Percikan

Tentang Kesejahteraan Guru

Alih-alih mengajar siswa, sekelompok guru dalam jumlah besar memasuki jalan-jalan di Jakarta pada hari Kamis untuk menyuarakan tuntutan guna meningkatkan kesejahteraan dan memberi tekanan kepada anggota parlemen dan pemerintah untuk menerapkan keputusan MPR dan mengalokasikan 20% dana anggaran negara untuk tujuan pendidikan.

Kita mendukung tuntutan itu. Pertanyaannya antara lain, dimana, bagaimana dan kapan keputusan tersebut harus dilaksanakan. Bilamananya sudah jelas: pada tanggal sedini mungkin, atau sebenarnya sudah seharusnya kemarin. Di mana dan bagaimana, bagaimanapun, memerlukan sedikit analisis mendalam.

Dimana dana tersebut akan disalurkan? Jawaban termudah adalah mengalokasikannya ke sektor apa saja yang berkontribusi terhadap peningkatan pendidikan. Jawaban yang mudah, bagaimanapun, jarang merupakan jawaban terbaik.

Bagaimana dengan perencanaan dan pengendalian, karena sebagian besar dana pasti akan digunakan secara tidak efektif tanpa rencana dan pengendalian yang tepat. Perhatian harus diberikan pada potensi terjadinya korupsi massal, terutama bila dana tersebut digunakan untuk memperbaiki atau meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan.

Gaji dan tunjangan guru relatif masih rendah, kita mengetahuinya. Tidak ada pertanyaan bahwa apakah situasi itu harus diperbaiki. Meningkatkan kesejahteraan guru, bagaimanapun, tidak akan selalu berkorelasi dengan peningkatan kualitas pendidikan, namun pasti akan membantu, dan ada argumen yang bagus mengenai hal itu.

Pelatihan yang lebih ketat diperlukan dan pengukuran harus disesuaikan dengan kualitas guru. Pengetahuan dan cara pengajarannya harus diukur. Mereka yang tidak memenuhi syarat harus mengikuti pelatihan lebih lanjut atau ditugaskan kembali ke pekerjaan non-mengajar. Remunerasi yang baik harus disertai dengan hukuman yang layak.

Kita membutuhkan guru yang baik, yang terbaik. Guru terbaik berasal dari siswa terbaik yang lulus dari universitas terbaik, yang kemudian dilatih dengan baik dengan metode dan keterampilan mengajar, dengan semangat untuk belajar dan mengajar.

Institut Teknologi Bandung (ITB) dianggap sebagai sekolah terbaik di negeri ini, terutama karena persepsi masyarakat bahwa alumninya sangat berharga dan dapat menghasilkan uang dengan baik. Oleh karena itu ITB dapat menarik dan hanya menerima yang terbaik dari siswa terbaik.

Bagi Universitas Negeri Jakarta (UNJ) yang sebelumnya dikenal sebagai IKIP Jakarta, untuk bisa menarik siswa terbaik, ia harus membangun reputasi. Ada kerjasama antara UNJ dan ITB yang ditandatangani pada tahun 1999, di mana ITB akan memberikan bantuan untuk meningkatkan anggota fakultas UNJ.

Sampai saat ini, bagaimanapun, siswa dan orang tua belum yakin bahwa profesi sebagai guru adalah baik dan bergengsi. Belum ada bukti. Tidak mengherankan jika UNJ mungkin tidak pernah menjadi favorit orang tua dan siswa.

Oleh karena itu, kita tentu perlu meng-upgrade kesejahteraan guru, sebagai salah satu syarat untuk menarik siswa terbaik untuk mendaftar ke lembaga pelatihan guru. Ketersediaan sarana dan prasarana pembelajaran yang baik bagi para guru untuk meningkatkan pengetahuan dan kebijaksanaan mereka juga dibutuhkan.

Berinvestasilah dalam bidang pendidikan dan penelitian, maka negara ini akan menjadi salah satu negara yang paling dihormati di wilayah ini hanya dalam beberapa dekade. Ingin bertaruh? (Terbit 20 Juli 2007)


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Oktober 29, 2017.