Percikan

Patriotisme, Masih Ada?

Ketika masih mahasiswa, kembali pada awal tahun 1980, saya biasa memakai jaket tentara yang saya beli di sebuah tempat di Bandung (jika tak salah namanya Pasar Jatayu), dengan pin merah putih bendera Indonesia terpasang di atasnya. Saya juga menaruh bendera merah putih di dinding rumah kos saya, dengan peta Indonesia di dekatnya.

Setiap kali menyanyikan atau mendengar Indonesia Raya, lagu kebangsaan, cukup sering mata saya menjadi basah dan jantung saya berdetak lebih cepat, terutama ketika lagunya sampai pada kalimat "bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya".

Saya juga sering menyanyikan lagu-lagu Leo Kristi dan memainkannya dengan gitar, seperti lagu Nyanyian Tanah Merdeka, Anna Rebana, Lewat Kiara Condong, Nyanyian Malam, dll. Saya merasa ada semangat, jiwa, kebanggaan, sebagai orang Indonesia.

Tapi hari-hari itu telah hilang sekarang. Saya tidak punya jaket hijau tentara, tidak ada pin, tidak ada bendera, tidak ada peta Indonesia, tidak ada lagu yang membuat jantung berdebar-debar. Saya jarang mendengar Indonesia Raya, tapi bahkan jika bernyanyi pun mungkin tidak akan ada getar jiwa lagi.

Namun ada dua peristiwa terjadi akhir-akhir ini yang membawa kenangan itu kembali hidup.

Minggu lalu saya mengikuti sesi team building dimana kami pergi ke fasilitas Brigade 3234 di Gunung Putri, Bogor, untuk bermain paintball game. Kegiatan itu tidak hanya memompa adrenalin lebih cepat, namun juga memberi sedikit rasa bagaimana bisa berada dalam situasi perang dimana garis antara hidup dan mati sangat tipis.

Kesempatan lainnya adalah kemarin, ketika kami pergi ke Kelapa Gading Mall untuk menonton film Nagabonar-2 yang dibintangi Deddy Mizwar (Nagabonar asli) dan Tora Sudiro sebagai Bonaga, anaknya. Film itu tidak hanya cukup menghibur, tetapi juga memberi inspirasi. Film itu membawa kembali ide nasionalisme dan patriotisme yang hilang, meski sikap Bonaga terhadap investasi Jepang di akhir cerita masih bisa diperdebatkan. Namun, film ini wajib tonton.

Kedua hal di atas yang membawa kembali ingatan tahun-tahun yang telah lewat ketika pin bendera merah putih masih ditampilkan dengan bangga pada jaket. Jadi, apa yang terjadi dengan kehidupan ini? Mengapa hanya ada sedikit orang yang pernah mengunjungi Monumen Soekarno-Hatta? Mengapa tak seorang pun pernah memberi hormat kepada Jenderal Besar Sudirman, atau membungkuk ketika mereka melewati patungnya? Kapan terakhir kali kita mengunjungi pahlawan pemakaman? Siapa kah punya bendera merah putih yang dipajang dengan bangga di rumah?

Ada yang tahu jawabannya? Siapa ingin berbagi apa arti patriotisme hari ini? (Terbit 1 April 2007)


Bagikan ke:
Facebook, Twitter, WhatsApp, Telegram, Email. Print!.

, seorang pejalan musiman dan penyuka sejarah. Penduduk Jakarta yang sedang tinggal di Cikarang Utara. Traktir BA secangkir kopi. Secangkir saja ya! Oktober 28, 2017.