Dongeng, Hiburan

Dongeng Anak : Peri dan Dandelion

Dongeng Anak Peri dan Bunga Dandelion ini merupakan terjemahan dan adaptasi dari cerita pendek The Fairies And The Dandelion karangan Abbie Phillips Walker dengan Ilustrasi oleh Rhoda. C. Chase, yang saya salin versi aslinya dari Project Gutenberg .

Moral cerita anak luar negeri yang ditulis dalam bahasa Inggris ini adalah bahwa setiap persoalan ada solusinya, atau ada cara untuk memecahkannya, asalkan kita berpikir dengan kreatif, dan bahwa dalam menginginkan sesuatu kita kadang harus mau berkompromi karena keadaan yang tidak selalu seperti yang kita kehendaki.

Peri dan Bunga Dandelion

Para Peri Bunga berkata bahwa dahulu kala Dandelion tidak punya bunga berwarna kuning atau topi lembut berwarna putih yang dikenakannya setelah bunga kuningnya dilepas.

Begini kisahnya. Dahulu kala, pada suatu malam ketika para Peri Bunga sedang mengadakan pesta pora di sebuah lembah, tiba-tiba terdengar suara tangisan dan rintihan.

Dongeng Anak Peri dan Dandelion

Ratu Peri menghentikan tarian dan memasang telinganya. "Suara itu datang dari atas tanah," katanya, "di antara rerumputan. Cepat, kalian semua, cari tahu siapa yang sedang kesusahan dan kembali ke sini untuk memberi tahu aku."

Maka pergilah para Peri Bunga ke ladang, kebun, dan pematang. Setelah melesat terbang keluar masuk di antara bilah rumput, akhirnya mereka menemukan gulma (tumbuhan liar yang hidup diantara rerumputan) yang tampak aneh dengan daun yang menyerupai gigi singa.

Kelompok gulma yang dikenal sebagai Dandelion itu sedang menangis sambil melantunkan nyanyian sedih:

"Di sini kita tumbuh begitu cerah dan hijau,
Warna rerumputan, dan tidak terlihat.
O duka yang pahit, tapi kami tidak akan berhenti
Sampai Peri Bunga memberi kami puncak kuning."


Para Peri terbang kembali ke Ratu dan menceritakan apa yang mereka dengar.

"Kalau saja mereka meminta warna lain!" kata Ratu Peri Bunga. "Sudah ada begitu banyak bunga kuning sekarang ini. Buttercup, goldenglow, dan Goldenrod akan cemburu jika ada bunga kuning lain masuk ke lingkungan mereka yang cerah. Kembalilah kalian ke sana dan tanyakan apakah mereka akan berhenti menangis jika kita beri mereka puncak putih."

Para Peri pun terbang lagi ke tempat dimana Dandelion menangis dengan membawa pesan Ratu.

"Ratu akan memberimu puncak putih," kata para Peri.

"Tidak, tidak!" sahut mereka, "kuning adalah warna yang harus kami pakai dengan daun hijau kami. Itu warna Matahari dan kami ingin sedekat mungkin seperti dia," dan mereka semua mulai menangis lagi.

"O duka yang pahit, kami tidak akan berhenti
Sampai Peri memberi kita puncak kuning."


Mereka membuat suara tangis yang ribut sehingga para Peri terpaksa menutupkan jari mereka di telinga saat terbang kembali ke tempat Ratu.

Sebatang bilah rumput yang berdiri tinggi akhirnya berkata kepada Ratu Peri Bunga "Diamkan gulma yang berisik itu," katanya kepada Ratu; "Beri saja puncak kuning yang mereka minta agar kami bisa tidur. Kami telah terjaga sejak Matahari terbenam dan sebentar lagi Matahari akan segera terbit."

"Apa yang harus kita lakukan?" kata sang Ratu. "Saya tidak tahu di mana mendapatkan warna kuning yang mereka inginkan."

"Jika kita bisa mendapatkan sinar Matahari," kata salah satu Peri, "kita bisa mendapatkan warna yang mereka dambakan. Tentu saja, kita tidak bisa pergi mendekat ke cahaya yang begitu kuat, tapi para Peri Hutan mungkin bisa membantu kita."

Mereka pun pergi ke para Peri Hutan dan meminta pertolongan mereka untuk mengumpulkan berkas sinar Matahari esok hari, dan lalu membawanya ke lembah pada malam berikutnya.

Para Peri Hutan sangat ingin membantu Peri Bunga, namun Matahari bersinar sangat sedikit pada har itu, dan mereka hanya dapat mengumpulkan beberapa keranjang warna emas cerah.

Ketika Ratu melihat jumlah yang terkumpul, dia merasa putus asa. "Ini tidak akan cukup sampai akhir musim," katanya, "dan mereka akan menangis lebih keras lagi saat puncak kuningnya hilang."

"Mengapa kita tidak membaginya saja di antara mereka?" kata salah satu Peri. "Puncak kuning itu akan bertahan sebentar dan kita bisa memberi mereka puncak putih lembut kita ketika yang kuning telah hilang. Kita bisa melepasnya agar Dandelion bisa memakainya di sisa musim."

Wajah Ratu menjadi cerah. "Hal yang paling penting," katanya, "semoga saja gulma kecil yang berisik itu setuju. Temui para Dandelion itu dan katakan bahwa mereka bisa memakai puncak kuning yang sangat mereka inginkan itu untuk setengah musim, hanya jika mereka bersedia menerima puncak putih kita yang lembut untuk setengah musim sisanya. "

Para Peri bergegas terbang ke Dandelion dan memberi tahu mereka apa yang dikatakan Ratu. Dandelion berhenti menangis dan berkata bahwa mereka akan menerimanya. Sesaat kemudain, Ratu Peri Bungan terbang melayang di atas padang rumput, ladang, taman, dan jalan setapak, sambil menjatuhkan warna emas ke setiap gulma pada saat dia lewat.

Di pagi hari ketika Matahari terbit dan melihat warna cerahnya sendiri menatapnya dari puncak Dandelion, dia sangat terkejut sehingga hampir saja ia diam tak meneruskan perjalanannya untuk naik memanjat langit.

Para Peri Bunga rupanya menepati janji mereka, dan ketika tiba waktunya untuk melepas puncak putihnya yang halus, mereka pun pergi ke tempat para Dandelion dan meletakkannya di setiap batang Dandelion.

Kini Bunga Dandelion tidak menangis lagi, dan rerumputan bisa tertidur nyenyak tanpa gangguan dari sejak matahari terbenam sampai Matahari terbit.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Agustus 08, 2020.