Ada wawancara menarik di channel YouTube Akbar Faisal, dimana AF mewawancarai I Nyoman Nuarta secara daring tentang keterlibatannya dalam perancangan IKN (Ibu Kota Negara), serta juga menyinggung mahakaryanya yang menjadi ikon di Bali yaitu patung Garuda Wisnu Kencana.
Ada sejumlah informasi baru dari pematung kondang ini tentang IKN yang belum pernah saya dengar sebelumnya di media sosial yang saya ikuti. Entah memang baru dikatakan olehnya dalam wawancara ini atau sebenarnya sudah pernah ia katakan namun lolos dari perhatian.
Meski kalimat yang dikeluarkan AF dalam wawancara terkesan cenderung negatif dan atau pesimis soal IKN, namun Nyoman Nuarta menjawabnya dan menyikapinya dengan sangat terbuka dan dengan kalimat lugas, tanpa terpengaruh dengan nuansa kepesimisan AF. Coba simak videonya, dan tulis pendapat Anda di komentar.
Simak video wawancaranya, atau klik di sini.
Bahwa IKN dirancang dengan kehati-hatian salah satunya bisa disimpulkan dari pernyataan I Nyoman Nuarta bahwa sejauh ini ia tidak dibayar (oleh pemerintah) untuk desain IKN yang telah ia buat. Ia dengan ringan hati mengeluarkan uang pribadi untuk riset dan hal lainnya terkait IKN.
Itu karena saat ia membuat pekerjaan desainnya, UU IKN belum lagi diketuk pengesahannya oleh DPR, sehingga akan mudah dipersoalkan jika pemerintah membayar kepadanya untuk sesuatu yang belum ada dasar hukumnya. Kini, setelah UU IKN disahkan, tentu ia akan dengan senang hati menerima imbalan atas kerja kreatif dan jerih payahnya.
Namun yang harus dihargai adalah bahwa I Nyoman Nuarta lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dalam membuat desain IKN, ketimbang apa yang akan ia terima nanti secara finansial. Semangat dan visi kebangsaannya itu juga yang ia tuangkan dalam membuat rancangan IKN, khususnya kompleks Istana Presiden.
Ia bahkan melangkah lebih jauh lagi yaitu dengan menawarkan kepada Presiden Jokowi untuk ikut mengumpulkan dana pembangunan IKN dengan cara membuat karya seni patung IKN yang ia akan tawarkan kepada para kolektor kelas kakap yang menjadi langganannya. Hanya saja Presiden Jokowi tampaknya masih hendak mempelajari idenya itu lebih dulu. Sebuah langkah kehati-hatian yang lainnya.
Hal lain yang juga menarik adalah soal luas kompleks istana kepresidenan yang semula "hanya" sekian hektar kemudian diperbesar atas masukan I Nyoman Nuarta, meskipun tak sebesar yang INN usulkan.
Nah, yang tak kalah menariknya adalah akan adanya botanical garden semacam Kebun Raya Bogor atau botanical garden di Sydney di bagian depan kompleks istana kepresidenan yang saat wawancara ini dibuat sedang dirancang oleh I Nyoman Nuarta bersama team-nya.
Masih ada lagi sejumlah informasi menarik lainnya dari video di atas, selain rancangan visual elok IKN yang Nyoman Nuarta tampilkan dalam wawancara.
Lepas dari nuansa kepesimisan AF, yang barangkali gayanya memang seperti itu dalam melakukan wawancara, kita patut berterima kasih kepadanya atas wawancara dengan INN yang membuka ke publik cukup banyak hal yang sebelumnya belum diketahui.
Terakhir, bagi kita semua yang waras dan bebas dari virus busuk, tentu berharap pembangunan IKN bisa berjalan dengan baik. Kritik dan saran adalah hal yang biasa dan patut diapresiasi, namun pikir dan ucap tindak destruktif adalah soal lain yang harus disikapi sewajarnya.
Ada sejumlah informasi baru dari pematung kondang ini tentang IKN yang belum pernah saya dengar sebelumnya di media sosial yang saya ikuti. Entah memang baru dikatakan olehnya dalam wawancara ini atau sebenarnya sudah pernah ia katakan namun lolos dari perhatian.
Meski kalimat yang dikeluarkan AF dalam wawancara terkesan cenderung negatif dan atau pesimis soal IKN, namun Nyoman Nuarta menjawabnya dan menyikapinya dengan sangat terbuka dan dengan kalimat lugas, tanpa terpengaruh dengan nuansa kepesimisan AF. Coba simak videonya, dan tulis pendapat Anda di komentar.
Bahwa IKN dirancang dengan kehati-hatian salah satunya bisa disimpulkan dari pernyataan I Nyoman Nuarta bahwa sejauh ini ia tidak dibayar (oleh pemerintah) untuk desain IKN yang telah ia buat. Ia dengan ringan hati mengeluarkan uang pribadi untuk riset dan hal lainnya terkait IKN.
Itu karena saat ia membuat pekerjaan desainnya, UU IKN belum lagi diketuk pengesahannya oleh DPR, sehingga akan mudah dipersoalkan jika pemerintah membayar kepadanya untuk sesuatu yang belum ada dasar hukumnya. Kini, setelah UU IKN disahkan, tentu ia akan dengan senang hati menerima imbalan atas kerja kreatif dan jerih payahnya.
Namun yang harus dihargai adalah bahwa I Nyoman Nuarta lebih mengedepankan kepentingan bangsa dan negara dalam membuat desain IKN, ketimbang apa yang akan ia terima nanti secara finansial. Semangat dan visi kebangsaannya itu juga yang ia tuangkan dalam membuat rancangan IKN, khususnya kompleks Istana Presiden.
Ia bahkan melangkah lebih jauh lagi yaitu dengan menawarkan kepada Presiden Jokowi untuk ikut mengumpulkan dana pembangunan IKN dengan cara membuat karya seni patung IKN yang ia akan tawarkan kepada para kolektor kelas kakap yang menjadi langganannya. Hanya saja Presiden Jokowi tampaknya masih hendak mempelajari idenya itu lebih dulu. Sebuah langkah kehati-hatian yang lainnya.
Hal lain yang juga menarik adalah soal luas kompleks istana kepresidenan yang semula "hanya" sekian hektar kemudian diperbesar atas masukan I Nyoman Nuarta, meskipun tak sebesar yang INN usulkan.
Nah, yang tak kalah menariknya adalah akan adanya botanical garden semacam Kebun Raya Bogor atau botanical garden di Sydney di bagian depan kompleks istana kepresidenan yang saat wawancara ini dibuat sedang dirancang oleh I Nyoman Nuarta bersama team-nya.
Masih ada lagi sejumlah informasi menarik lainnya dari video di atas, selain rancangan visual elok IKN yang Nyoman Nuarta tampilkan dalam wawancara.
Lepas dari nuansa kepesimisan AF, yang barangkali gayanya memang seperti itu dalam melakukan wawancara, kita patut berterima kasih kepadanya atas wawancara dengan INN yang membuka ke publik cukup banyak hal yang sebelumnya belum diketahui.
Terakhir, bagi kita semua yang waras dan bebas dari virus busuk, tentu berharap pembangunan IKN bisa berjalan dengan baik. Kritik dan saran adalah hal yang biasa dan patut diapresiasi, namun pikir dan ucap tindak destruktif adalah soal lain yang harus disikapi sewajarnya.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.