Jawa Tengah, Kelenteng, Semarang

Kelenteng Tay Kak Sie Semarang

Kelenteng Tay Kak Sie Semarang adalah sebuah kelenteng tua yang indah di Kota Semarang yang berdiri sejak tahun 1772. Lokasi kelenteng ini berada di Gang Lombok, di dekat lokasi Pasar Semawis, dengan menyeberang sebuah sungai. Kelenteng dibuat pada mulanya sebagai tempat suci untuk memuja Dewi Kwan Sie Im Po Sat.

Belakangan kelenteng ini juga dipakai sebagai tempat untuk pemujaan dewa dewi lain dari para pengikut ajaran Tao. Rencana awalnya ketika itu adalah mengunjungi Pasar Semawis, namun masih terlalu pagi untuk pergi ke sana. Hanya beberapa warung yang baru saja buka, dan tidak banyak yang bisa dilihat di sana.

Ditemani Senja, kami meninggalkan Pasar Semawis dan berjalan melewati sebuah jembatan di atas sebuah sungai yang airnya keruh, dimana kami melihat sebuah kapal berukuran sedang tengah bersandar di arah sebelah kiri jembatan. Kapal yang tampaknya merupakan simbol bagi pelayaran Laksamana Cheng Ho itu ternyata merupakan bagian dari Kelenteng Tay Kak Sie, yang secara harafiah berarti "Kuil Kesadaran Agung".

Kelenteng Tay Kak Sie Semarang

Tampak depan Kelenteng Tay Kak Sie Semarang, khas bangunan tempat ibadah Tionghoa, dengan ukiran dua ekor naga berhadapan tengah berebut mustika matahari yang indah di atas atapnya. Ada satu naga lagi di masing-masing pinggiran atapnya. Hiolo Thian berukir indah berada beberapa meter di depan gedung utama kelenteng, dan ada patung gagah berdiri berjaga di ujung kiri kanan gedung.

Sebagaimana umumnya tempat ibadah yang normal, tak ada aturan ketat untuk berkunjung ke kelenteng ini, meski datang tidak untuk beribadah. Pengalaman menunjukkan bahwa ada tidaknya aturan ketat bagi pengunjung di tempat ibadah agama dan kepercayaan apa pun, bergantung sepenuhnya pada keluasan atau kesempitan wawasan para pengurusnya saat itu, bukan pada kepercayaan atau agamanya sendiri.

Kelenteng Tay Kak Sie Semarang

Patung Buddha dengan wajah damai duduk di bawah Pohon Bodhi yang terletak di depan Kelenteng Tay Kak Sie Semarang. Sebagaimana umumnya kelenteng lainnya di negeri ini, sebagai akibat kebijakan di jaman orba, kelenteng ini juga adalah Tempat Ibadah Tri-Dharma, yaitu menyediakan altar sembahyang bagi penganut agama Konghucu, Buddha, dan Tao.

Saat itu ada seorang pendeta wanita tengah melakukan sebuah ritual di dalam kelenteng. Ia menabuh bebunyian semacam genta sambil menggumam rapalan doa, dan lalu berjalan menuju ke arah kapal sambil tetap merapal doa di sepanjang langkahnya. Sangat jarang saya melihat ritual semacam ini, namun cukup sering melihat orang berdoa dengan memegang batang hio atau bersujud di depan altar.

Kelenteng Tay Kak Sie Semarang memiliki sebuah patung elok, yang menurut hemat saya, merupakan patung terbaik yang ada di dalam kelenteng. Bentukya adalah patung seorang pria tua dengan wajah teduh itu tengah memancing di sebuah kolam, namun tanpa kail diujung senarnya. Patung itu menggambarkan sosok Kiang Cu Gee atau Jiang Zi-ya, sebagai pengingat tentang tekad, ketekunan dan kesabaran dalam menapak karir, serta untuk mengusir pengaruh jahat.

Konon ketika hendak mengabdikan dirinya kepada Bun Ong dari Kerajaan Chou (Zhou) di wilayah barat, Kiang Cu Gee membuat gubug di tepi Sungai Weishui yang sepi untuk menunggu kesempatan bertemu Wenwang. Selama masa penantian yang berlangsung bertahun-tahun itu ia hidup sebagai pengail ikan, hingga ada bekas lekukan pada batu yang didudukinya. Karena itu ia dipuja sebagai Dewa Kesabaran, dan muncul semboyan masyhur berbunyi 'Kiang Cu Gee mengail, hanya ikan ditakdirkan yang terkail'.

Kiang Cu Gee yang saat itu sudah berumur 80-an tahun akhirnya bertemu Bun Ong dan diangkat sebagai perdana menteri karena kebijaksanaan dan keluasan wawasannya. Ia membantu Bun Ong mengatur jalannya pemerintahan, memperkuat sistem politik, mengembangkan pertanian serta membangun kekuatan militer untuk kemudian menaklukkan wilayah di sekelilingnya yang membuat Kerajaan Chou semakin kuat. Saat Bun Ong wafat dan digantikan Bu Ong anaknya yang nomor 2, 2/3 wilayah Tiongkok telah dipersatukan. Kiang Cu Gee selanjutnya memimpin penyerbuan dan meruntuhkan kerajaan Shang, menandai berdirinya dinasti Chou yang berkuasa selama 800 tahun.

Ada pula arca lain yang juga berwajah teduh di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang, penggambaran sosok yang oleh pengikutnya disebut sebagai Nabi Kong Hu Cu atau Konfusius, atau sering disingkat Kongcu. Ajarannya mengutamakan moralitas pribadi dan pemerintahan, yang menjadi terkenal karena landasan kuatnya pada sifat-sifat tradisonal Tionghoa.

Ada altar Hok Tik Tjing Sien atau Hok Tek Tjeng Sin, Dewa Bumi, yang dipuja oleh para petani dan pedagang untuk mendapatkan berkah rejeki yang berlimpah. Altar pemujaan lainnya diperuntukkan bagi Kwan Seng Tee Kun (Kwan Kong), Tee Tjong Ong Poo Sat (Dewa Pelindung Arwah di Neraka), Hian Thian Siang Tee (Dewa Langit Utara), Buddha, Thian Siang Seng Boo (Dewi Penguasa Laut), Poo Seng Tay Tee (Dewa Obat), Seng Hong Lo Ya (Dewa Pelindung Kota), Thay Sang Lauw Cin (Lao Teze) yang diapit oleh Erl Lang Sen dan Ciu Thien Sien Nie.

Setelah berkunjung ke Kelenteng Tay Kak Sie, kami berhenti untuk beristirahat di warung A Hong yang letaknya hanya beberapa langkah dari Kelenteng Tay Kak Sie, sambil menikmati kacang presto dan Wedang Kacang Tanah. Ia menamakan kacang presto buatannya Li Li Xiang Hua Seng, yang berarti kacang dengan bau yang harum di setiap bijinya.

Kelenteng Tay Kak Sie Semarang tampaknya merupakan tempat yang wajib untuk dikunjungi jika anda sedang berada di Semarang. Untuk sampai ke sana, anda bisa naik taksi atau angkutan umum ke Pasar Semawis, dan lalu naik becak atau berjalan kaki dengan bertanya arah ke orang sekitar.


Kelenteng Tay Kak Sie Semarang

Alamat : Gang Lombok, dekat Pasar Semawis, Semarang. Lokasi GPS : -6.972243, 110.426481, Waze. Harga tiket masuk : gratis, sumbangan diharapkan. Jam buka : sembarang waktu. Rujukan : Hotel di Semarang, Tempat Wisata di Semarang, Peta Wisata Semarang.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Agustus 08, 2020.