Foto Museum MH Thamrin

Halaman depan Museum MH Thamrin cukup luas, berfungsi sekaligus sebagai tempat parkir. Patung MH Thamrin yang diresmikan pada 15 Februari 1987 ini digambarkan dalam posisi melangkah, berpeci dan mengempit buku, menyambut saya setelah melewati pos keamanan. Pada belakang patung tertulis kutipan perkataan MH Thamrin "Memilih djalan jang sesoeai dengan perasaan ra'jat akan membikin ia bekerdja bersama-sama dengan gembira oentoek kesentaoesaan Noesa dan Bangsa".



Sebuah sepeda onthel antik yang sejaman dengan MH Thamrin dipajang di Museum MH Thamrin Jakarta Pusat. Dokumentasi foto di sebelahnya adalah ketika MH Thamrin beserta istri dan anak angkatnya berkunjung ke Padang dalam rangka kunjungan kerja Perindra. Ruangan museum terbagi dalam dua bagian, lorong kiri dan kanan, dengan patung dada MH Thamrin berada tepat setelah pintu masuk. Di tempat ini ada Free Wi Fi, Perpustakaan, Bioskop.



Tiruan kereta jenazah di Museum MH Thamrin Jakarta yang dulu dipakai petinggi Belanda dan tokoh perjuangan. Ada diorama rapat Volksraad di Batavia, ketika MH Thamrin berbicara tentang perbaikan kampung dan penyediaan air bersih. Dibangunnya instalasi Penjernihan Air Minum Pejompongan oleh pemerintah kolonial Belanda adalah hasil pemikiran MH Thamrin



Ada delman di Museum MH Thamrin Jakarta, meja kursi betawi, foto, isi rumah Betawi, dan perlengkapan musik Tanjidor, serta perlengkapan musik Gambang Kromong dan pakaian penari Ronggeng Blantek.



Ruangan museum terbagi dalam dua bagian, lorong kiri dan kanan, dengan patung dada MH Thamrin yang terbuat dari perunggu pada foto di atas berada tepat setelah pintu masuk. Ada tulisan "MHT" di dasar patung.



Poster tentang MH Thamrin dan keluarganya. Muhammad Hoesni Thamrin lahir dari keluarga berada di daerah Sawah Besar, Betawi, pada 16 Februari 1894. Ayahnya, Thamrin Mohamad Thabrie, adalah Wedana Batavia pada 1908, jabatan tertinggi kedua bagi orang pribumi setelah Bupati. Neneknya, Noeraini, adalah perempuan Betawi dan kakeknya, Ort, orang Inggris pemilik hotel di daerah Petojo.



Di sisi sebelah kiri ruang museum terdapat koleksi foto reproduksi perjuangan MH Thamrin dan pergerakan nasional, foto reproduksi suasana kota Jakarta jaman dulu, diorama, serta benda-benda peninggalan MH Thamrin.



Radio kuno berukuran besar milik MH Thamrin yang dulu (1919 - 1941) digunakannya untuk mendengarkan berita dari siaran radio asing yang dipancarkan dari luar negeri.



Sejumlah poster yang berisi dokumentasi foto serta kisah tentang MH Thamrin. Salah satunya adalah kutipan pernyataannya di Volksraad, antara 1930 – 1931: “Satu hal yang dapat dipastikan bahwa rasa keadilan yang dibangun dewasa ini sangatlah sulit dicari. Kepercayaan terhadap putusan pengadilan termasuk salah satu sandaran utama negara yang sangat penting. Tetapi dengan banyaknya keraguan terhadap kenetralan institusi pengadilan, maka pemerintah akan kehilangan salah satu pilar terkuat untuk memelihara kedaulatan hukum”.



Poster berisi foto dan kisah kematian MH Thamrin yang dikabarkan penuh dengan intrik politik kontroversial. Setelah lima hari menjalani tahanan rumah dengan penjagaan ketat Belanda, MH Thamrin meninggal dunia pada 11 Januari 1941 dalam usia 48 tahun. Laporan resmi menyebutkan bahwa ia bunuh diri, namun diduga ia dibunuh Belanda. MH Thamrin dimakamkan di TPU Karet, Jakarta.



