72 meter.

kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta kereta api argo parahyangan bandung jakarta

Ada delapan kali keberangkatan KA Argo Parahyangan dari Stasiun Gambir - Stasiun Bandung setiap harinya. Hari Sabtu dan Minggu ada sembilan kali keberangkatan untuk melayani jumlah penumpang yang meningkat. Jadwal harian Kereta Api Jakarta - Bandung dan sebaliknya bisa di lihat di situs tiket PT KAI.

Tentang Argo Parahyangan

Trayek : Stasiun Gambir, Jakarta - Stasiun Bandung, Jawa Barat. Lokasi GPS : -6.1765503, 106.8308133, Waze. Rute Bandros, Tempat Wisata di Bandung, Peta Wisata Bandung, Hotel Murah di Bandung, Hotel di Bandung


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Januari 17, 2019.