Benteng, Jawa Tengah, Solo

Benteng Vastenburg Solo

Benteng Vastenburg Solo kami kunjungi setelah gagal masuk ke Balaikota dan Gereja Katolik St Antonius di lokasi berdekatan. Yang disebut pertama karena di hari libur itu pagar depannya tertutup rapat, dan yang disebut terakhir karena saat itu berlangsung kebaktian dan halaman gereja dipenuhi oleh mobil pengunjung.

Ketiganya merupakan bangunan Cagar Budaya. Adalah Cagar Budaya yang memberi ruh dan akar sejarah bagi sebuah kota, dan dengan itu hendaknya kota dibangun dengan dasar budaya lokal yang luhur, bukan sekadar kumpulan bangunan fungsional tak berjiwa dan tak berselera.

Bangunan Benteng Vastenburg Solo yang berbentuk segi empat ini berada di kawasan Gladak, dikelilingi Jl. Jenderal Sudirman di Barat, Jl Mayor Sunaryo di Selatan, Jl Mayor Kusmanto di Utara, dan Jl Kapten Mulyadi di Timur. Benteng Vastenburg dibangun pada 1745 atas perintah Gustaaf Willem baron van Imhoff (1767-1830), Gubernur Jenderal Hindia Belanda ke-27 yang memerintah antara tahun 1743 – 1750.

Benteng Vastenburg Solo

Gerbang sisi Barat Benteng Vastenburg dengan sebuah pohon rindang yang sangat membantu sebagai peneduh bagi pengunjung yang datang. Gerbang ini tertutup oleh pagar besi dengan kisi-kisi lebar sehingga pengunjung masih bisa menengok ke dalam benteng, dimana beberapa kambing tampak tengah merumput di dalam sana.

Tak ada penjaga, dan tak ada orang yang bisa ditanyai mengenai darimana gerombolan kambing itu bisa masuk ke dalam area benteng. Karena di sisi dimana kami berada pada saat itu pintu gerbangnya tertutup, maka tentunya ada pintu gerbang lain yang terbuka, tempat darimana kambing-kambing itu masuk.

Menempel pada dinding tembok sebelah kanan setinggi sekitar 2 meter terdapat tulisan "Hoogste Waterstand op den 24 February 1861" yang berarti batas tertinggi air, yang mengacu pada peristiwa ketika terjadi banjir besar di Solo pada tanggal itu. Ini mengingatkan saya pada banjir bandang di Solo yang terjadi pada 1966 saat kami masih tinggal di Kawedanan Jatinom, Klaten. Di sisi sebelah kanan juga terlihat ada arca Nandi yang cukup besar.

Benteng Vastenburg Solo

Di kiri kanan gerbang terdapat arca Dwarapala yang uniknya kedua arca tidak merupakan bayangan cermin satu dengan yang lainnya seperti lazimnya arca penjaga, karena gada yang dipegang berada pada sisi kaki yang sama. Wajah arca juga terlihat berbeda. Secara umum, saat saya kunjungi kondisi Benteng Vastenburg Solo masih berada dalam keadaan yang sangat mengenaskan. Tidak tersisa keelokan dan keangkeran masa lalu pada benteng tua ini.

Pada jaman benteng masih aktif, terdapat jembatan angkat di gerbang depan dan gerbang belakang benteng. Jembatan angkat itu kini tampaknya sudah tidak berfungsi lagi. Di dalam benteng seluas lebih dari 31.000 m2 itu dulu terdapat sejumlah barak yang lokasinya terpisah sesuai fungsi, dengan area terbuka di bagian tengah yang digunakan untuk apel pasukan.

Semula benteng ini dikenal dengan nama Grootmoedigheid, dan dikelilingi kompleks bangunan rumah tinggal dan asrama perwira Belanda. Renovasi Benteng Vastenburg pernah dilakukan pada 1794 dan 1832, yang disebut terakhir hanya dua tahun setelah berakhirnya Perang Diponegoro. Setelah merdeka, bangunan Benteng Vastenburg pernah digunakan oleh Brigade Infanteri 6/Trisakti Baladaya / Kostrad sebagai kawasan militer dan asrama.



Benteng Vastenburg Solo

Tak ada tulisan besar nama Benteng Vastenburg Solo pada dinding gerbang. Namun di tembok sebelah kiri gerbang benteng menempel tengara Cagar Budaya Benteng Vastenburg dengan No. 14-26/C/Pk/2012 yang ditetapkan pada November 2012. Tengara nama benteng yang telah kumal juga ada pada sisi kiri gerbang, menancap diantara tembok benteng setinggi enam meter dan parit perlindungan yang nyaris mati.

Pada tembok di ujung kanan lorong masuk di Benteng Vastenburg menempel sebuah prasasti dalam ukuran cukup besar yang menyebutkan bahwa Benteng Vastenburg selama revolusi fisik merupakan basis Batalyon IV/Pulanggeni Res I Div X sebagai hasil pilihan rapat berdasarkan maklumat pemerintah tgl 5 Oktober 1945 tentang pembentukan Tentara Keamanan Rakyat (TKR).

Lapangan rumput luas berada di luar Benteng Vastenburg, di sisi sebelah Barat, arah dari mana kami masuk mendekati dinding benteng. Pada sisi ini terdapat satu-satunya bangunan besar bergaya kolonial di luar dinding benteng yang ditempati oleh sebuah bank swasta nasional. Di keempat sisi luar Benteng Vastenburg kondisinya masih sama seperti ini. Lapangan terbuka yang luas. Hanya saja di beberapa sisi terlihat pepohonan yang lebih rimbun dibandingkan sisi Barat.

Mobil bisa mendekat sampai beberapa meter dari benteng, di luar jembatan atas parit yang mengelilingi benteng. Di beberapa titik di lapangan terbuka ini terdapat beberapa buah sumur. Terlihat dari jauh sumur-sumur itu masih dalam kondisi cukup baik, namun saya tidak pergi mendekat untuk melihat keadaan yang sesungguhnya.

Kabar akan dilakukannya renovasi dan revitalisasi Benteng Vastenburg Solo sudah dihembuskan pada saat tulisan ini pertama kali terbit, namun realisasinya tampaknya baru terjadi sebagian terjadi pada tahun 2017. Jika saja kemegahan benteng pada masa lalu bisa dihidupkan kembali, sebisa-bisanya sama dengan aslinya, maka Benteng Vastenburg akan menjadi salah titik kunjung yang paling menarik di Kota Solo.


Benteng Vastenburg Solo

Alamat : Jl. Jenderal Sudirman, Solo. Lokasi GPS : -7.57193, 110.83045, Waze. Rujukan : Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Oktober 03, 2020.