Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas berada di ujung Timur area parkir Pancuran Pitu, arah berlawanan dengan arah menuju ke loket dan tangga menurun ke pancuran yang ada di kawasan Wisata Baturraden. Kunjungan ini sebenarnya tidak ada dalam rencana, karenanya nama situs tidak ada dalam daftar yang saya buat.
Bukan kali pertama saya ada di tempat parkir Pancuran Pitu, namun baru sekali itu mata yang tengah menjelalat melihat suasana sekitar tertumbuk pada tengara tidak begitu besar yang menempel pada batang sebuah pohon damar. Tengara itu berbunyi "Paseban Batur Sengkala".
Meski semula merasa ragu karena tak tahu apa yang ada di tempat itu, namun kaki juga yang memutuskan untuk tetap melangkah mendekat. Memang tidak selamanya pikir yang berkuasa, kadang hati, kadang juga jiwa. Nama Paseban Batur Sengkala sendiri cukup menarik, setelah sebelumnya sempat berkunjung ke sejumlah situs batur lainnya.
Tengara Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas yang menempel pada sebuah Pohon Damar dan secara tak sengaja terlihat oleh mata itu. Tengara itu agak kecil sebenarnya jika dibaca dari tempat parkir, dan perlu melangkah lebih dekat untuk bisa membacanya dengan jelas. Hanya kebetulan kami parkir kendaraan agak ke ujung sebelah kiri.
Sepasang batu tipis cukup tinggi seperti sayap di atas undakan menambah rasa ingin tahu dan mempertegas langkah kaki untuk mendekat. Suasana sangat sepi. Tidak ada seorang pun yang terlihat tengah berada di tempat ini. Sesaat kemudian terlihat gapura dan bangunan di dalam sebuah kompleks yang tak terlalu besar, dikelilingi pohon damar tinggi.
Orang kebatinan memberi arti Sengkala sebagai rintangan hidup karena adanya energi negatif yang mengakibatkan penderitaan lahir batin, sehingga perlu diruwat. Jika makna terakhir yang diambil, maka Paseban Batur Sengkala barangkali tempat untuk meruwat atau tempat untuk menghilangkan energi negatif yang menghambat tercapainya keinginan.
Gapura Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas terbuat dari bambu betung beratap rumbia dan undakan batu pendek. Di sebelah kiri gapura, sedikit tersembunyi diantara dedaunan tumbuhan perdu, ada sebuah batu menhir besar. Sepasang batu tegak tipis di depan tadi, dan menhir di gapura ini tampaknya merupakan peninggalan leluhur dari jaman megalitikum.
Dua buah bangunan kecil sederhana beratap rumbia berdiri bersebelahan, dipisahkan jalan yang membelah tempat ini. Pada dinding bangunan sebelah kanan Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas itu menempel papan bertuliskan:
Ponco Waliko: Kudu Tresno Marang Sepadaning Urip (harus cinta kepada sesama mahluk hidup). Ora Pareng Nerak Wewalering Negara (tidak boleh melanggar aturan negara). Ora Pareng Milik Sing Dudu Samestine (tidak boleh memiliki yang bukan semestinya). Ora Pareng Sepata Nyepatani (tidak boleh saling kutuk mengutuk). Ora Pareng Cidra Ing Ubaya (tidak boleh melanggar janji). Rerangkenipun Ora Butuh Rewang, Ora Butuh Musuh, Butuhe Mung Kabecikan (hubungannya adalah tidak butuh pembantu, tidak butuh musuh, butuhnya hanya kebaikan).
Ponco artinya lima, waliko bisa berarti indria, ular, anak kerdil, atau nasehat. Wisik Ponco Waliko adalah wejangan Prabu Jayanegara (1294 - 1328) Raja Majapahit kedua, yang di masanya terjadi banyak pemberontakan, salah satunya dipimpin Ra Kuti yang membuatnya harus menyingkir dari keraton dikawal Pasukan Bhayangkari dipimpin Gajah Mada.
