Gardu Pandang Baturraden Banyumas, demikian saya sebut karena tidak ada papan nama resmi dipasang di sana, berada di dalam kawasan Wanawisata Baturraden. Gardu Pandang Baturraden, atau titik pandang Baturraden, saya kunjungi dalam perjalanan dari Lokawisata Baturraden menuju ke lokasi Pancuran Pitu. Rasanya dulu saya pernah mampir, namun tak yakin.
Kebetulan mata tertumbuk pada payung besar agak jauh di kiri jalan, dan segera meminta Tri menepi. Saya lalu turun dari mobil dan berjalan leat jalan setapak, menyelinap diantara pohon damar yang besar dan tinggi, menuju ke tepian tebing dimana cungkup payung berada.
Dari Gardu Pandang Baturraden ini pejalan memiliki pandangan yang lepas ke wilayah permukiman di kaki Gunung Slamet. Saya tidak begitu yakin di bawah sana masuk wilayah mana. Namun jika melihat dari Google Earth, maka lembah itu ada diantara wilayah Rempoah, Banteran, Sumbang dan Purwokerto bagian Utara.
Tri melipat tangan di bawah payung peneduh Gardu Pandang Baturraden Banyumas. Hawa di sini memang cukup dingin, dan angin kadang berhembus cukup kencang sehingga perlu memakai jaket atau baju tebal jika hendak berlama-lama duduk di tempat ini. Beberapa tempat duduk dari beton dibuat di sekeliling payung, dan ada juga sedikit agak di sebelah kiri.
Suasana di tempat ini sangat sepi, namun karena berada tidak jauh dari jalan utama yang menembus kawasan hutan damar maka tak ada kekhawatiran untuk berhenti barang sejenak di sana. Jika tempat ini dikembangkan dengan membuat gazebo di beberapa tempat maka saya kira akan lebih banyak orang mampir dan penjual makanan minuman pun akan hadir.
Curah hujan di Gunung Slamet konon merupakan yang tertinggi di dunia, sehingga cukup banyak telaga dan tandon-tandon air di pinggang Gunung Slamet ini. Setidaknya ada 12 sungai yang bermuara di Gunung Slamet, yaitu Sungai Banjaran, Batur, Bojo, Brengkah, Comal, Erang, Gronggongan, Gung, Klawing, Lembarang, Logawa, dan Penaki.
Pemandangan yang elok bisa dilihat dari Gardu Pandang Baturraden Banyumas dengan lembah perkotaan di bawah sana dan gerumbul hutan damar dan hutan pinus di latar depan. Pandangan ke arah Barat Daya dari Gardu Pandang Baturraden yang agak terhalang gerumbul bukit pinus dan damar di pinggang Gunung Slamet itu mengarah ke wilayah di sekitar Kedung Banteng dan Karang Lewas.
Entah kapan ada investor yang mau membuat wahana gondola di kawasan wisata Baturraden dari Purwokerto atau Karangmangu, sebagaimana di daerah Genting di Malaysia. Penerbangan komersial ke Bandara Jenderal Sudirman yang dibuka tahun 2018 ini semestinya bisa menambah minat pengusaha untuk berinvestasi di daerah Purbalingga dan Purwokerto.
Jika saja ada kereta bandara yang terhubung ke Stasiun Purwokerto tentu akan jauh lebih menyenangkan, karena jarak bandara ke Purwokerto masih 26 km, atau sekitar 45 menit perjalanan darat. Jarak tempuh yang cukup jauh untuk kota kecil seperti Purwokerto, yang tak bisa diperbandingkan dengan jarak tempuh dari dan ke Bandara Soekarno Hatta misalnya.
Gerumbul hutan damar yang mendominasi pinggang Gunung Slamet, menjadikan area di kawasan ini selalu sejuk dan lembab. Arah ke sebelah kiri dari Gardu Pandang Baturraden Banyumas agak terhalang oleh lereng Gunung Slamet yang landai memanjang.
