Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon konon merupakan pelabuhan nelayan terbesar di Jawa Barat. Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini kami kunjungi sesaat setelah meninggalkan Pelabuhan Muara Jati, dan untuk sampai ke sini hanya memerlukan waktu kurang dari lima belas menit dengan naik kendaraan bermotor.
Suasana tampak agak hidup di Pelabuhan Kejawanan ini dengan jumlah kapal sandar yang lumayan banyak. Dermaga Pelabuhan Kejawanan membentang memanjang beberapa ratus meter. Kami turun kira-kira di tengah bangunan dermaga, dan saya memilih untuk berjalan ke arah sebelah kiri, sampai ke ujung dermaga dan mengambil beberapa foto dari sana.
Perencanaan pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini sebenarnya sudah mulai dirintis pada tahun 1976, namun pelaksanaan pembangunannya baru dimulai pada tahun anggaran 1994/1995 dan dua tahun kemudian, yaitu pada bulan Mei 1997 pelabuhan ini mulai dioperasionalkan.
Tidak lagi terlihat tiang-tiang layar di geladak perahu-perahu nelayan yang tengah sandar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini. Tampaknya motor berbahan bakar solar telah sepenuhnya mengganti fungsi layar sebagai penggerak kapal di atas gelombang lautan. Boleh jadi pula layar dipasang hanya ketika kapal berada di laut lepas.
Kapal yang singgah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan kabarnya kian turun. Pernah mencapai 1.060 pada 2001, namun pada 2007 Pelabuhan Kejawanan hanya dikunjungi 346 kapal. Tampaknya pengelola perlu bekerja keras, mungkin perlu mencontoh Ki Gedeng Alang-Alang yang berhasil memajukan pelabuhan Cirebon di masa lalu.
Layaknya pelabuhan, udara sangat panas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon ini. Panjang Dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan tampaknya tidak cukup untuk menampung perahu-perahu nelayan yang tengah sandar, sehingga kapal-kapal nelayan itu berjajar sampai beberapa lapis di pinggir dermaga.
Saat itu ada sebuah kapal nelayan berukuran cukup besar yang tampak tengah mengalami perbaikan besar di ujung sebelah kiri dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon. Beberapa pekerja tampak tengah berbincang, mungkin berembug, di sisi samping kapal.
Perahu nelayan lainnya yang sedang sandar di dermaga adalah kapal penangkap cumi-cumi, dengan deretan lampu-lampu bohlam yang ketika dinyalakan pada malam hari akan mengundang cumi-cumi untuk datang mendekati kapal sehingga mudah ditangkap. Udang tampaknya tidak lagi menjadi primadona Cirebon, yang produksinya terus menurun dari tahun ke tahun.
Ban-ban bekas tampak menggantung sebagai peredam benturan antara kapal dengan dinding beton dermaga. Gelombang laut utara masih mampu untuk mengombang-ambingkan kapal-kapal yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon, sehinga tanpa bantalam ban-ban itu badan kapal bisa rusak jika berkali-kali bertumbukan dengan beton dermaga. Patok-patok besi juga berderet di tepian dermaga sebagai tempat menambat tali pengikat kapal.
Sebuah pemandangan yang sempat menarik perhatian saya adalah potongan tulisan sebuah iklan yang kain spanduknya berakhir sebagai penutup perahu nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon. Bendera merah putih menjadi tengara kebangsaan kapal, meski banyak pula kapal asing yang menggunakannya ketika mencuri ikan di perairan Indonesia.
Saat tulisan ini pertama kali dibuat pelelangan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini juga kabarnya sepi, karena para nelayan tampaknya lebih suka menjual di tempat lain, baik kepada pemilik kapal atau pun mungkin kepada yang memberikan pinjaman modal agar mereka masih tetap bisa melaut.
Terobosan Susi Pudjiastuti dengan penenggelaman kapal asing pencuri ikan semoga memberi geliat baru pada pelabuhan ini. Penangkapan hasil laut dengan memperhatikan kelestariannya juga langkah baik. Di dekat Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini terdapat pantai yang sering dikunjungi oleh masyarakat setempat, namun kami tidak sempat mampir.
