Museum Radya Pustaka Solo menempati bangunan kuno bergaya kolonial yang dulu dikenal dengan nama Loji Kadipolo. Lokasi gedungnya berada di jalan Jl Slamet Riyadi No 275. Loji yang semula milik Johannes Busselaar ini kemudian dibeli Paku Buwana X dan diserahkan kepada Paheman Radya Pustaka pada 1 Januari 1913 untuk dijadikan museum.
Lokasi petugas jaga dan tempat pembelian tiket masuk ada di depan serambi, menempati meja panjang di tempat terbuka, di bawah anak tangga pintu utama. Tampaknya jumlah koleksi yang dimiliki Museum Radya Pustaka menjadikan loket jaga pun merupakan tempat yang mewah. Kebutuhan akan tempat itu bisa dengan mudah dilihat karena bahkan lantai pada serambi luar juga digunakan sebagai tempat pamer beberapa benda peninggalan sejarah yang berharga.
Namun penempatan penjaga itu tampaknya tak ada kaitannya dengan kasus pencurian menghebohkan di Museum Radya Pustaka beberapa tahun lalu yang melibatkan orang dalam. Lima arca curian yang hilang dari museum ditemukan secara mengejutkan oleh polisi di rumah seorang pengusaha kaya dan tokoh sebuah partai politik terkenal. Namun seingat saya yang bersangkutan mengaku membelinya ketimbang benda bersejarah itu dijual ke kolektor luar negeri.
Di bagian depan Museum Radya Pustaka Solo terdapat Patung R.Ng. Ranggawarsita, pujangga keraton yang waskita keturunan R.Ng. Yosodipuro, yang diresmikan oleh mendiang Presiden Soekarno pada 11 November 1953 dengan tengara museum yang diteduhi pohon cukup rindang. Jauh di belakang sana terlihat sebuah patung dwarapala sebagai penjaga museum, serta relief Kala pada bagian depan atap museum.
Arca Durga Mahisasuramardini berukuran besar terbuat dari batu andesit terlihat di teras Museum Radya Pustaka Solo. Ia adalah Dewi Parwati yang dikutuk Shiwa sehingga berwujud dewi berwajah raksasa, digambarkan berdiri menginjak kerbau jelmaan Raja Asyura yang menyerang istana Shiwa di kahyangan. Arca itu berasal dari Prambanan dari abad 7-10 M. Beberapa buah meriam VOC dari abad ke-17 dan ke-18 juga dipajang di teras.
Radya berarti keraton atau negara, sehingga Radya Pustaka berarti perpustakaan keraton. Pada tanggal 11 Januari 1913 Museum Radya Pustaka pindah ke Loji Kadipala hingga sekarang. Luas bangunan museum seluruhnya adalah 523,24 m2, terdiri dari ruang pamer tetap 389,48 m2, ruang perpustakaan 33,76 m2 dengan tanda larangan untuk memotret koleksinya, dan ruang perkantoran 100 m2.
Berbagai jenis pusaka seperti keris, tombak dan pedang dipamerkan di ruang depan Museum Radya Pustaka Solo. Di bagian tengah disimpan meriam lapangan dan patung pendiri Radya Pustaka, yaitu Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, pepatih dalem pada masa pemerintahan Pakubuwono IX dan Pakubuwono X. Di dalam lemari kaca adalah koleksi keramik dan gerabah dalam jumlah yang cukup banyak. Keramik China adalah sebagian dari koleksi museum yang telah dicuri dari museum.
Koleksi yang menarik adalah Canthik Perahu Rajamala, yaitu hiasan pada haluan perahu pesiar istana yang menggunakan simbol tokoh pewayangan sangat sakti bernama Raden Rajamala, dibuat oleh KGPAA Mangkunegoro pada masa Susuhunan Pakubuwono IV yang kemudian dinobatkan sebagai Pakubuwono V. Raden Rajamala adalah putera angkat Resi Palasara dari padepokan Retawu dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti Raja Wirata. Kapal pesiar itu pernah dipakai mengarungi Sungai Bengawan Solo sampai ke Madura.
Sebagian ruangan di Museum Radya Pustaka menyimpan koleksi berbagai bentuk senjata tradisional dan tosan aji yang dipajang di dalam lemari dinding berpenutup kaca bening yang lebar, diantaranya adalah Pedang Amangkurat II, Raja Keraton Kartasura 1680-1703. Di ruang ini juga terdapat koleksi Kuluk Songkok yang merupakan tutup kepala bulat dengan tabir terbuat dari kain hitam dengan strip benang emas, merupakan ciri tutup kepala para pangeran dan raja dalam acara kemiliteran.
