Si ibu pendeta, jika bukan Konghucu maka tentulah pendeta Tao, dengan jubah putihnya yang panjang tampak tengah berjalan mendekati sebuah altar sembhayang. Di dekatnya ada begitu banyak deretan lilin dari yang berukuran kecil sampai puluhan kati beratnya, yang semuanya menyala.
Kelenteng Tay Kak Sie memiliki sebuah patung, yang menurut hemat saya, merupakan patung yang terbaik yang ada di dalam Kelenteng. Ia tengah memancing, namun tanpa kail pancing diujungnya sehingga tidak akan melukai ikan yang mendekatinya. Patung ini adalah sosok Kiang Cu Gee atau Jiang Zi-ya, yang menjadi pengingat tentang tekad, ketekunan dan kesabaran dalam menapak karir, serta untuk mengusir pengaruh jahat.
Altar sembahyang bagi dewa Hok Tik Tjing Sien, yang di beberapa kelenteng lain disebut Hok Tek Tjeng Sin atau Dewa Bumi, dewa yang dipuja untuk memperoleh kesuburan tanah pertanian, perdagangan yang menguntungkan dan kemakmuran hidup.
Altar pemujaan di Kelenteng Tay Kak Sie Semarang bagi Dewa Kwan Seng Tee Kun, yang juga dikenal sebagai Kwan Kong, panglima perang dari jaman Sam Kok (Tiga Kerajaan) yang dipuja untuk meniru dan mendapatkan sifat keteladanannya. Tiga kerajaan itu adalah Wei yang didirikan Cao Cao, Shu didirikan Liu Bei, dan Wu yang didirikan oleh Sun Quan.
Sponsored Link