Sudut pandang berbeda ke arah replika kereta jenazah dalam ukuran aseli di Museum MH Thamrin Jakarta yang lazim digunakan dalam prosesi pemakaman petinggi Belanda dan tokoh perjuangan.



Sebagian dari perlengkapan musik Gambang Kromong yang disimpan di Museum MH Thamrin, yaitu kromong sebagai rithm, selukat (memperkuat kromong), gambang (pengiring lagu), kempul (menentukan ketukan jatuhnya gong), Gong, gambang besi (memperkuat melodi), Ningnon (pemanis lagu), kongahyan (melodi harmoni), kecrek (mempertegas tempo), gendang (mempercepat dan memperlambat tempo), serta seruling.



Pakaian penari tradisional Betawi yang dipakai oleh penari Ronggeng Blantek. Tarian ini diangkat dari pertunjukan Teater Belanda, yaitu Topeng Blantek, yang biasa dipertontonkan untuk memulai sebuah pertunjukan. Dalam perkembangannya, tari Ronggeng Blantek menjadi tarian penyambutan tamu.



Sebagian dari alat-alat musik Tanjidor. Tanjidor adalah kesenian Betawi sejak abad ke-19, dirintis oleh Mayor Jantje di daerah Citeureup. Alat-alat musik yang dipajang di Museum MH Thamrin adalah trombone, tenor, terompet, panil / penjel, klarinet, pistone, simbal, tanji, dan beberapa lainnya. Kesenian Tanjidor juga terdapat di Kalimantan Barat.



Trombone dan Tanji (tambur), dua diantara peralatan musik Tanjidor koleksi Museum MH Thamrin. Musik ini muncul pada abad ke-18, yang dimainkan untuk mengiringi perhelatan atau mengarak pengantin. Belakang musik tanjidor juga ditampilkan untuk menyambut tamu. Tanjidor berasal dari kata Tangedor dalam bahasa Portugis yang berarti "alat-alat musik berdawai" yang sebenarnya tak cocok lagi karena tak ada alat musik berdawai yang dimainkan. Lagu-lagu yang sering dibawakan oleh orkes Tanjidor adalah Warung Pojok, Kramton, Bananas, Cente Manis, Keramat Karem, Merpati Putih, dan Surilang. Lagu Keramat Karem lahir terkait peristiwa meletusnya Gunung Krakatau.



Pandangan pada lorong kedua Museum MH Thamrin dimana terdapat delman dalam ukuran sebenarnya, meja kursi khas betawi, foto dokumentasi, pakaian khas Betawi, dan perlengkapan rumah orang Betawi.



Prasasti yang berisi riwayat gedung yang sekarang digunakan sebagai Museum MH Thamrin. Gedung Museum MH Thamrin dibangun pada awal abad 20 sebagai rumah pemotongan hewan. Kemudian sebagai gudang buah import dari Australia sebelum dibeli oleh MH Thamrin dari Meneer Has, dan kemudian dihibahkannya ke PPPKI (Permufakatan Perhimpunan Politik Kebangsaan Indonesia) pada 1928.



Prasasti peresmian penggunaan Gedung Mohammad Hoesni Thamrin yang berada di Gang Kenari II No 15 oleh Gubernur DKI Jakarta R Soeprapto pada 11 Januari 1986.



Pada belakang patung tertulis kutipan perkataan MH Thamrin “Memilih djalan jang sesoeai dengan perasaan ra’jat akan membikin ia bekerdja bersama-sama dengan gembira oentoek kesentaoesaan Noesa dan Bangsa”.



Prasasti peresmian Patung Moehammad Hoesni Thamrin (1894 - 1941) yang berada di bawah kaki depan patung, dilakukan oleh Gubernur DKI Jakarta R. Soeprapto pada 15 Februari 1987.



Patung MH Thamrin berwarna keemasan ini cukup membuat saya terkesan ketika pertama kali menginjakkan kaki di halaman Museum MH Thamrin yang lumayan luas itu. Akses jalan yang lebih lega dan tengara di tepi Jalan Kramat Raya yang mencolok mungkin akan membantu mempopulerkan keberadaan museum ini.



©2021 Ikuti