Foto Pura Tamansari Halim

Tampak muka Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma dengan halaman yang luas, dan ada tiga undakan dengan yang lebar ada di tengah, berakhir di gapura candi bentar yang cantik. Meski pagar tidak dikunci namun sebelum melangkahkan kaki ke dalam, pak Dayat lebih dulu menemui penjaga dan mendapat ijin untuk masuk ke dalam pura.



Kori Agung di Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma Jakarta Timur yang berbentuk gapura paduraksa cantik, diapit oleh sepasang pintu tambahan di kiri kanannya. Di atas pintu utama terdapat relief Kala pada 4 dari 7 meru, sedangkan di kedua kori tambahan terdapat relief Kala pada 3 dari 5 meru yang ada. Kedua sisi tangga kori utama dijaga oleh sepasang naga, sepasang Makara, dan sepasang raksasa memegang gada.



Pandangan pada area tepat di belakang Kori Agung, dengan tembok kelir yang ditengahnya ada patung berkain putih kuning berpayung menghadap kori, dan di arah sebaliknya menghadap ke bale dan jaba jero ada prasasti yang menyebutkan peletakan batu pertama Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma Jakarta Timur dilakukan pada tanggal 27 Oktober 1995, dan Ngeteg Linggih tanggal 11 Mei 1998 bertepatan Purnama Sidhi Sasih Jiyestha Tahun Saka 1920.



Pandangan ke arah area paling sakral yang ada di Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma Jakarta dengan meru di tengahnya, yang disangga oleh Bedawang Nala atau penyu bermoncong api (Kurmagni) serta dibelit oleh dua ekor naga, yaitu Anantaboga lambang lapisan bumi sebagai sumber sandang, pangan dan papan, dan Naga Basuki sebagai simbol air.

Pada puncak meru terdapat sebuah payung putih. Meru umumnya merupakan stana Dewa Wisnu yang dipuja di pura semacam ini. Meru adalah lambang Gunung Mahameru sebagai stana bersemayamnya para Dewa. Gunung dengan hutan lebat dilerengnya dan lembah subur di kakinya merupakan sumber mata air yang mengalir menjadi sungai-sungai yang airnya memberikan kesejahteraan atau Amerta bagi umat manusia, sebelum berakhir di laut.



Pandang dekat pada candi bentar, gapuran yang memisahkan nista mandala dengan madya mandala, yang dijaga sepasang raksasa memegang gada.



Patung naga bermahkota yang elok ini menjaga di salah satu sisi undakan Kori Agung. Patung naga satunya lagi ada di sisi undakan lainnya.



Arca dewata ini menempel pada tembok kelir yang berada tepat setelah gapura paduraksa atau Kori Agung.



Sebuah bale dengan ornamen indah ini berada di sisi kanan dari jaba jero, atau area paling sakral di sebuah pura.



Pandangan pada deretan barisan tempat duduk bagi umat yang diselang rumput merupakan cara menempatkan diri yang bersahaja di hadapan Sang Hyang Widi Wasa.



Sudut pandang lainnya pada bale yang berada di sisi sebelah kanan jaba jero itu.



Prasasti yang menjadi tengara peletakan batu pertama serta hari ulang tahun pura. Yang bertanda tangan mulai dari sebelah kiri adalah Ida Pedanda Gede Sindhu P, Ida Pedanda Gde Putra Sidemen, Ida Pedanda Istri Pidada Keniten, Ida Pedanda Gede Oka Kemenuh, Ida Pedanda Budha Jelantik, dan Ida Rsi Bhujangga Watsnawa. Nama yang disebut terakhir ditimpa ukirannya pada nama yang telah diukir sebelumnya, entah apa sebabnya.



Arca kepala Kala berdagu dengan kedua telapak tangan mengembang, terletak di atas lubang Kori Agung.



Arca Kala yang elok dilihat dari samping, dengan arca Kala lainnya terlihat di latar belakang.



Seorang anak muda dengan segerombolan anjing berjalan masuk dari pintu masuk samping dan keluar dari pintu samping lainnya, melintas di area jaba jero, yang membuat saya sempat terkaget-kaget.



Pandang dekat pada Meru yang disangga oleh penyu api dan di atasnya ada sepasang naga, Anantaboga dan Naga Basuki. Dua buah guci ungu berlapis warna emas tampak pada foto ini.



Bagian atas Kori Agung yang indah dengan tiga relief Kala, namun hanya yang paling bawah yang ada relief kedua telapak tangan mengembang.



Ratu Made Jelawung yang berbentuk gedong, berfungsi sebagai tempat pepatih (pendamping) Dewa yang berstana di Meru.



Sedahan Penglurah berbentuk tugu yang berfungsi sebagai penjaga keselamatan dan keamanan pura.



Sebuah tempayan yang disebut genah, digunakan sebagai tempat bunga dan dupa yang sudah digunakan.



Sisi kanan jaba jero dengan sejumlah pohon yang dibebat kain poleng dan Sedahan Penglurah di sebelah kirinya.



Pandangan pada Kori Agung dilihat dari sisi bale yang berada persis di depan tembok kelir, dimana terdapat prasasti dan arca di baliknya.



Sebuah arca dengan bola mata besar, tangan menyilang di depan dada, dan tangan satu lagi memegang senjata seperti tombak pendek. Arca ini dibuat dengan cukup baik.



Salah satu daru dua arca Raksasa berkain poleng yang berada di depan Candi Bentar dengan sebuah kendi kecil di sebelahnya. Nama Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma terlihat di latar belakang.



Arca Ganesha yang berada di sekitar halaman depan Pura Agung Tamansari.



Sebuah arca tak begitu besar namun terlihat cantik ini berada di luar area parkir dekat kolam ikan.



Arca lainnya yang tak kalah cantiknya tengah memegang kendi secara miring seolah menganugarehkan amerta bagi mahluk yang memerlukannya.



Dua Makara, prasasti, dan arca penjaga yang ada di depan gapura Candi Bentar. Prasasti dengan empat bintang itu menyebutkan bahwa pada hari Jumat, 27 Oktober 1995, dilaksanakan peletakan batu pertama pembangunan "Pura Agung Taman Sari" Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara, oleh Kepala Staf TNI Angkatan Udara Marsekal TNI Rilo Pambudi. Sedangkan prasasti di belakang Kori Agung menyebut Ngeteg Linggih Pura Agung Tamansari Halim Perdanakusuma adalah tanggal 11 Mei 1998 bertepatan Purnama Sidhi Sasih Jiyestha Tahun Saka 1920.



Di bagian depan sebelah kanan, di dekat candi bentar, ada pelinggih Pura Dalem Ped untuk sembahyang dan memohon sesuatu.



©2021 Ikuti