Diantara koleksi arca adalah arca perunggu Dewa Siwa dan Dewi Parwati yang berasal dari jaman Hindu abad 7-10 Masehi, arca Dewa Wisnu dalam posisi rebahan miring bertelekan tangan dari abad yang sama, dan ikal rambut Sang Buddha berasal dari patung Buddha setinggi 5 meter yang ditemukan di Candi Sewu.
Ada pula Dulban Putih dengan jumbai berbentuk ekor yang dahulu dipakai oleh para ulama keraton dalam upacara besar keagamaan. Koleksi lainnya adalah Samir, kain panjang berwarna merah dan kuning untuk Keraton Surakarta, hijau dan kuning untuk Mangkunegaran, yang dihiasi jumbai, yang dipakai oleh para abdi dalem dengan cara dikalungkan. Koleksi bedil Senapan VOC abad 16-17 M juga dipamerkan.
Koleksi menarik lainnya adalah vas bunga berukuran besar terbuat dari kristal berwarna merah tua berlapis emas dengan gambar tanaman berasal dari Perancis, merupakan hadiah dari Napoleon Bonaparte kepada Paku Buwana IV yang memerintah pada 1788 - 1820. Selain itu ada pula Orgel dengan lukisan bunga pada sisinya, yang juga merupakan hadiah dari Napoleon Bonaparte kepada PB IV.
Alamat Museum Radya Pustaka Solo berada di Jl Slamet Riyadi No 275, Solo, Jawa Tengah. Telp. 0271 - 712 306. Lokasi GPS : -7.5681122, 110.8141809, Waze. Jam Buka : Selasa - Minggu, pukul 08.30 - 14.30. Senin tutup. Harga tiket Masuk : Pelajar Rp.1.500, Umum Rp.2.500, Kamera Rp.5.000. Wisman Rp.5.000. Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.
Lokasi petugas jaga dan tempat pembelian tiket masuk ada di depan serambi, menempati meja panjang di tempat terbuka, di bawah anak tangga pintu utama. Tampaknya jumlah koleksi yang dimiliki Museum Radya Pustaka menjadikan loket jaga pun merupakan tempat yang mewah. Kebutuhan akan tempat itu bisa dengan mudah dilihat karena bahkan lantai pada serambi luar juga digunakan sebagai tempat pamer beberapa benda peninggalan sejarah yang berharga.
Namun penempatan penjaga itu tampaknya tak ada kaitannya dengan kasus pencurian menghebohkan di Museum Radya Pustaka beberapa tahun lalu yang melibatkan orang dalam. Lima arca curian yang hilang dari museum ditemukan secara mengejutkan oleh polisi di rumah seorang pengusaha kaya dan tokoh sebuah partai politik terkenal. Namun seingat saya yang bersangkutan mengaku membelinya ketimbang benda bersejarah itu dijual ke kolektor luar negeri.
Di bagian depan Museum Radya Pustaka Solo terdapat Patung R.Ng. Ranggawarsita, pujangga keraton yang waskita keturunan R.Ng. Yosodipuro, yang diresmikan oleh mendiang Presiden Soekarno pada 11 November 1953 dengan tengara museum yang diteduhi pohon cukup rindang. Jauh di belakang sana terlihat sebuah patung dwarapala sebagai penjaga museum, serta relief Kala pada bagian depan atap museum.
Arca Durga Mahisasuramardini berukuran besar terbuat dari batu andesit terlihat di teras Museum Radya Pustaka Solo. Ia adalah Dewi Parwati yang dikutuk Shiwa sehingga berwujud dewi berwajah raksasa, digambarkan berdiri menginjak kerbau jelmaan Raja Asyura yang menyerang istana Shiwa di kahyangan. Arca itu berasal dari Prambanan dari abad 7-10 M. Beberapa buah meriam VOC dari abad ke-17 dan ke-18 juga dipajang di teras.
Sejarah Museum Radya Pustaka
Museum Radya Pustaka didirikan pertama kali pada Selasa Kliwon (Anggara Kasih) 14 Mulud 1820 Tahun Ehe Windu Sangara Wuku Mandhasiya atau bertepatan dengan 14 Rabi'ulawal 1308 H atau tanggal 28 Oktober 1890 oleh KRA Sosorodiningrat IV, Pepatih dalem Kraton Surakarta di jaman Sri Susuhunan Pakubuwono IX.Radya berarti keraton atau negara, sehingga Radya Pustaka berarti perpustakaan keraton. Pada tanggal 11 Januari 1913 Museum Radya Pustaka pindah ke Loji Kadipala hingga sekarang. Luas bangunan museum seluruhnya adalah 523,24 m2, terdiri dari ruang pamer tetap 389,48 m2, ruang perpustakaan 33,76 m2 dengan tanda larangan untuk memotret koleksinya, dan ruang perkantoran 100 m2.