Ada tatanan batu yang ditata menyerupai 'batur' yang berada di sisi kanan Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas, berujung pada cungkup berdinding bata telanjang yang atap rumbianya sudah banyak yang terkelupas.
Beberapa buah batu tegak yang pada jaman dahulu biasa dipakai sebagai batu sandar pada pertemuan komunal terlihat di beberapa tempat. Di dalam cungkup bangunan terlihat ada buah batu tegak tak begitu besar yang diletakkan pada posisi seperti nisan kubur.
Tempat ini disebut Paseban Batur Sengkala karena diduga merupakan tempat pertemuan dari jaman batu, sebagaimana batur lainnya di lereng Gunung Slamet seperti yang saya lihat di Situs Batur Rana dan Situs Batur Agung.
Hasil kebudayaan pada jaman itu, sekitar 2000 tahun silam, diantaranya adalah kapak batu, Menhir (batu tempat pemujaan), Dolmen (meja batu), Kubur batu, Waruga, dan Sarkofagus. Kata Sengkala pada nama situs bisa mengandung arti angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata, bisa juga berarti kehancuran atau kiamat.
Pada bangunan setengah terbuka terdapat susunan batu dengan tugu di tengahnya, mungkin sebuah altar pemujaan kuno atau bisa pula merupakan tempat pertemuan para tetua untuk membahas suatu persoalan penting. Lereng gunung seperti ini merupakan tempat yang disukai oleh orang-orang di jaman dahulu untuk mendirikan tempat pemujaan dan sekaligus sebagai area sakral.
Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas sepertinya bagian punden berundak, biasanya terdiri dari beberapa teras yang semakin ke atas semakin mengecil luasnya, dan dipuncaknya terdapat tugu dan altar sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang.
Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas ini mudah dikunjungi, tentunya jika menggunakan kendaraan untuk berkunjung ke Pancuran Pitu. Jalan yang berbayar. Akses lain yang gratisan adalah treking melewati Desa Kalipagu, dimana Anda akan melewati Kolam Tando PLT Ketenger dengan panorama sepanjang jalan yang sangat indah.
Bukan kali pertama saya ada di tempat parkir Pancuran Pitu, namun baru sekali itu mata yang tengah menjelalat melihat suasana sekitar tertumbuk pada tengara tidak begitu besar yang menempel pada batang sebuah pohon damar. Tengara itu berbunyi "Paseban Batur Sengkala".
Meski semula merasa ragu karena tak tahu apa yang ada di tempat itu, namun kaki juga yang memutuskan untuk tetap melangkah mendekat. Memang tidak selamanya pikir yang berkuasa, kadang hati, kadang juga jiwa. Nama Paseban Batur Sengkala sendiri cukup menarik, setelah sebelumnya sempat berkunjung ke sejumlah situs batur lainnya.
Tengara Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas yang menempel pada sebuah Pohon Damar dan secara tak sengaja terlihat oleh mata itu. Tengara itu agak kecil sebenarnya jika dibaca dari tempat parkir, dan perlu melangkah lebih dekat untuk bisa membacanya dengan jelas. Hanya kebetulan kami parkir kendaraan agak ke ujung sebelah kiri.
Sepasang batu tipis cukup tinggi seperti sayap di atas undakan menambah rasa ingin tahu dan mempertegas langkah kaki untuk mendekat. Suasana sangat sepi. Tidak ada seorang pun yang terlihat tengah berada di tempat ini. Sesaat kemudian terlihat gapura dan bangunan di dalam sebuah kompleks yang tak terlalu besar, dikelilingi pohon damar tinggi.
Orang kebatinan memberi arti Sengkala sebagai rintangan hidup karena adanya energi negatif yang mengakibatkan penderitaan lahir batin, sehingga perlu diruwat. Jika makna terakhir yang diambil, maka Paseban Batur Sengkala barangkali tempat untuk meruwat atau tempat untuk menghilangkan energi negatif yang menghambat tercapainya keinginan.
