Dari sekian banyak gua dan lorong bawah tanah di Sulawesi Utara, Gua Jepang Kawangkoan Minahasa Sulawesi Utara adalah satu-satunya gua yang sempat saya lihat ketika berkunjung ke daerah itu beberapa waktu lalu. Di Minahasa sendiri setidaknya ada 2 buah gua yang berada di Kawangkoan dan satu gua lagi berada di daerah Tondano Utara.
Di Manado ada cukup banyak gua yang tersebar di beberapa tempat, seperti di Tikala Ares, Tanjung Batu, Singkil Satu, Kairagi, Titiwungen Selatan dan Pakowa. Dari perbincangan dengan Fendy Parengkuan, seorang ahli sejarah yang mengajar di Universitas Sam Ratulangi, sesungguhnya ada banyak lorong bawah tanah di Manado bekas peninggalan perang.
Jika saja satu persatu lorong dan gua bawah tanah itu bisa ditemukan dan diperbaiki, tentu akan menjadi tempat wisata sejarah yang tentu akan sangat menarik bagi wisatawan. Namun jangankan yang belum ada, peninggalan bersejarah yang sudah ada pun waktu itu masih banyak yang kondisinya terlantar, sebagaimana Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini.
Salah satu mulut Gua Jepang Kawangkoan yang ditutup dengan pagar bambu sederhana, entah karena alasan apa, karena tidak ada seorang pun yang bisa dimintai keterangan selama kami sedang berada di sana. Dinding perbukitan dimana mulut gua berada letaknya di pinggir jalan propinsi di antara Desa Kiawa dan Kawangkoan, sekitar 45 km dari Manado.
Orang yang melewati jalan propinsi ini pasti akan melihat keberadaan Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini, jika tidak sedang tidur tentu saja. Hanya saja kebanyakan orang mungkin hanya melirik sekilas tanpa berhenti karena kondisi gua yang saat itu kurang baik, dan tidak ada tempat parkir kendaraan nyaman yang disediakan di seberang jalan.
Kondisi Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini memang terlihat sangat terbengkalai, namun ada tanda-tanda bahwa dahulu pernah ada usaha untuk memperbaikinya. Mungkin karena ketiadaan biaya perawatan, dan mungkin juga karena minimnya minat pengunjung, membuat gua ini pada akhirnya ditinggalkan begitu saja, sampai ada yang tergerak merawatnya.
Mulut Gua Jepang Kawangkoan lainnya letaknya hanya beberapa meter dari mulut gua yang pertama. Meskipun gua ini bisa dimasuki orang, namun tidak ada yang menawarkan jasa penyewaan senter atau lampu petromax agar pengunjung bisa melihat ke dalamnya, sebagaimana Gua Jepang Bandung di Taman Hutan Raya Ir.H.Juanda di Bandung Utara.
Diperkirakan Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini dibangun sekitar tahun 1943, sebagai tempat perlindungan tentara Jepang terhadap serangan pasukan Sekutu, serta tempat penyimpanan logistik dan amunisi mereka. Ada tengara dipasang di depan gua yang terlihat berkarat dimakan waktu, dan entah sudah berapa lama tengara ini terabaikan.
Gua Jepang Kawangkoan Minahasa tentu tidak dibuat sendiri oleh orang atau tentara Jepang, namun adalah hasil pengorbanan dan penderitaan para pekerja pribumi yang dipaksa membuatnya. Merawat gua seperti ini sebagian adalah untuk merawat ingatan kita terhadap kekejaman perang dan penjajahan, serta menghormati penderitaan rakyat yang pembuatnya.
Inilah potret kabur Gua Jepang Kawangkoan Minahasa yang dibuat dalam kegelapan ruangan, setelah masuk beberapa meter ke dalam lorong gua, dengan fokus manual yang tidak fokus dan shutter speed yang sangat rendah tanpa tripod. Foto ini memperlihatkan adanya percabangan gua yang menarik, dan onggokan kusen yang tidak seharusnya berada di sana.
Pinggiran kelokan jalanan mulus di dekat Gua Jepang Kawangkoan Minahasa saat itu berhias deretan spanduk dan baliho kampanye pilkada yang gegap gempita, kontras dengan keterbengkalaian gua. Semoga pasangan yang menang akan memperhatikan kondisi tempat-tempat wisata yang terbengkalai, serta memugarnya kembali sehingga lebih layak jual.
Dengan akses yang sangat mudah, karena berada di tepi jalan raya, baiknya Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini diperbaiki dan ada yang menyediakan senter atau lampu. Apalagi jika ada warung kelapa muda dan area parkir, maka Gua Jepang Kawangkoan akan menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan yang tengah berada ke Minahasa.