Koleksi Museum
Dahulu perpustakaan museum dipakai sebagai Paheman atau tempat berkumpulnya para Sastrawan serta Pujangga dari Keraton Surakarta dan Kepatihan, sehingga di perpustakaan juga ada koleksi mesin ketik Aji Saka yang menggunakan huruf-huruf Jawa. Pakaian adat, wayang kulit, foto lawas, gamelan dan buku-buku kuno juga bisa dijumpai di sana.Berbagai jenis pusaka seperti keris, tombak dan pedang dipamerkan di ruang depan Museum Radya Pustaka Solo. Di bagian tengah disimpan meriam lapangan dan patung pendiri Radya Pustaka, yaitu Kanjeng Adipati Sosrodiningrat IV, pepatih dalem pada masa pemerintahan Pakubuwono IX dan Pakubuwono X. Di dalam lemari kaca adalah koleksi keramik dan gerabah dalam jumlah yang cukup banyak. Keramik China adalah sebagian dari koleksi museum yang telah dicuri dari museum.
Koleksi yang menarik adalah Canthik Perahu Rajamala, yaitu hiasan pada haluan perahu pesiar istana yang menggunakan simbol tokoh pewayangan sangat sakti bernama Raden Rajamala, dibuat oleh KGPAA Mangkunegoro pada masa Susuhunan Pakubuwono IV yang kemudian dinobatkan sebagai Pakubuwono V. Raden Rajamala adalah putera angkat Resi Palasara dari padepokan Retawu dengan Dewi Durgandini, putri Prabu Basukesti Raja Wirata. Kapal pesiar itu pernah dipakai mengarungi Sungai Bengawan Solo sampai ke Madura.
Sebagian ruangan di Museum Radya Pustaka menyimpan koleksi berbagai bentuk senjata tradisional dan tosan aji yang dipajang di dalam lemari dinding berpenutup kaca bening yang lebar, diantaranya adalah Pedang Amangkurat II, Raja Keraton Kartasura 1680-1703. Di ruang ini juga terdapat koleksi Kuluk Songkok yang merupakan tutup kepala bulat dengan tabir terbuat dari kain hitam dengan strip benang emas, merupakan ciri tutup kepala para pangeran dan raja dalam acara kemiliteran.
Diantara koleksi arca adalah arca perunggu Dewa Siwa dan Dewi Parwati yang berasal dari jaman Hindu abad 7-10 Masehi, arca Dewa Wisnu dalam posisi rebahan miring bertelekan tangan dari abad yang sama, dan ikal rambut Sang Buddha berasal dari patung Buddha setinggi 5 meter yang ditemukan di Candi Sewu.
Ada pula Dulban Putih dengan jumbai berbentuk ekor yang dahulu dipakai oleh para ulama keraton dalam upacara besar keagamaan. Koleksi lainnya adalah Samir, kain panjang berwarna merah dan kuning untuk Keraton Surakarta, hijau dan kuning untuk Mangkunegaran, yang dihiasi jumbai, yang dipakai oleh para abdi dalem dengan cara dikalungkan. Koleksi bedil Senapan VOC abad 16-17 M juga dipamerkan.
Koleksi menarik lainnya adalah vas bunga berukuran besar terbuat dari kristal berwarna merah tua berlapis emas dengan gambar tanaman berasal dari Perancis, merupakan hadiah dari Napoleon Bonaparte kepada Paku Buwana IV yang memerintah pada 1788 - 1820. Selain itu ada pula Orgel dengan lukisan bunga pada sisinya, yang juga merupakan hadiah dari Napoleon Bonaparte kepada PB IV.
Alamat Museum Radya Pustaka Solo berada di Jl Slamet Riyadi No 275, Solo, Jawa Tengah. Telp. 0271 - 712 306. Lokasi GPS : -7.5681122, 110.8141809, Waze. Jam Buka : Selasa - Minggu, pukul 08.30 - 14.30. Senin tutup. Harga tiket Masuk : Pelajar Rp.1.500, Umum Rp.2.500, Kamera Rp.5.000. Wisman Rp.5.000. Hotel di Solo, Tempat Wisata di Solo, Peta Wisata Solo.
Sponsored Link
Sponsored Link
Sponsored Link
Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.