Gapura Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas terbuat dari bambu betung beratap rumbia dan undakan batu pendek. Di sebelah kiri gapura, sedikit tersembunyi diantara dedaunan tumbuhan perdu, ada sebuah batu menhir besar. Sepasang batu tegak tipis di depan tadi, dan menhir di gapura ini tampaknya merupakan peninggalan leluhur dari jaman megalitikum.
Dua buah bangunan kecil sederhana beratap rumbia berdiri bersebelahan, dipisahkan jalan yang membelah tempat ini. Pada dinding bangunan sebelah kanan Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas itu menempel papan bertuliskan:
Ponco Waliko: Kudu Tresno Marang Sepadaning Urip (harus cinta kepada sesama mahluk hidup). Ora Pareng Nerak Wewalering Negara (tidak boleh melanggar aturan negara). Ora Pareng Milik Sing Dudu Samestine (tidak boleh memiliki yang bukan semestinya). Ora Pareng Sepata Nyepatani (tidak boleh saling kutuk mengutuk). Ora Pareng Cidra Ing Ubaya (tidak boleh melanggar janji). Rerangkenipun Ora Butuh Rewang, Ora Butuh Musuh, Butuhe Mung Kabecikan (hubungannya adalah tidak butuh pembantu, tidak butuh musuh, butuhnya hanya kebaikan).
Ponco artinya lima, waliko bisa berarti indria, ular, anak kerdil, atau nasehat. Wisik Ponco Waliko adalah wejangan Prabu Jayanegara (1294 - 1328) Raja Majapahit kedua, yang di masanya terjadi banyak pemberontakan, salah satunya dipimpin Ra Kuti yang membuatnya harus menyingkir dari keraton dikawal Pasukan Bhayangkari dipimpin Gajah Mada.
Ada tatanan batu yang ditata menyerupai 'batur' yang berada di sisi kanan Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas, berujung pada cungkup berdinding bata telanjang yang atap rumbianya sudah banyak yang terkelupas.
Beberapa buah batu tegak yang pada jaman dahulu biasa dipakai sebagai batu sandar pada pertemuan komunal terlihat di beberapa tempat. Di dalam cungkup bangunan terlihat ada buah batu tegak tak begitu besar yang diletakkan pada posisi seperti nisan kubur.
Tempat ini disebut Paseban Batur Sengkala karena diduga merupakan tempat pertemuan dari jaman batu, sebagaimana batur lainnya di lereng Gunung Slamet seperti yang saya lihat di Situs Batur Rana dan Situs Batur Agung.
Hasil kebudayaan pada jaman itu, sekitar 2000 tahun silam, diantaranya adalah kapak batu, Menhir (batu tempat pemujaan), Dolmen (meja batu), Kubur batu, Waruga, dan Sarkofagus. Kata Sengkala pada nama situs bisa mengandung arti angka tahun yang disimbolkan dengan kata-kata, bisa juga berarti kehancuran atau kiamat.
Pada bangunan setengah terbuka terdapat susunan batu dengan tugu di tengahnya, mungkin sebuah altar pemujaan kuno atau bisa pula merupakan tempat pertemuan para tetua untuk membahas suatu persoalan penting. Lereng gunung seperti ini merupakan tempat yang disukai oleh orang-orang di jaman dahulu untuk mendirikan tempat pemujaan dan sekaligus sebagai area sakral.
Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas sepertinya bagian punden berundak, biasanya terdiri dari beberapa teras yang semakin ke atas semakin mengecil luasnya, dan dipuncaknya terdapat tugu dan altar sebagai tempat pemujaan arwah nenek moyang.
Paseban Batur Sengkala Baturraden Banyumas ini mudah dikunjungi, tentunya jika menggunakan kendaraan untuk berkunjung ke Pancuran Pitu. Jalan yang berbayar. Akses lain yang gratisan adalah treking melewati Desa Kalipagu, dimana Anda akan melewati Kolam Tando PLT Ketenger dengan panorama sepanjang jalan yang sangat indah.