Suasana tampak agak hidup di Pelabuhan Kejawanan ini dengan jumlah kapal sandar yang lumayan banyak. Dermaga Pelabuhan Kejawanan membentang memanjang beberapa ratus meter. Kami turun kira-kira di tengah bangunan dermaga, dan saya memilih untuk berjalan ke arah sebelah kiri, sampai ke ujung dermaga dan mengambil beberapa foto dari sana.
Perencanaan pengembangan Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini sebenarnya sudah mulai dirintis pada tahun 1976, namun pelaksanaan pembangunannya baru dimulai pada tahun anggaran 1994/1995 dan dua tahun kemudian, yaitu pada bulan Mei 1997 pelabuhan ini mulai dioperasionalkan.
Tidak lagi terlihat tiang-tiang layar di geladak perahu-perahu nelayan yang tengah sandar di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini. Tampaknya motor berbahan bakar solar telah sepenuhnya mengganti fungsi layar sebagai penggerak kapal di atas gelombang lautan. Boleh jadi pula layar dipasang hanya ketika kapal berada di laut lepas.
Kapal yang singgah di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan kabarnya kian turun. Pernah mencapai 1.060 pada 2001, namun pada 2007 Pelabuhan Kejawanan hanya dikunjungi 346 kapal. Tampaknya pengelola perlu bekerja keras, mungkin perlu mencontoh Ki Gedeng Alang-Alang yang berhasil memajukan pelabuhan Cirebon di masa lalu.
Layaknya pelabuhan, udara sangat panas di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon ini. Panjang Dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan tampaknya tidak cukup untuk menampung perahu-perahu nelayan yang tengah sandar, sehingga kapal-kapal nelayan itu berjajar sampai beberapa lapis di pinggir dermaga.
Saat itu ada sebuah kapal nelayan berukuran cukup besar yang tampak tengah mengalami perbaikan besar di ujung sebelah kiri dermaga Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon. Beberapa pekerja tampak tengah berbincang, mungkin berembug, di sisi samping kapal.
Perahu nelayan lainnya yang sedang sandar di dermaga adalah kapal penangkap cumi-cumi, dengan deretan lampu-lampu bohlam yang ketika dinyalakan pada malam hari akan mengundang cumi-cumi untuk datang mendekati kapal sehingga mudah ditangkap. Udang tampaknya tidak lagi menjadi primadona Cirebon, yang produksinya terus menurun dari tahun ke tahun.
Ban-ban bekas tampak menggantung sebagai peredam benturan antara kapal dengan dinding beton dermaga. Gelombang laut utara masih mampu untuk mengombang-ambingkan kapal-kapal yang ada di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon, sehinga tanpa bantalam ban-ban itu badan kapal bisa rusak jika berkali-kali bertumbukan dengan beton dermaga. Patok-patok besi juga berderet di tepian dermaga sebagai tempat menambat tali pengikat kapal.
Sebuah pemandangan yang sempat menarik perhatian saya adalah potongan tulisan sebuah iklan yang kain spanduknya berakhir sebagai penutup perahu nelayan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon. Bendera merah putih menjadi tengara kebangsaan kapal, meski banyak pula kapal asing yang menggunakannya ketika mencuri ikan di perairan Indonesia.
Saat tulisan ini pertama kali dibuat pelelangan ikan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini juga kabarnya sepi, karena para nelayan tampaknya lebih suka menjual di tempat lain, baik kepada pemilik kapal atau pun mungkin kepada yang memberikan pinjaman modal agar mereka masih tetap bisa melaut.
Terobosan Susi Pudjiastuti dengan penenggelaman kapal asing pencuri ikan semoga memberi geliat baru pada pelabuhan ini. Penangkapan hasil laut dengan memperhatikan kelestariannya juga langkah baik. Di dekat Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan ini terdapat pantai yang sering dikunjungi oleh masyarakat setempat, namun kami tidak sempat mampir.
Pelabuhan Perikanan Nusantara Kejawanan Cirebon
Alamat : Jalan Pelabuhan Perikanan No 1, Cirebon. Lokasi GPS : Google Maps, Waze ( smartphone Android dan iOS ). https://www.aroengbinang.com/p/foto-pelabuhan-perikanan-kejawanan-1.htmlHotel di Cirebon, Hotel Murah di Cirebon, Tempat Wisata di Cirebon, Peta Wisata Cirebon.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.