Di arah itu adalah wilayah Kutasari, Bojongsari, Mrebet dan Bobotsari, dan beberapa wilayah di Kabupaten Purbalingga lainnya. Sebuah torehan pada batang Pohon Damar di dekat Gardu Pandang Baturraden, setelah kantung penampung getahnya diambil.
Di bawahnya adalah Hutan Damar di belakang dari Gardu Pandang Baturraden yang kami lalui ketika menuju ke tempat ini. Kelestarian hutan di lereng Gunung Slamet ini akan membuat wilayah lembah di kaki Gunung Slamet terhindar dari kiriman banjir, seperti yang sekarang sering dialami oleh Jakarta, lantaran rusaknya serapan air di daerah Puncak.
Pohon Damar ternyata banyak manfaatnya. Batang pohonnya bisa dipakai untuk membuat badan perahu karena kuat dan ringan. Juga sebagai bahan pembuat kertas, peralatan musik, olah raga, dan keperluan lainnya. Sedangkan getah damar digunakan sebagai bahan pembuat cat, kosmetik, plastik, vernis, dan batang korek api.
Meskipun mungkin akan cukup indah untuk menikmati suasana malam di Gardu Pandang Baturraden ini, melihat kerlip lampu perkotaan di kejauhan, namun tempat ini akan sangat sepi pada malam hari. Kabut juga kemungkinan besar akan turun menghalangi pemandangan selepas tengah hari, belum lagi curah hujan di lereng Gunung Slamet ini terbilang sangat tinggi.
Sempatkan mampir di Gardu Pandang Baturraden ketika anda akan berkunjung ke Pancuran 7, untuk sejenak menikmati suasana hutan damar dengan panorama lembah di kaki Gunung Slamet yang indah. Namun pastikan anda tidak hanya berdua, apalagi sendirian, ketika berada di sana oleh karena tempatnya sangat sepi dan jauh dari mana-mana.
Kebetulan mata tertumbuk pada payung besar agak jauh di kiri jalan, dan segera meminta Tri menepi. Saya lalu turun dari mobil dan berjalan leat jalan setapak, menyelinap diantara pohon damar yang besar dan tinggi, menuju ke tepian tebing dimana cungkup payung berada.
Dari Gardu Pandang Baturraden ini pejalan memiliki pandangan yang lepas ke wilayah permukiman di kaki Gunung Slamet. Saya tidak begitu yakin di bawah sana masuk wilayah mana. Namun jika melihat dari Google Earth, maka lembah itu ada diantara wilayah Rempoah, Banteran, Sumbang dan Purwokerto bagian Utara.
Tri melipat tangan di bawah payung peneduh Gardu Pandang Baturraden Banyumas. Hawa di sini memang cukup dingin, dan angin kadang berhembus cukup kencang sehingga perlu memakai jaket atau baju tebal jika hendak berlama-lama duduk di tempat ini. Beberapa tempat duduk dari beton dibuat di sekeliling payung, dan ada juga sedikit agak di sebelah kiri.
Suasana di tempat ini sangat sepi, namun karena berada tidak jauh dari jalan utama yang menembus kawasan hutan damar maka tak ada kekhawatiran untuk berhenti barang sejenak di sana. Jika tempat ini dikembangkan dengan membuat gazebo di beberapa tempat maka saya kira akan lebih banyak orang mampir dan penjual makanan minuman pun akan hadir.
Curah hujan di Gunung Slamet konon merupakan yang tertinggi di dunia, sehingga cukup banyak telaga dan tandon-tandon air di pinggang Gunung Slamet ini. Setidaknya ada 12 sungai yang bermuara di Gunung Slamet, yaitu Sungai Banjaran, Batur, Bojo, Brengkah, Comal, Erang, Gronggongan, Gung, Klawing, Lembarang, Logawa, dan Penaki.