Di Manado ada cukup banyak gua yang tersebar di beberapa tempat, seperti di Tikala Ares, Tanjung Batu, Singkil Satu, Kairagi, Titiwungen Selatan dan Pakowa. Dari perbincangan dengan Fendy Parengkuan, seorang ahli sejarah yang mengajar di Universitas Sam Ratulangi, sesungguhnya ada banyak lorong bawah tanah di Manado bekas peninggalan perang.
Jika saja satu persatu lorong dan gua bawah tanah itu bisa ditemukan dan diperbaiki, tentu akan menjadi tempat wisata sejarah yang tentu akan sangat menarik bagi wisatawan. Namun jangankan yang belum ada, peninggalan bersejarah yang sudah ada pun waktu itu masih banyak yang kondisinya terlantar, sebagaimana Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini.
Salah satu mulut Gua Jepang Kawangkoan yang ditutup dengan pagar bambu sederhana, entah karena alasan apa, karena tidak ada seorang pun yang bisa dimintai keterangan selama kami sedang berada di sana. Dinding perbukitan dimana mulut gua berada letaknya di pinggir jalan propinsi di antara Desa Kiawa dan Kawangkoan, sekitar 45 km dari Manado.
Orang yang melewati jalan propinsi ini pasti akan melihat keberadaan Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini, jika tidak sedang tidur tentu saja. Hanya saja kebanyakan orang mungkin hanya melirik sekilas tanpa berhenti karena kondisi gua yang saat itu kurang baik, dan tidak ada tempat parkir kendaraan nyaman yang disediakan di seberang jalan.
Kondisi Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini memang terlihat sangat terbengkalai, namun ada tanda-tanda bahwa dahulu pernah ada usaha untuk memperbaikinya. Mungkin karena ketiadaan biaya perawatan, dan mungkin juga karena minimnya minat pengunjung, membuat gua ini pada akhirnya ditinggalkan begitu saja, sampai ada yang tergerak merawatnya.
Mulut Gua Jepang Kawangkoan lainnya letaknya hanya beberapa meter dari mulut gua yang pertama. Meskipun gua ini bisa dimasuki orang, namun tidak ada yang menawarkan jasa penyewaan senter atau lampu petromax agar pengunjung bisa melihat ke dalamnya, sebagaimana Gua Jepang Bandung di Taman Hutan Raya Ir.H.Juanda di Bandung Utara.
Diperkirakan Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini dibangun sekitar tahun 1943, sebagai tempat perlindungan tentara Jepang terhadap serangan pasukan Sekutu, serta tempat penyimpanan logistik dan amunisi mereka. Ada tengara dipasang di depan gua yang terlihat berkarat dimakan waktu, dan entah sudah berapa lama tengara ini terabaikan.
Gua Jepang Kawangkoan Minahasa tentu tidak dibuat sendiri oleh orang atau tentara Jepang, namun adalah hasil pengorbanan dan penderitaan para pekerja pribumi yang dipaksa membuatnya. Merawat gua seperti ini sebagian adalah untuk merawat ingatan kita terhadap kekejaman perang dan penjajahan, serta menghormati penderitaan rakyat yang pembuatnya.
Inilah potret kabur Gua Jepang Kawangkoan Minahasa yang dibuat dalam kegelapan ruangan, setelah masuk beberapa meter ke dalam lorong gua, dengan fokus manual yang tidak fokus dan shutter speed yang sangat rendah tanpa tripod. Foto ini memperlihatkan adanya percabangan gua yang menarik, dan onggokan kusen yang tidak seharusnya berada di sana.
Pinggiran kelokan jalanan mulus di dekat Gua Jepang Kawangkoan Minahasa saat itu berhias deretan spanduk dan baliho kampanye pilkada yang gegap gempita, kontras dengan keterbengkalaian gua. Semoga pasangan yang menang akan memperhatikan kondisi tempat-tempat wisata yang terbengkalai, serta memugarnya kembali sehingga lebih layak jual.
Dengan akses yang sangat mudah, karena berada di tepi jalan raya, baiknya Gua Jepang Kawangkoan Minahasa ini diperbaiki dan ada yang menyediakan senter atau lampu. Apalagi jika ada warung kelapa muda dan area parkir, maka Gua Jepang Kawangkoan akan menjadi tempat yang menarik untuk dikunjungi para wisatawan yang tengah berada ke Minahasa.
Gua Jepang Kawangkoan Minahasa
Alamat : Jalan Tomohon - Minahasa, Desa Kiawa, Kecamatan Kawangkoan, Minahasa, Sulawesi Utara. Lokasi GPS : 1.213708, 124.789018, Waze. Tempat Wisata di Minahasa, Peta Wisata Minahasa, Hotel di Manado.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.