Banyuwangi, Jawa Timur, Kuliner, Seni Budaya

Sanggar Genjah Arum Banyuwangi

Sanggar Genjah Arum di Desa Wisata Kemiren, Kabupaten Banyuwangi, menawarkan nuansa asli rumah dan seni budaya Suku Osing, yaitu penduduk asli Banyuwangi yang merupakan penetap mayoritas di beberapa kecamatan di wilayah ujung timur Pulau Jawa ini.

Suku Osing juga disebut Jawa Osing, Laros (lare osing) atau Wong Blambangan. Nama julukan yang disebut terakhir mengingatkan pada Menak Jinggo atau Minak Jinggo, yaitu pemberontak sakti mandraguna dalam cerita Jawa klasik era Majapahit yang ditaklukkan oleh Damarwulan. Namun belakangan ada menganggapnya justru sebagai pahlawan.

Kembali ke Sanggar Genjah Arum. Di tempat wisata seni budaya dan kuliner ini pengunjung bisa melihat sejumlah rumah adat Suku Osing dengan koleksi pernik khas Banyuwangi dalam nuansa tradisi yang kuat. Di tempat ini Anda juga bisa menyaksikan gelaran kesenian asli Banyuwangi sambil menyeruput Kopai Osing dan jajanan lokal.

Kopi Osing Sanggar Genjah Arum Othek oleh ibu-ibu sepuh suku Osing di Sanggar Genjah Arum

Tamu yang datang ke Sanggar Genjah Arum akan disambut dengan Tari Barong Kemiren sebagai simbol kebersamaan, serta penampilan Othek berupa bebunyian ritmis unik yang keluar dari lubang lesung ketika dihempas alu yang dilakukan oleh beberapa perempuan sepuh suku Osing.

Pemilik Sanggar Genjah Arum adalah seorang pencecap dan peracik kopi ulung kelahiran tahun 1957 bernama Setiawan atau Iwan Subekti. Nama Genjah Arum ia gunakan terinspirasi dari nama varietas padi yang banyak ditanam secara organik di wilayah Banyuwangi.

Sambil duduk santai, pengunjung dihibur dengan Tari Gandrung Banyuwangi yang sudah terkenal hingga ke manca negara. Ketika penari mengalungkan selendangnya kepada Anda, maka itu artinya Anda menjadi orang yang terpilih untuk menari bersama.

Pernak pernik dan Kopai Osing

Makanan tradisional kampung seperti kue cucur, tempe goreng, tahu goreng, pisang goreng, singkong rebus, juga dihidangkan, selain makan makanan enak, serta buah-buahan yang sedang musim, seperti manggis dan durian.

Iwan mulai membeli rumah adat Osing sejak tahun 90-an, yang kini bisa dilihat oleh pengunjung di kompleks sanggarnya. Di sana ada tujuh rumah adat Osing yang sudah tua, dengan rumah paling besar berumur lebih dari 100 tahun ketika ia beli. Semua rumah menggunakan pasak dengan sistem bongkar pasang, yang mengingatkan saya pada Rumah Adat Woloan.

Rumah adat Osing menggunakan Kayu Benda atau Bendo (Artocarpus elasticus) yang juga dikenal dengan nama Bakil (Melayu), Kokap (Madura), Kalam (Mentawai), Taeng (Makassar), Tarok (Minangkabau), Teureup (Sunda), dan Torop (Karo). Di Pulau Kalimantan, orang menyebut Kayu Benda sebagai Erap, Kapua, Kumut, atau Pekalong. Sifat kayunya ringan, tahan bentangan, dan tahan hama.

Setiap rumah adat Osing memiliki makna filosofis yang berbeda. Dua sisi atap Rumah Crocogan menggambarkan hubungan pria wanita yang sudah bersatu dalam pernikahan. Rumah Tikel Balung dengan tiga atap melambangkan susah senang dalam membina rumah tangga. Sedangkan Rumah Baresan dengan empat atap menyiratkan kematangan dalam berumah tangga dan kemapanan ekonomi.

Rumah Adat Osing dan Gandrung Banyuwangi

Satu diantara rumah adat Osing di Sanggar Genjah Arum dibuat menjadi kedai kopi yang dinamai Kopai Osing, dengan meja bar dan bermacam alat untuk memproses biji kopi hingga menjadi secangkir kopi yang siap dinikmati para tamu. Pengunjung juga bisa membeli kopi bubuk atau biji kopi untuk dibawa pulang.

Sanggar Genjah Arum

Desa Kemiren, Kecamatan Glagah, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur. Nomor telepon: +62333413889 (Kantor), +6282337690069 (Yanti Dwi Lestari), +6282301003966 (Setiawan). Jam buka: 08.00 - 16.00. Hari besar tutup.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! November 30, 2022.