Pemandangan yang elok bisa dilihat dari Gardu Pandang Baturraden Banyumas dengan lembah perkotaan di bawah sana dan gerumbul hutan damar dan hutan pinus di latar depan. Pandangan ke arah Barat Daya dari Gardu Pandang Baturraden yang agak terhalang gerumbul bukit pinus dan damar di pinggang Gunung Slamet itu mengarah ke wilayah di sekitar Kedung Banteng dan Karang Lewas.
Entah kapan ada investor yang mau membuat wahana gondola di kawasan wisata Baturraden dari Purwokerto atau Karangmangu, sebagaimana di daerah Genting di Malaysia. Penerbangan komersial ke Bandara Jenderal Sudirman yang dibuka tahun 2018 ini semestinya bisa menambah minat pengusaha untuk berinvestasi di daerah Purbalingga dan Purwokerto.
Jika saja ada kereta bandara yang terhubung ke Stasiun Purwokerto tentu akan jauh lebih menyenangkan, karena jarak bandara ke Purwokerto masih 26 km, atau sekitar 45 menit perjalanan darat. Jarak tempuh yang cukup jauh untuk kota kecil seperti Purwokerto, yang tak bisa diperbandingkan dengan jarak tempuh dari dan ke Bandara Soekarno Hatta misalnya.
Gerumbul hutan damar yang mendominasi pinggang Gunung Slamet, menjadikan area di kawasan ini selalu sejuk dan lembab. Arah ke sebelah kiri dari Gardu Pandang Baturraden Banyumas agak terhalang oleh lereng Gunung Slamet yang landai memanjang.
Di arah itu adalah wilayah Kutasari, Bojongsari, Mrebet dan Bobotsari, dan beberapa wilayah di Kabupaten Purbalingga lainnya. Sebuah torehan pada batang Pohon Damar di dekat Gardu Pandang Baturraden, setelah kantung penampung getahnya diambil.
Di bawahnya adalah Hutan Damar di belakang dari Gardu Pandang Baturraden yang kami lalui ketika menuju ke tempat ini. Kelestarian hutan di lereng Gunung Slamet ini akan membuat wilayah lembah di kaki Gunung Slamet terhindar dari kiriman banjir, seperti yang sekarang sering dialami oleh Jakarta, lantaran rusaknya serapan air di daerah Puncak.
Pohon Damar ternyata banyak manfaatnya. Batang pohonnya bisa dipakai untuk membuat badan perahu karena kuat dan ringan. Juga sebagai bahan pembuat kertas, peralatan musik, olah raga, dan keperluan lainnya. Sedangkan getah damar digunakan sebagai bahan pembuat cat, kosmetik, plastik, vernis, dan batang korek api.
Meskipun mungkin akan cukup indah untuk menikmati suasana malam di Gardu Pandang Baturraden ini, melihat kerlip lampu perkotaan di kejauhan, namun tempat ini akan sangat sepi pada malam hari. Kabut juga kemungkinan besar akan turun menghalangi pemandangan selepas tengah hari, belum lagi curah hujan di lereng Gunung Slamet ini terbilang sangat tinggi.
Sempatkan mampir di Gardu Pandang Baturraden ketika anda akan berkunjung ke Pancuran 7, untuk sejenak menikmati suasana hutan damar dengan panorama lembah di kaki Gunung Slamet yang indah. Namun pastikan anda tidak hanya berdua, apalagi sendirian, ketika berada di sana oleh karena tempatnya sangat sepi dan jauh dari mana-mana.
Gardu Pandang Baturraden
Alamat : Wanawisata Baturraden, Banyumas. Lokasi GPS : -7.30962, 109.22314, Waze. Hotel di Purwokerto, Hotel di Baturraden, Tempat Wisata di Banyumas, Tempat Wisata Kuliner Banyumas, Peta Wisata Banyumas.Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.