Percikan

Playboy dan Bintang Zero

Seks mungkin adalah senjata yang paling ampuh, dan begitu juga kata-kata yang berhubungan dengannya. Itu juga merupakan komoditas yang paling laku, baik di virtual maupun di dunia nyata. Sejarah membuktikan keberhasilan penggunaan senjata seks untuk menjinakkan musuh yang kuat, dan ini berlaku baik untuk pria maupun wanita.

Erwin Arnada, pemimpin redaksi Playboy Indonesia, dibebaskan oleh pengadilan Negeri Jakarta Selatan. Dia tidak melanggar hukum dalam penerbitan majalah, menurut putusan pengadilan. Tidak ada foto bugil. Namun nama, yang terkenal dengan foto erotis, menciptakan kegelisahan diantara kelompok-kelompok agama.

Di kota-kota besar dan kecil, dimana orang dapat terhubung ke Internet, materi pornografi dapat diakses dan dilihat tanpa kesulitan. Foto dan video erotis dapat dengan mudah ditransfer diantara ponsel, dan beberapa akhirnya muncul di internet. Film dewasa bisa dibeli di jalanan atau melalui sumber-sumber lain.

Jadi, akankah orang dapat mencegah penyebaran serangan materi pornografi? Ini patut dipertanyakan. Kita telah dikalahkan oleh serangan berlebihan dan tidak terkendali terhadap pinjaman luar negeri yang dipicu kasus korupsi besar-besaran selama lebih dari 30 tahun yang hampir membuat negara ini bangkrut.

Kita telah diserang oleh pengedar narkoba yang tidak hanya menyerang seniman dan selebriti, tapi juga masyarakat umum hinggak ke lingkungan terkecil, termasuk mahasiswa, dan bahkan pembantu rumah tangga. Di suatu tempat di Jakarta, dan kota-kota besar lainnya, perjudian dan minuman keras adalah bisnis besar dan sangat menguntungkan.

Bintang Zero, dengan tag cerdas "0% alkohol, 100% Bintang", telah mencoba untuk menembus lebih dalam ke dasar konsumen yang lebih luas, tetapi tersandung oleh dekrit MUI (Majelis Ulama Indonesia) yang mengelompokkan produk itu sebagai haram. Untuk peminum, Bintang Zero tidak Bintang karena tidak mengandung alkohol. Demikian juga, Playboy Indonesia tidak Playboy karena tidak mengandung ketelanjangan. Asosiasi dengan merek utama, bagaimanapun, tetap ada.

Pertanyaannya adalah bagaimana kita dapat menemukan cara-cara lain yang lebih efektif dalam melindungi orang dari serangan kejam dari lima dosa mematikan, selain hanya menerapkan peraturan ketat dan melakukan pemadaman kebakaran.

Mungkin otoritas moral dan masyarakat secara keseluruhan butuh untuk menemukan cara yang lebih cerdas dan lebih efektif tentang bagaimana cara menghubungkan ajaran agama dan moral dengan kehidupan sehari-hari, karena sepertinya apa yang telah diajarkan sejauh telah gagal dalam mengekang korupsi dan masalah sosial kronis lainnya.

Lantaran kita belum hidup damai di surga, maka akan lebih baik kita bersiap untuk berada di dalam pertempuran tanpa henti tanpa kemungkinan menghasilkan pemenang mutlak. (Terbit 6 April 2007)


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Oktober 28, 2017.