Jawa Tengah, Jepara, Mantingan, Masjid

Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara

Nama itu sudah lama saya baca, namun baru kali ini saya tahu adanya Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara yang berada di dekat makamnya di Mantingan. Jepara, ketika Hadlirin berkuasa, adalah sebuah kadipaten di bawah Kesultanan Demak, sehingga gelar sultan bagi Pangeran Hadlirin agak terasa janggal.

Hanya saja isterinya memang selalu disebut sebagai ratu, yaitu Ratu Kalinyamat (Retno Kencono), adik Sunan Prawoto dan puteri Sultan Trenggana. Hadlirin konon putra kedua Raja Muchayat Syah dari Aceh yang mestinya jadi raja namun ia serahkan ke kakaknya, Raden Takyin. Bagaimana pun orang setempat menyebut sebagai Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara, sehingga begitu pula judul tulisan ini. Masjid ini memiliki tempat parkir kendaraan yang lumayan luas di bawah teduh pepohonan. Parkir yang juga diperuntukkan bagi peziarah ke makam Sultan Hadlirin dan Makam Ratu Kalinyamat yang ada di belakang masjid.

Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara didirikan Sultan Hadlirin pada 1559 M, atau hampir seabad setelah Masjid Agung Demak. Nama muda Pangeran Hadlirin adalah R. Toyib, yang konon sempat merantau ke Tiongkok dan Mekah sebelum tiba di Demak, menikah dengan Ratu Kalinyamat, dan kemudian diangkat sebagai Adipati Jepara.

masjid astana sultan hadlirin mantingan jepara

Di jalan besar sebelum sampai ke Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara terdapat gapura lengkung bertulis kalimat syahadat bait pertama di satu sisi, dan bait keduanya di sisi lain. Gapura asli yang dibangun pada 1927 dan berukuran lebih kecil dipindahkan ke pintu selatan masjid, yang juga akses ke Makam Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat.

Catatan di Wikipedia menyebutkan bahwa Toyib adalah putera Sultan Mughayat Syah, raja dari Kesultanan Aceh (1514-1528). Ketika Toyib berkelana ke Tiongkok, ia diangkat anak oleh seorang menteri bernama Tjie Hwio Gwan. Keduanya kemudian datang ke Jawa. Tjie Hwio Gwan kemudian menjadi patih bergelar Sungging Badar Duwung, yang mengajarkan Seni Ukir ke penduduk Jepara.

Menara Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara berbentuk unik, karena hanya berupa kerangka besi. Ada dek segi empat tanpa pagar pengaman tepat di bawah tumpukan pengeras suara berjumlah empat di setiap sisinya, sehingga total ada 16 pengeras suara, dengan atap berbentuk segi delapan. Atap masjidnya sendiri terbuat dari sirap.


masjid astana sultan hadlirin mantingan jepara

Tampak muka Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara dengan serambi depan berukuran cukup besar bergaya joglo, dan atap bangunan utamanya limasan tumpang tiga, khas gaya masjid di Jawa. Di puncaknya terdapat mustaka yang menyerupai kuncup bunga dengan kelopak mulai mekar dan atasnya lancip. Ada sepuluh undakan untuk sampai ke serambi.

Ruang utama Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara memiliki warna dominan merah pada karpet sholat bentuk sajadah, sedangkan keempat soko guru yang tak begitu besar berwarna semu kekuningan dengan ornamen warna hijau. Pada dinding mihrabnya, di atas lengkung ruang imam dan di dalam ruang imam, juga terdapat ragam hias ukir.

Pada dinding mihrab terdapat candrasengkala "Rupa Brahmana Warna Sari" atau 1841 yang dibaca terbalik sebagai tahun 1481 Saka atau 1559 Masehi, sebagai tahun didirikannya masjid. Mimbar kayu berundak tiganya berhias ukir dengan warna dominan hijau dengan kubah berwarna dominan merah. Lampu gantung di pusat ruangan terkesan biasa saja.

Dinding Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara berbatas serambi berhias ukiran batu padas kuning bermotif Tiongkok indah, dengan tiang-tiang kayu penyangga serambi dan bedug di latar depan. Sebab konstruksi masjid yang juga dikenal sebagai Masjid Mantingan ini dilakukan oleh Babah Liem Mo Han, salah satu tokoh Tionghoa Muslim penting abad ke-16 yang berperan besar dalam perkembangan Islam di Jawa.

Babah Liem adalah pemuka Nan Lung (Naga Selatan) yang disegani. Nan Lung merupakan perkumpulan masyarakat Tionghoa perantauan yang berupaya mempertahankan lembaga peradaban dan kebudayaan leluhur. Babah Liem menjadi penghubung antara Lao Sam (Lasem) dengan Toa-lang (Semarang), dan juga menjadi duta masyarakat Tionghoa bagi Demak.

Pada kiri kanan dinding mihrab terdapat jendela kayu yang lazim dijumpai pada masjid kuno. Benda lain di Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara adalah bedug besar yang ada di sisi kiri serambi, dant papan nama pengurus serta jadwal khatib. Di sebelah masjid utama terdapat bangunan tambahan berbentuk pendopo dengan atap genting.


Masjid Astana Sultan Hadlirin Mantingan Jepara

Alamat : Desa Mantingan, kecamatan Jepara, Kabupaten Jepara. Lokasi GPS : -6.6193587, 110.6687593, Waze ( smartphone Android dan iOS ). Hotel di Jepara, Tempat Wisata di Jepara, Peta Wisata Jepara.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! September 27, 2019.